spot_img
BerandaWisataTradisi Singgah Beli Buah Saat Touring, Kesegaran Jalanan yang Jadi Cerita

Tradisi Singgah Beli Buah Saat Touring, Kesegaran Jalanan yang Jadi Cerita

Kopi Times – Tradisi beli buah, bagi sebagian orang, dalam kegiatan touring dengan motor adalah soal kecepatan, jarak tempuh, dan tantangan jalanan. Namun, bagi banyak biker berpengalaman, touring punya sisi lain yang lebih hangat, momen singgah di lapak buah pinggir jalan. Berhenti sejenak, menikmati buah segar, dan bercakap dengan penjual lokal kini telah menjadi tradisi kecil yang membuat perjalanan jauh terasa lebih manusiawi.

Tradisi ini tidak sekadar melepas lelah, di saat touring . Di balik sepotong semangka atau segenggam salak, ada cerita tentang tubuh yang kembali segar, persaudaraan yang terjalin, hingga kontribusi kecil pada ekonomi lokal.

Pelepas Dahaga di Tengah Jalan

Tidak ada yang lebih nikmat setelah menempuh dua jam perjalanan di bawah terik matahari selain berhenti di sebuah lapak sederhana. Tadisi membeli jeruk Kabanjahe dengan rasa manisnya, salak Siborong-borong yang renyah, atau durian Pematangsiantar yang legit, semuanya terasa seperti hadiah perjalanan.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

“Kalau panas begini, satu potong semangka langsung bikin badan segar,” kata Rudi, seorang biker asal Medan yang gemar touring ke Sumatera Barat. “Rasanya beda dengan minuman kemasan, buah itu alami dan bikin tenaga balik lagi.”

Buah segar memang jadi energi instan yang sehat. Tanpa perlu gula tambahan atau bahan pengawet, tubuh kembali ringan, konsentrasi pun pulih.

Kenikmatan Lokal di Tiap Daerah

Setiap daerah yang dilalui biker punya tradisi untuk buah khasnya sendiri. Di Sumatera Utara, salak dari Siborong-borong selalu jadi buruan. Di jalur menuju Aceh, pisang barangan yang legit siap menyapa. Sementara jalur menuju Riau sering menghadirkan nanas madu yang harum dan manis.

Bagi biker, buah-buahan lokal bukan sekadar camilan. Ia adalah simbol keramahan daerah yang dilewati. “Setiap gigitan itu seperti memperkenalkan kita dengan tanahnya,” ujar Budi, pengendara yang rutin touring lintas provinsi. “Kita jadi merasa bagian dari perjalanan alam dan budaya.”

Tradisi Singgah Beli Buah Saat Touring: Kesegaran Jalanan yang Jadi Cerita

Cerita Hangat di Balik Lapak

Singgah membeli buah juga menghadirkan interaksi yang jarang terlupakan. Di balik meja kayu sederhana, penjual buah sering kali menyuguhkan bukan hanya dagangan, tapi juga senyum ramah dan obrolan ringan.

Saya sendiri pernah berhenti di Siborong-borong untuk membeli salak. Penjualnya, seorang ibu paruh baya, bercerita bagaimana keluarganya menanam dan merawat pohon salak. Dengan bangga, ia menjelaskan bahwa rasa manis asam itu adalah hasil dari tanah subur dan kerja keras. Percakapan singkat itu meninggalkan kesan mendalam, lebih dari sekadar transaksi.

Interaksi kecil seperti ini menjadikan touring lebih bermakna. Jalanan bukan hanya dilalui, tapi juga dihidupi melalui cerita-cerita manusia yang ditemui.

Bekal Sehat untuk Perjalanan Panjang

Selain dimakan langsung di tempat, buah-buahan hasil singgah ini sering kali jadi bekal perjalanan berikutnya. Salak yang tahan lama, jeruk yang praktis dibawa, atau pisang yang cepat mengisi perut, semua bisa jadi teman setia di atas motor.

Bagi sebagian biker, membawa buah lokal juga jadi kebanggaan tersendiri. “Saya selalu bawa pulang sedikit untuk keluarga,” kata Andi, biker asal Tebing Tinggi. “Rasanya touring lebih lengkap kalau ada oleh-oleh buah dari daerah yang dilewati.”

Dukungan untuk Ekonomi Lokal

Yang tak kalah penting, tradisi singgah membeli buah saat touring juga memberi dampak positif bagi ekonomi lokal. Setiap uang yang dikeluarkan langsung sampai ke tangan petani atau penjual kecil. Di tengah perjalanan yang panjang, biker ikut menjadi bagian dari rantai kehidupan masyarakat sekitar.

“Kalau ada rombongan touring lewat dan beli buah, tradisi itu berkah buat kami,” ungkap Siti, penjual buah di jalur Medan, Berastagi. “Dagangan cepat habis, dan kami bisa bawa pulang rezeki lebih banyak.”

Di titik inilah touring menjadi lebih dari sekadar perjalanan pribadi. Ia juga menjadi sarana berbagi, meski sederhana, dan jadi tradisi biker.

Touring selalu mengajarkan keseimbangan antara melaju dan berhenti. Dan berhenti di lapak buah pinggir jalan adalah cara sederhana yang membuat perjalanan lebih segar, lebih sehat, sekaligus lebih bermakna.

Dari buah, biker mendapatkan energi. Dari penjual, mereka mendapatkan cerita. Dan dari daerah yang disinggahi, mereka membawa pulang kenangan.

Maka, jangan heran jika banyak biker senior sepakat: touring bukan hanya soal jalanan yang panjang, tapi juga tentang momen-momen singgah yang sederhana. Karena sesungguhnya, touring lebih nikmat saat kita tahu kapan berhenti, dan salah satu pemberhentian paling indah adalah di lapak buah sederhana di pinggir jalan. ( Hery Buha Manalu)

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini