spot_img
BerandaKopiKopi dan Ombus-Ombus, Ekonomi Kreatif dari Tanah Batak

Kopi dan Ombus-Ombus, Ekonomi Kreatif dari Tanah Batak

Oleh : Hery Buha Manalu

Kopi dan Ombus-Ombus dibicarakan saat Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2025 di Delipark Mall Medan, acara ini bukan sekadar pameran biasa. Ia telah menjelma menjadi panggung tempat budaya, bisnis, dan kreativitas saling menyapa dengan penuh semangat. Tak hanya menyuguhkan produk UMKM, KKSU menghadirkan kisah yang lebih dalam, tentang kopi hangat yang dikisahkan di meja-meja kayu tua, tentang ombus-ombus yang mewakili cinta dalam kesederhanaan, dan tentang keberanian orang Batak menyentuh pasar global dengan identitasnya yang unik.

Salah satu daya tarik utama adalah Sumatra Coffee Journey, sebuah ajang yang membawa kopi bukan hanya sebagai komoditas, tapi sebagai peristiwa budaya. Di sini, kopi Sumatera Utara, dari Mandailing hingga Simalungun, hingga Dairi, dihadirkan dalam rupa terbaiknya. Digelar pula Sumatra Barista Championship dan Asia Manual Brew (V60) yang menghadirkan barista dari Malaysia dan Singapura, serta juri internasional yang ahli di bidang specialty coffee. Aroma kopi yang harum itu bukan sekadar mengisi udara Delipark, tapi juga membuka jalan bagi diplomasi rasa Sumut ke dunia.

Di Sumut bukan sekadar minuman; ia bagian dari ritus sosial. Dalam budaya Batak, minuman ini seringkali menjadi pintu masuk percakapan mendalam. Di sinilah ombus-ombus mengambil tempat: kudapan sederhana berbahan tepung berisi gula merah, yang disajikan hangat, mengepul, seperti cinta ibu yang diam-diam menguatkan anaknya. Kombinasi kopi dan ombus-ombus tak hanya menggoda lidah, tetapi juga membangkitkan memori kolektif masyarakat Batak tentang kehangatan, keakraban, dan kekuatan komunitas.

Pada panggung lain, Sumatra Fashion Ethnic juga mencuri perhatian. Sepuluh finalis muda menampilkan desain fesyen yang memadukan ulos dan songket dengan gaya urban masa kini. Hasilnya adalah busana yang tak hanya memikat mata, tapi juga membawa pesan penting: bahwa kearifan lokal bisa menjadi tren global. Diiringi presentasi dari 20 desainer UMKM binaan Bank Indonesia, peragaan busana ini menunjukkan bahwa wastra Batak bukanlah peninggalan masa lalu yang usang, melainkan kekayaan masa depan yang siap diekspor.

Talkshow bertema “From Local to Global: Creating Sumatra Fashion Export-Ready” yang menghadirkan desainer kenamaan Deden Siswanto dan Taruna Kusmayadi menjadi jembatan inspiratif. Keduanya menekankan pentingnya narasi dalam produk lokal. Menurut mereka, produk yang punya cerita, seperti ulos yang dijahit dengan doa, atau kopi yang dipetik dari ladang dengan penuh harapan, memiliki daya tarik yang tak bisa ditiru mesin-mesin industri besar.

Tak kalah menarik, sesi bersama finalis Duta Kopi Digital menampilkan Remaja Tampubolon, motivator muda nasional, yang membawakan materi “Pentingnya Wirausaha Muda Melek Digital.” Ia menekankan pentingnya pemuda-pemudi Batak tidak hanya piawai di ladang atau pasar, tapi juga di ruang digital. Dunia maya adalah pasar global baru, dan para pelaku UMKM harus mampu memanfaatkan media sosial, e-commerce, dan storytelling digital untuk menjual kopi, ulos, atau ombus-ombus dengan harga dan cerita yang pantas.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Rudy Brando Hutabarat, antusiasme ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi sinyal positif bahwa KKSU 2025 menjawab kebutuhan zaman. Acara ini tidak hanya meriah secara kuantitas, tapi juga menyentuh substansi: mendorong UMKM naik kelas, membuka akses pasar, dan menghubungkan budaya lokal dengan kebutuhan global.

Diselenggarakan secara hybrid (offline dan online), KKSU 2025 menghadirkan lebih dari 300 UMKM unggulan dari seluruh penjuru Sumatera Utara. Tak hanya memamerkan produk, mereka juga menyuguhkan filosofi, tradisi, dan jati diri yang hidup dalam produk-produk mereka, dari kopi, kain, kuliner, hingga kerajinan tangan.

Lebih dari sekadar pameran, KKSU 2025 adalah transformasi kolektif. Ia menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi bisa bertumbuh dari warung kopi sederhana, dari dapur yang mengukus ombus-ombus, dan dari rumah-rumah pengrajin ulos. Ia membuktikan bahwa budaya Batak, bila dirawat dan dikemas dengan cerdas, bisa jadi kekuatan ekonomi baru yang mendunia, hangat, bersahaja, dan berdaya saing.

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini