Oleh : Hery Buh Manalu
Di tengah riuh sorak penonton dan denting musik pengiring gerakan silat yang memukau, ada semangat yang mengalir lebih dari sekadar olahraga. Ajang 3rd International Pencak Silat Indonesian Open tahun ini, bukan hanya menjadi pesta olahraga tradisional nusantara, tetapi juga panggung diplomasi budaya dan dorongan ekonomi kreatif.
Di balik layar, Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara ikut memainkan peran penting, memberikan dukungan strategis yang menghubungkan pendekar seni bela diri tradisi dengan visi besar membangun ekosistem ekonomi dan keuangan digital Indonesia.
Pencak silat bukan hanya olahraga. Ia adalah cerita panjang tentang nilai, disiplin, dan kearifan lokal. Dari gerakan tangan hingga langkah kaki, tersimpan filosofi menjaga kehormatan, ketangkasan, dan keseimbangan hidup.
Di ajang 3rd International Pencak Silat Indonesian Open, para pendekar dari berbagai negara berkumpul. Mereka bukan hanya bertanding, tetapi juga bertukar budaya, menciptakan jembatan persahabatan antarbangsa.
Bagi Sumatera Utara, yang dikenal sebagai rumah bagi beragam etnis dan budaya, kehadiran kejuaraan ini menjadi momentum emas. Ia memperkuat citra daerah sebagai pusat kegiatan internasional dan membuka peluang promosi potensi wisata, kuliner, serta produk kreatif lokal.
Bank Indonesia Menghubungkan Olahraga dan Ekonomi
Keterlibatan Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara dalam ajang ini bukan sekadar simbol dukungan. BI memahami bahwa olahraga tradisional seperti pencak silat memiliki potensi ekonomi besar, mulai dari penjualan merchandise, event tourism, hingga kolaborasi dengan pelaku UMKM yang memanfaatkan momen ini untuk memasarkan produk.
Melalui dukungan terhadap ajang internasional ini, BI Sumut sekaligus membawa pesan penting: ekonomi kreatif, budaya, dan teknologi digital dapat saling menopang. Inilah filosofi yang selaras dengan tujuan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), mendorong transformasi digital di semua sektor, termasuk sektor olahraga dan pariwisata berbasis budaya.
FEKDI, Mengakselerasi Ekonomi Digital
FEKDI, yang digelar rutin oleh Bank Indonesia, menjadi wadah mempertemukan ide, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Program ini menampilkan pameran produk ekonomi digital, seminar, talkshow, peluncuran inovasi keuangan digital, dan penghargaan bagi UMKM yang sukses mengadopsi teknologi.
Mendorong transformasi digital agar pelaku usaha dan komunitas dapat memanfaatkan teknologi.
Meningkatkan inklusi keuangan sehingga layanan keuangan digital dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Memperkuat ekosistem ekonomi digital agar inovasi dapat tumbuh dalam lingkungan yang kondusif.
Dukungan terhadap 3rd International Pencak Silat Indonesian Open menjadi salah satu bentuk implementasi nilai FEKDI, menghubungkan sektor budaya dan olahraga dengan dunia digital. Bayangkan, promosi tiket, pendaftaran atlet, hingga transaksi UMKM di sekitar arena dapat dilakukan secara cashless, cepat, dan aman.
Olahraga Tradisional, Ekonomi Modern
Kehadiran ribuan penonton, atlet, pelatih, dan ofisial dari berbagai negara menciptakan efek domino ekonomi. Hotel-hotel terisi, restoran ramai, dan transportasi lokal bergerak. UMKM pun kebagian berkah, dari penjual suvenir, pakaian bertema silat, hingga kuliner khas Sumut seperti bika ambon, saksang, dan kopi Mandailing.
Dengan dukungan BI Sumut, transaksi para pelaku UMKM di lokasi pertandingan diarahkan untuk menggunakan QRIS dan layanan digital lainnya. Hasilnya, selain meningkatkan penjualan, pelaku UMKM juga belajar mengelola usaha secara lebih modern. Mereka tak lagi bergantung pada uang tunai, tetapi mulai akrab dengan laporan transaksi digital yang rapi.
Menjaga Tradisi di Era Digital
Ada kekhawatiran bahwa modernisasi dan digitalisasi akan mengikis nilai-nilai tradisi. Namun, justru sebaliknya, jika dikelola dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat pelestarian. Dokumentasi digital pertandingan, promosi online, hingga penjualan merchandise berbasis e-commerce membuat pencak silat semakin dikenal generasi muda, baik di dalam maupun luar negeri.
Bank Indonesia melihat hal ini sebagai peluang. Mendukung silat berarti menjaga budaya, dan menjaga budaya berarti menjaga identitas bangsa, sekaligus membuka pintu bagi inovasi ekonomi yang berkelanjutan.
Pesan dari Arena
Dari arena 3rd International Pencak Silat Indonesian Open, kita belajar bahwa olahraga tradisional dapat berjalan seiring dengan kemajuan teknologi. Di satu sisi, ada para pendekar yang menampilkan teknik kuno penuh nilai filosofi. Di sisi lain, ada transaksi digital, promosi online, dan jejaring bisnis yang dibangun melalui event ini.
Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara telah menunjukkan bahwa mendukung olahraga bukan hanya soal medali, tetapi juga soal membangun jejaring ekonomi, memperkuat UMKM, dan mempromosikan transformasi digital yang inklusif.
Sinergi BI yang Menginspirasi
Dukungan BI Sumut terhadap kejuaraan ini adalah contoh konkret sinergi antara pelestarian budaya dan pembangunan ekonomi digital. Ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan pesan kepada dunia bahwa Indonesia mampu memadukan warisan tradisi dengan inovasi modern untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Silat mengajarkan kita tentang keseimbangan, disiplin, dan strategi. Prinsip-prinsip ini sama pentingnya dalam membangun ekonomi masa depan, ekonomi yang tidak melupakan akar budaya, tetapi berani melangkah maju dengan teknologi. Dan di Sumatera Utara, kita baru saja melihat bagaimana prinsip itu diwujudkan di atas gelanggang. (Red)