spot_img
BerandaOpiniAgama Sebagai Ruang Kemanusiaan

Agama Sebagai Ruang Kemanusiaan

Oleh : Muhtar Tarigan, Mahasiswa STT Paulus Medan, Prodi Teologi

Kita berbicara tentang sekte, gerakan ruang keagamaan, sekularisme, dan politik, sejatinya kita sedang membicarakan manusia, dengan segala pencarian, pergulatan, dan kerinduannya akan makna.

Agama, dalam segala bentuk ekspresinya, selalu hadir di titik pertemuan antara harapan dan kenyataan. Ia bisa menjadi kekuatan transformasi yang menumbuhkan solidaritas, atau menjadi ideologi yang menumbuhkan permusuhan, semuanya tergantung pada bagaimana manusia menafsirkannya.

Menjaga agar ruang agama tetap menjadi ruang refleksi kritis yang membebaskan. Bukan sekadar doktrin, melainkan energi kehidupan yang mengajarkan cinta, keadilan, dan kebijaksanaan. Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, memahami ruang agama dengan pendekatan sosiologis bukan hanya penting, tetapi juga mendesak, agar kita tidak kehilangan makna terdalam dari keberagamaan itu sendiri, menjadi manusia yang lebih manusiawi.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Refleksi

Saat ini kita bisa melihat fenomena yang terjadi dikalangan Masyarakat Indonsia bahwa ruang agama cenderung digunakan untuk tujuan tertentu, sehingga banyak orang yang melakukan sesuatu yang melanggar hukum yang berlaku namun kerena dianggap merupakan perintah Agama maka para pelakunya dengan perasaan tidak bersalah tetap melakukannya bahkan berulang kali.

Fenomena ini sering juga di sebut dengan mabuk agama, para pelaku tidak pernah memberi sidikit pun ruang untuk bertoleransi terhadap agama lain. Situasi seperti ini merupakan alarm bagi kita untuk berbenah diri, demi tercapainya hidup rukun antar sesama warga negara.

Kita juga harus menyadari jika prinsip mabuk agama ini menjadi trend di setiap kalangan pemeluk agama maka akan terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan perpecahan dalam sebuah negara.

Oleh sebab itu, fenomena ini merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara dan warga gereja untuk selalu memberikan edukasi kepada generasi muda, menjadi teladan bagi sesama dan menjadi pelopor dalam menjalin hubungan dengan pemeluk agama lain. (Red/*)

Tulisan ini adalah, pengembangan dari materi mata kuliah dan diskusi kelas pada Sosiologi Agama.

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini