spot_img
BerandaReligiMengurai Mandat Kenaikan Yesus untuk Merawat Lingkungan

Mengurai Mandat Kenaikan Yesus untuk Merawat Lingkungan

Oleh : Hery Buha Manalu

Ketika kita bicara tentang Hari  Kenaikan Yesus Kristus, seringkali pikiran kita melayang tinggi ke surga, membayangkan kemuliaan dan janji kehidupan kekal. Dan itu memang benar! Namun, ada sebuah dimensi penting dari peristiwa ini yang sering luput dari perhatian, bagaimana Kenaikan Yesus justru membumikan iman kita dan menuntut tanggung jawab nyata terhadap planet tempat kita berpijak ini.

Mari kita kupas tuntas mengapa perayaan Kenaikan, yang jatuh 40 hari setelah Paskah, adalah seruan untuk menjadi penjaga bumi yang lebih baik. Ini bukan hanya tentang teologi yang rumit, tetapi tentang bagaimana iman kita seharusnya terlihat dan dirasakan di tengah-tengah dunia yang terus berjuang dengan krisis lingkungan.

Kenaikan Yesus bukanlah sekadar ‘perpisahan’ atau ‘keberangkatan’. Peristiwa ini adalah penegasan kekuasaan mutlak Yesus atas segala sesuatu. Bayangkan, Dia yang bangkit dari kematian, kini diangkat dan ‘duduk di sebelah kanan Allah Bapa’. Ini adalah simbolisasi paling agung dari otoritas dan kedaulatan-Nya atas seluruh alam semesta, termasuk setiap gunung, lautan, hutan, dan setiap makhluk hidup di dalamnya.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Pikirkan ini, jika Kristus adalah Raja atas seluruh ciptaan, termasuk bumi yang kita huni, maka sebagai pengikut-Nya, kita punya kewajiban untuk merawat ‘kerajaan’ yang Ia pimpin. Merusak bumi dan isinya sama saja dengan tidak menghormati kedaulatan Raja kita. Sebaliknya, saat kita merawat lingkungan, menjaga kebersihan sungai, menanam pohon, atau mengurangi sampah, kita sedang menyatakan kesetiaan dan pengakuan kita terhadap pemerintahan-Nya yang menyeluruh.

Hari Kenaikan Yesus Kristus
Kenaikan, yang jatuh 40 hari setelah Paskah, adalah seruan untuk menjadi penjaga bumi yang lebih baik. Ini bukan hanya tentang teologi yang rumit, tetapi tentang bagaimana iman kita seharusnya terlihat dan dirasakan di tengah-tengah dunia yang terus berjuang dengan krisis lingkungan/foto :ist/kopitimes

Bukan Hanya untuk Berkhotbah, tapi Juga Bertindak!

Sebelum terangkat, Yesus menjanjikan Roh Kudus. Kita tahu Roh Kudus memberi kita keberanian untuk bersaksi, pemahaman akan Firman Tuhan, dan kekuatan untuk hidup benar. Tapi ada dimensi lain dari Roh Kudus yang sering kita abaikan. Roh Kudus juga memberi kita hikmat dan kepekaan untuk memahami penderitaan ciptaan.
Dunia ini mengerang karena dosa manusia, dan penderitaan itu tidak hanya dialami oleh manusia, tetapi juga oleh alam.

Pemanasan global, polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, ini semua adalah ‘erangan’ dari bumi yang terluka. Roh Kudus membimbing kita untuk melihat penderitaan ini, untuk merasakan kepedihan ekologis, dan untuk menemukan cara-cara kreatif dan berkelanjutan untuk hidup.

Roh Kudus memampukan kita untuk tidak hanya mengucapkan ‘Amin’ di gereja, tetapi juga untuk bertindak nyata di dunia. Ini berarti memilih produk yang ramah lingkungan, mendukung kebijakan yang adil bagi alam, atau bahkan bergabung dengan l komunitas yang peduli ekologi. Itu semua adalah bentuk nyata dari hidup yang dipimpin Roh Kudus.

Amanat Agung (Murid Kristus adalah Penjaga Bumi)

“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” demikian Amanat Agung Yesus. Kita sering mengartikannya sebagai ajakan untuk memberitakan Injil dari mulut ke mulut, yang memang benar. Namun, ‘murid’ berarti lebih dari itu. Seorang murid adalah pengikut sejati yang meneladani seluruh ajaran dan cara hidup Yesus.

Yesus datang untuk membawa kehidupan yang berkelimpahan dan untuk memulihkan segala sesuatu. Artinya, ‘pemuridan segala bangsa’ juga harus mencakup pendidikan tentang bagaimana hidup selaras dengan alam, sebagaimana yang diinginkan Sang Pencipta. Menjadi murid Kristus berarti mengadopsi cara pandang-Nya terhadap alam semesta, melihatnya sebagai ciptaan yang berharga, patut dihormati, dan dijaga, bukan sekadar sumber daya yang bisa dieksploitasi sesuka hati.

Misi global Gereja, dalam terang Kenaikan, haruslah mencakup advokasi dan tindakan nyata untuk keadilan ekologis. Jika kita ingin melihat bangsa-bangsa diubahkan, kita juga harus membantu mereka meninggalkan cara-cara lama yang merusak lingkungan dan belajar cara hidup yang lebih bertanggung jawab, yang menghargai setiap tetes air, setiap helai daun, dan setiap makhluk hidup.

Terang dan Garam, Wujud Nyata Iman yang Membumi

Panggilan untuk “menjadi terang dan garam di tengah dunia” mendapat makna baru dalam konteks tanggung jawab ekologis.

Kita dipanggil untuk menerangi kegelapan eksploitasi dan polusi lingkungan. Kita harus berani menyuarakan kebenaran tentang kerusakan yang terjadi dan menawarkan solusi yang berlandaskan etika kasih dan keadilan. Terang menunjukkan jalan keluar dari kebinasaan, dan ini berlaku juga untuk lingkungan.

Kita dipanggil untuk mengawetkan dan memberi rasa. Dalam hal lingkungan, ini berarti, ktif melindungi keanekaragaman hayati, melestarikan ekosistem vital (hutan, laut, lahan basah), dan mencegah degradasi lingkungan. Garam mencegah pembusukan; kita harus aktif mencegah ‘pembusukan’ bumi oleh keserakahan manusia.

Memberikan ‘rasa’ keadilan, belas kasih, dan etika dalam setiap diskusi dan kebijakan lingkungan. Kita harus membela mereka yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan mempromosikan praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan dalam konsumsi, produksi, dan gaya hidup.

Refleksi di Hari Kenaikan

Jadi, di Hari Kenaikan Yesus ini, marilah kita tidak hanya menengadah ke surga, tetapi juga menunduk melihat bumi di bawah kaki kita. Peristiwa Kenaikan adalah pengingat bahwa Kristus adalah Raja atas segalanya, dan iman kita tidak bisa terpisah dari dunia fisik tempat kita hidup.

Kenaikan Yesus Kristus adalah seruan untuk memperbarui komitmen kita bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam tindakan nyata. Menjadi pribadi yang lebih peduli, lebih bertanggung jawab, dan lebih aktif dalam merawat ‘rumah’ yang Tuhan titipkan kepada kita. Karena pada akhirnya, merawat bumi adalah bagian tak terpisahkan dari mengasihi Penciptanya dan menggenapi panggilan kita sebagai umat-Nya di dunia. Bagaimana kita akan menjadi terang dan garam bagi lingkungan di sekitar mulai hari ini, sebagai refleksi di Hari Kenaikan.

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini