Oleh : Hery Buha Manalu
Jika kita menelusuri jejak-jejak budaya di Tanah Batak Toba, ada satu warisan leluhur yang tak banyak diketahui orang muda zaman sekarang, namanya Mossak. Ia bukan sekadar seni bela diri, tetapi juga sebuah ilmu kebatinan yang sarat nilai filosofi, sekaligus cermin kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sayangnya, seperti bara api yang perlahan meredup, budaya ini, kini jarang terlihat. Hanya segelintir perguruan dan guru tua yang masih mengajarkannya. Padahal, di balik setiap gerakan Mossak, tersimpan cerita ,makna, dan kebanggaan yang tak ternilai.
Asal Usul Mossak, Dari Tanah Batak Toba
Mossak lahir dari peradaban Suku Batak Toba di Sumatera Utara. Dalam sejarahnya, masyarakat Batak bukan hanya dikenal sebagai petani yang ulet atau pedagang yang cerdas, tetapi juga sebagai pejuang tangguh yang siap mempertahankan tanah, keluarga, dan kehormatannya. Di situlah silat Batak ini hadir, bukan sekadar untuk bertarung, melainkan sebagai sarana melatih ketangkasan tubuh, ketenangan jiwa, dan kekuatan batin.
Mossak berkembang di kampung-kampung sekitar Danau Toba, diwariskan secara lisan dan praktis dari guru kepada murid. Tidak ada buku panduan atau catatan tertulis, hanya kepercayaan, latihan fisik yang keras, dan tuntunan batin yang mendalam.
Ciri Khas, Hitam, Simbol Kekokohan
Saat dipertunjukkan atau dilatih, para pesilat mengenakan seragam serba hitam. Warna hitam ini bukan sekadar pilihan estetika, tetapi melambangkan kekuatan, keteguhan, dan kesederhanaan.
Biasanya, seragam ini dipadukan dengan tali Batak tradisional yang dililitkan di pinggang atau badan. Tali tersebut berfungsi ganda, sebagai pengikat, sekaligus sebagai simbol penghubung antara fisik dan spiritual. Dalam filosofi Batak, tali ini mengingatkan pesilat untuk selalu terikat pada nilai-nilai leluhur dan tidak menyalahgunakan ilmu yang dimiliki.
Ilmu Kebatinan dan Unsur Mistis
Mossak bukanlah bela diri yang bisa dipelajari oleh semua orang. Untuk menjadi murid, seseorang harus memiliki niat yang tulus dan melalui proses penyaringan. Ini karena silat Batak ini, memadukan olahraga fisik dengan pengendalian batin, termasuk doa-doa, meditasi, dan bahkan ritual khusus.
Bagi sebagian orang, akan terasa mistis. Bukan karena sekadar cerita gaib, tetapi karena latihan ini menuntut penguasaan tenaga dalam yang diolah melalui pernapasan dan konsentrasi. Guru Mossak biasanya juga mengajarkan etika, bahwa ilmu ini hanya digunakan untuk membela diri, bukan menyerang atau pamer kekuatan.
Gerakan yang Filosofis
Gerakannya berpijak pada kuda-kuda yang kuat dan posisi kaki yang khas. Dalam setiap langkah, ada kombinasi teknik menangkis, mengelak, dan menyerang yang dirangkai seperti tarian, namun penuh tenaga dan makna.
Konon, salah satu inspirasi gerakannya datang dari cerita seseorang yang sedang membakar api unggun di hutan. Saat sebuah ranting jatuh, ia secara spontan menangkis untuk melindungi diri dari percikan api. Dari gerakan refleks itulah lahir teknik-teknik Mossak yang mengajarkan kecepatan reaksi dan kesadaran penuh terhadap lingkungan.
Fungsi, Lebih dari Sekadar Bela Diri
Dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, teknik ini tidak hanya berfungsi untuk pertarungan fisik. Ia juga kerap tampil dalam upacara adat, seperti pesta horja, penyambutan tamu kehormatan, atau perayaan tertentu. Dalam konteks ini, biasa menjadi tontonan yang memadukan seni, kekuatan, dan pesan moral.
Ketika ditampilkan, Mossak seolah bercerita, tentang perjuangan, kehormatan, dan keteguhan hati. Gerakannya tidak sekadar memukul atau menangkis, tetapi mengirim pesan bahwa kekuatan sejati adalah kekuatan yang terkendali.
Ancaman Kepunahan
Sayangnya, silat Batak ini, kini nyaris tak terdengar di telinga generasi muda. Arus modernisasi, perubahan gaya hidup, dan kurangnya regenerasi membuat Mossak berada di ujung tanduk kepunahan. Di banyak desa, nama Mossak hanya tinggal cerita. (Red)