spot_img
BerandaArtikelKota Lama Medan, Kawasan Warisan Multikultural

Kota Lama Medan, Kawasan Warisan Multikultural

Oleh : Hery Buha Manalu

Kota Medan yang kita kenal sekarang sebagai pusat perdagangan dan bisnis Sumatera Utara, memiliki sejarah panjang yang tertanam kuat di kawasan Kota Lama Medan. Kawasan ini merupakan cikal bakal Medan modern, tempat di mana pengaruh kolonial Belanda, budaya Melayu, Tionghoa, India, dan Batak bertemu dan membentuk karakter kota yang multikultural. Kota Lama Medan menyimpan jejak arsitektur kolonial, pusat pemerintahan Hindia Belanda, hingga pusat perdagangan yang menghubungkan Medan dengan dunia internasional sejak abad ke-19.

Dari Perkampungan Melayu ke Kota Perdagangan

Sejarah Kota Lama Medan berawal dari sebuah perkampungan kecil di tepi Sungai Deli pada abad ke-16. Wilayah ini dikuasai oleh Kesultanan Deli, kerajaan Melayu yang berkembang pesat sejak abad ke-17. Pada masa itu, Sungai Deli menjadi jalur utama transportasi dan perdagangan, menghubungkan pedalaman dengan Selat Malaka.

Namun, titik balik perkembangan Medan terjadi pada 1863, ketika seorang pengusaha Belanda bernama Jacob Nienhuys membuka perkebunan tembakau di Deli. Ia mendapatkan konsesi tanah dari Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam, untuk menanam tembakau yang kemudian dikenal dengan nama Tembakau Deli, salah satu yang terbaik di dunia pada saat itu.

Seiring dengan berkembangnya perkebunan tembakau, banyak imigran dari Tionghoa, India, dan Jawa datang untuk bekerja, serta para pejabat Belanda yang mengatur administrasi kota. Dari sinilah kawasan Kota Lama Medan mulai terbentuk sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan kolonial.

Peran Belanda dan Modernisasi Medan

Pada akhir abad ke-19, Medan berkembang menjadi kota modern dengan tata kota kolonial. Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Medan sebagai ibu kota Karesidenan Sumatera Timur pada 1886, menggantikan Labuhan Deli. Sejak saat itu, kawasan Kota Lama Medan menjadi pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi.

Beberapa infrastruktur penting yang dibangun di kawasan ini antara lain, Lapangan Merdeka (dulu Esplanade) sebagai pusat kota dan ruang publik. Kantor Residen Sumatera Timur, yang kini menjadi bagian dari kompleks kantor pemerintahan, Jalan Kesawan, yang menjadi pusat perdagangan dan bisnis pertama di Medan, Kantor Pos Medan, salah satu ikon arsitektur kolonial yang masih berdiri megah, Gedung Bank Indonesia, yang dulu adalah kantor cabang De Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda, Stasiun Kereta Api Medan, penghubung utama perdagangan antarwilayah di Sumatera Utara. Dengan pesatnya perkembangan kota, pada 1 April 1909, Medan resmi menjadi gemeente (kotamadya), menegaskan statusnya sebagai kota besar di Hindia Belanda.

Kesawan, Pusat Kota Lama Menjadi Jantung Perdagangan

Salah satu kawasan yang paling bersejarah di Kota Lama Medan adalah Jalan Kesawan. Jalan ini menjadi pusat perdagangan pertama di Medan, di mana banyak pedagang Eropa, Tionghoa, dan India membuka toko serta kantor bisnis mereka. Kesawan juga menjadi tempat berdirinya rumah Tjong A Fie, seorang saudagar Tionghoa yang berperan besar dalam pembangunan Medan.

Kesawan menjadi saksi perkembangan industri tembakau, karet, dan kelapa sawit, yang menjadikan Medan sebagai kota kaya di awal abad ke-20. Bangunan-bangunan tua di sepanjang jalan ini, seperti Gedung Warenhuis, masih menunjukkan kejayaan masa lalu.

Multikulturalisme di Kota Lama Medan

Salah satu ciri khas Kota Lama Medan adalah keberagaman budaya yang berkembang sejak era kolonial. Kawasan ini menjadi tempat pertemuan berbagai etnis, yang masing-masing meninggalkan jejak dalam arsitektur dan tradisi kota.

Budaya Melayu, Tampak dalam bangunan Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun, Budaya Tionghoa,Tionghoa, Terlihat dalam arsitektur ruko-ruko tua di Kesawan dan Kelenteng Lama di sekitar Kota Lama, Budaya India, Terpusat di kawasan Kampung Madras atau “Little India“, yang sejak dulu menjadi komunitas pedagang India Tamil, Budaya Eropa, Dominan dalam gedung-gedung kolonial seperti Kantor Pos, Bank Indonesia, dan Stasiun Kereta Api. Keberagaman inilah yang menjadikan Medan sebagai kota dengan karakter khas, berbeda dari kota-kota lain di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, pusat ekonomi Medan mulai bergeser ke kawasan baru seperti Jalan Gatot Subroto, Jalan Sudirman, dan Ring Road. Kota Lama Medan mulai kehilangan perannya sebagai pusat perdagangan utama. Banyak bangunan kolonial yang terbengkalai, sementara modernisasi kota menyebabkan beberapa bangunan bersejarah tergusur.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya serius untuk merevitalisasi Kota Lama Medan, beberapa langkah yang telah dilakukan.

Restorasi bangunan bersejarah, seperti Gedung Warenhuis dan Kantor Pos, Program Medan Kota Heritage, yang menjadikan Kota Lama sebagai destinasi wisata sejarah, Revitalisasi Jalan Kesawan, agar kembali menjadi pusat wisata kuliner dan budaya. Dengan berbagai upaya ini, Kota Lama Medan diharapkan bisa kembali menjadi pusat ekonomi kreatif, pariwisata, dan sejarah yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Kota Lama Medan Warisan Sejarah

Kota Lama Medan bukan hanya saksi bisu perkembangan kota ini, tetapi juga bukti bagaimana budaya dan ekonomi berkembang melalui interaksi berbagai etnis dan kolonialisme. Dari perkampungan Melayu di tepi Sungai Deli, menjadi kota perdagangan besar yang dikuasai Belanda, hingga kini sebagai pusat sejarah dan wisata, Kota Lama Medan tetap menjadi bagian penting dari identitas kota ini.

Sebagai warga Medan, kita perlu menjaga dan melestarikan warisan sejarah ini agar Kota Lama Medan tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga kebanggaan yang hidup di masa kini dan masa depan. (Red/*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini