spot_img
BerandaAkademikaArdo Wiranta Manik, "Hidupkan Budaya Menulis Rasul Paulus di STT"

Ardo Wiranta Manik, “Hidupkan Budaya Menulis Rasul Paulus di STT”

IMG 20200904 123238
Ardo Wiranta Manik, Teolog Muda si Peneliti Tradisi “Menerbeb” Kearifan Lokal Masyarakat Pakpak : Hidupkan Budaya Menulus Rasul Paulus di STT/Foto : ist/Kopitimes

Kopi Times | Medan : 

Ardo Wiranta Manik, wisudawan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Paulus Medan, menyampaikan perlunya dukungan – dukungan dari keilmuan lainnya, demi perkembangan dunia teologi termasuk kemasyarakatan dan budaya, meminta hidupkan budaya menulis Rasul Paulus.

Hal ini diungkapkan Ardo kepada Kopi Times usai mengikuti acara GR wisuda ke XIV Kamis sore (3/8/2020) di Kenanga Restaurant Medan.

Ardo juga menyebutkan bahwa dunia teologi akan terus berkembang. Oleh karena itu memerlukan dukungan-dukungan dari disiplin ilmu lain, serta lembaga masyarakat atau organisasi agama. Dengan demikian seorang Sarjana Teologia diera kekinian tidak lagi berwawasan sempit, tapi bisa berpikir luas, mau membuka diri pada lingkungan sekitar dan mempu menyikapi perubahan dan perkembangan era dan paling utama sarjana itu harus bisa bermasyarakat.

“Oleh karena itu saya tadi ada mengusulkan supaya kampus STT sudah saatnya melakukan terobosan dan sering-sering melakukan seminar dengan menggandeng keilmuan lainnya. Contohnya, dunia Antropologi, Budaya, Lingkungan, Psikologi, Lembaga Masyarakat, Lembaga Adat, Budaya juga organisasi Keagamaan atau Kristen seperti BKAG, PGI, dan FKUB. Membuka mata, dunia STT bersanding memberi masukan untuk pengabdiannya pada masyarakat”, sebutnya kepada Kopi Times.

Aktifkan kegiatan mengundang mereka para Pendeta dari gereja lain, untuk memberikan seminar seputar perkembangan permasalahan gereja dan masyarakat secara aktual atau terkini. Karena yang dibutuhkan dunia saat ini adalah alumni yang bisa bermasyarakat. Maka dengan demikian para mahasiswa menjadi profesional dan unggul.

Kepada Kopi Times, Lanjut Ardo, mari menyadari kembali ‘Kesejatian’ Rasul Paulus itu yang mengabdikan dirinya sebagai penulis, komunikasi atau pewarta melalui surat-suratnya, maka sudah saatnya kampus ini tidak sulit menulis dan memboboti dosen dan mahasiswanya untuk lebih berkarya melalui tulisan. Membudayakan civitas akademikanya seperti Paulus si Penulis.

“Budaya menulis sepantasnya harus jadi ciri khas yang dimiliki warga di kampus ini. Karena perjuangannya (Paulus) melalui tulisanlah jati diri, semangat dan teladan dalam ajaran dan hidup Paulus. Oleh karena itu kampus ini harus bisa memperlengkapi mahasiswa dan para dosen untuk fasih menulis, salah satunya untuk menerbitkan buku. Karena Paulus sendiri pun adalah “Seorang Penulis”.”, sebutnya.

Diakui Ardo, hal yang dialaminya semasa kuliah, pengalaman dia menemukan arti dan jati diri sang Rasul Paulus itu, ketika kuliah di STT ini. “Kenapa saya berkata demikian. Karena saya merasakan itu. Saya dibentuk dan dipersiapkan untuk terbuka kepada setiap orang, tidak membeda – bedakan dan menutup diri dari sesama. Di kampus ini kami menemukan bahwa sikap menghargai sesama itu seperti sikap Paulus (1 Kor. 9 :20 – 22) yaitu sikap plularisme, inklusivisme, eklusivisme” pungkasnya.

Menulis dan Meneliti Budaya Pakpak

Dalam hal ini tugas akhir skripsi saya coba menggali budaya kearifan lokal Pakpak, dengan judul “Tradisi Menerbeb dalam Suku Pakpak Ditinjau dari Kejadian 27:1-29 dan Aplikasinya pada Pemuda-pemudi Gereja Kristen Prostestan Pakpak Dairi Padang Bulan Tahun 2020”.

Karya ini tentang bagaimana pemahaman pemuda-pemudi GKPPD Padang Bulan tentang makna tradisi Menerbeb. Temuan saya tadisi, “Menerbeb” , sebut Ardo, merupakan perintah tersirat dari orang tua yang harus dilakukan seorang anak dengan sukacita dan rendah hati. Tradisi ini sebagai sarana bagi anak untuk menghormati orang tua dan mendapat berkat dari Tuhan.

Lalu tradisi Menerbeb adalah kearifan budaya lokal yang layak diangkat dan dilestarikan. Warisan budaya leluhur sub etnis Pakpak tradisi “Menerbeb” adalah sarana mewujudkan hubungan yang indah dan bernilai kasih yang membuat tercipta ikatan yang hangat, manis, indah dan menyenangkan hati anak dan orang tua. Bukankah mewujudkan hubungan yang indah dan bernilai kasih ini hal yang diajarkan Kristus, tegas Ardo.

“Saya bersyukur bisa mengangkat kearifan lokal Pakpak tradisi Manerbeb ini. Saya bangga sebagai Putra Pakpak, menjadi lebih tahu arti keluhuran nilai-nilai tradisi budaya Pakpak yang mungkin bisa jadi masukan bagi gereja. Walau awalnya penelitian tentang budaya kurang mendapat tempat bagi para kalangan gereja atau STT. Saya berharap pandangan yang keliru selama ini bisa diluruskan. Penelitian tentang budaya atau kearifan lokal bisa membantu dan dijadikan refrensi bagi keilmuan teologi untuk menjawab persoalan dimasyarakat. Bersyukur mendapat arahan ide dan cara pikir dosen dari bidang itu, Bapak Dr Hery Buha Manalu di kampus ini. Kiranya ide pikir itu jadi modal kreatif dan semangat kami untuk mengabdikan diri bagi bangsa, masyarakat dan kemuliaan nama Tuhan”, sebutnya haru.

Tadi saya juga ada coba mengingatkan kembali kepada teman-teman sebagai orang Kristen milikilah 3 bobot, sebut Ardo, apa yang pernah Pdt.Chris Marantika , D.Th, DD katakan di dalam bukunya, Kristologinya, tentang  “Keserjanaan adalah Pengabdian kepada Allah”. Dan Pdt.Chris Marantika juga mengatakan Umat Allah (orang Kristen) harus memiliki tiga Bobot yakni: 1) Bobot Ilmu (Keserjanaan), 2) Bobot Rohani (Suci), 3) Bobot Pelayanan (Setia). Semoga ungkapan-ungkapan itu bagi kita sebagai alumni bisa kita miliki dan terapkan.

Acara Wisuda KE-XIV Sekolah Tinggi Teologia (STT) Paulus Medan Program Doktoral, Pascasarjana dan Sarjana dengan tema: “Tetap Setia” (Rom 8:38-39) di Kenanga Restaurant Hall Jl. Jamin Ginting, Lau Cih, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara 20137 akan diadakan pada Sabtu, 05 September 2020. (Red/***Hery Buha Manalu)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini