spot_img
BerandaOpiniAgama, Konsep Dasar, Pemahaman Teoretis, dan Masyarakat

Agama, Konsep Dasar, Pemahaman Teoretis, dan Masyarakat

Oleh: Yosua Hutabarat, Mahasiswa STT Paulus Medan Prodi Teologi

Agama bukan hanya sekedar berbicara tentang relationship manusia dengan Sang Pencipta, ada sesuatu hal yang juga harus menjadi concert kita sebagai orang percaya, dimana ada hukum yang tidak bisa kita abaikan yaitu “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada Allah harus bermanifestasi kepada kehidupan sosial kita, bagaimana cara kita berinteraksi, memperlakukan orang lain. Alkitab menuliskan bagaimana Sang Bapa telah memperlengkapi manusia dengan sifat untuk saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam Kejadian 2:18 menuliskan; TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.

Sebagai seorang Kristen, kita harus memahami bahwa Agama ternyata tidak hanya berurusan dengan spiritual saja, melainkan juga memiliki peran besar dalam membentuk nilai, moral, dan perilaku masyarakat. Dimana kita harus mencerminkan bagaimana kehidupan Yesus dalam bermasyarakat; hidup saling mengasihi, menghormati, saling menghargai kepentingan setiap orang.

Yesus mengajarkan kita untuk hidup menjadi terang dan garam, yang berarti hidup kita harus memberikan rasa bagi setiap orang yang ada disekitar kita, baik kepada sesama orang percaya maupun kepada yang berbeda.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Dalam kehidupan sehari-hari, agama merupakan pedoman yang menuntun manusia untuk hidup bermakna. namun juga dapat menjadi sumber perpecahan jika disalahgunakan demi kepentingan tertentu.

Yesus pernah menegur orang yang dianggap menguasai Hukum Taurat, dimana mereka mengajarkan tentang hukum-hukum Allah namun tidak menjadi penerapan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam injil Lukas 10:25-27 Yesus menjelaskan bagaimana keagamaan seseorang tidak menentukan sikap kemanusiaan yang benar. Melalui kisah “perumpamaan orang samaria yang murah hati” ini, Yesus ingin mengajarkan bahwa kasih dan tindakan nyata jauh lebih penting daripada jabatan atau status keagamaan.

Dalam cerita itu, seorang imam dan orang Lewi yang seharusnya dikenal sebagai tokoh rohani justru memilih untuk tidak menolong orang yang terluka. Sebaliknya, seorang Samaria, yang biasanya dipandang rendah oleh orang Yahudi, justru berhenti dan menolong dengan penuh belas kasihan.

Dengan kisah ini, Yesus membalik cara pandang manusia tentang arti “sesama.” Ia menunjukkan bahwa sesama bukan ditentukan oleh agama, suku, atau status, tetapi oleh hati yang rela menolong siapa pun yang sedang membutuhkan.

Tulisan ini adalah, pengembangan dari materi mata kuliah dan diskusi kelas pada Sosiologi Agama.

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini