spot_img
BerandaAkademika"Bangkit dan Jadi Terang”: STT Paulus Medan Awali Semester Baru dengan Panggilan...

“Bangkit dan Jadi Terang”: STT Paulus Medan Awali Semester Baru dengan Panggilan Menjadi Sinar Kemuliaan Tuhan

Kopi Times | Medan :

“Bangkit dan Jadi Terang” menjadi pesan pembuka semester baru di STT Paulus Medan. Dalam ibadah yang digelar Jumat (19/9/2025), renungan ini mengajak seluruh sivitas akademika untuk tidak larut dalam kegelapan zaman, tetapi berani bangkit dan menjadi sinar kemuliaan Tuhan lewat sikap, perkataan, dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Suasana khidmat dan penuh semangat iman menyelimuti Kampus Sekolah Tinggi Teologi (STT) Paulus Medan. Seluruh sivitas akademika, mulai dari dosen, staf, hingga mahasiswa, berkumpul dalam ibadah pembukaan semester ajaran baru 2025/2026. Momen ini bukan sekadar tradisi rutin, melainkan menjadi ruang refleksi bersama untuk memulai perjalanan akademik dengan hati yang tertuju pada Tuhan.

IMG 20250919 114446

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Ibadah dipimpin, Pdt. Dr. Suheri Ginting, M.Th. Dalam khotbahnya, ia menekankan pesan kuat dari firman Tuhan berdasarkan Kitab Yesaya 60:1: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.” Pesan Alkitabiah ini menjadi dasar renungan sekaligus dorongan agar seluruh keluarga besar STT Paulus tidak hanya berfokus pada capaian akademis, tetapi juga pada panggilan rohani untuk menjadi terang di tengah dunia yang sering kali diliputi kegelapan.

Dalam penjelasan Pdt. Suheri, kegelapan yang dimaksud bukan sekadar absennya cahaya, tetapi simbol kondisi dunia yang dipenuhi kejahatan, perselisihan, ketidakadilan, dan penderitaan. Ia mengingatkan, “Kita hidup di tengah dunia yang tak jarang menormalisasi kebohongan, ketamakan, dan ketidakpedulian. Namun sebagai orang percaya, kita tidak boleh larut di dalamnya.”

Sebaliknya, terang adalah gambaran kemuliaan Tuhan, cahaya yang datang untuk menyelamatkan, memulihkan, dan memberi arah. Umat Tuhan, kata Suheri, dipanggil untuk memantulkan terang itu lewat sikap, perkataan, dan perbuatan yang penuh kasih, kebaikan, dan kebenaran.

Panggilan Bangkit dan Menjadi Terang

Lebih jauh, khotbah tersebut menekankan dua hal pokok: bangkit dan menjadi terang.

Pertama, bangkit berarti keberanian untuk tidak terpuruk dalam keputusasaan, melainkan memperbarui diri dan menghadapi tantangan dengan iman. “Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Karena itu, apa pun kesulitan studi, pekerjaan, bahkan pergumulan pribadi, jangan biarkan itu menenggelamkan kita. Bangkitlah!” tegas Suheri.

Kedua, menjadi terang berarti menjalani hidup yang berbeda dari pola pikir dunia. Bukan hanya dalam doa atau pelayanan gerejawi, tetapi juga lewat tindakan nyata sehari-hari, jujur dalam hal kecil, rela memberi meski sederhana, serta hadir melayani sesama yang membutuhkan.

“Terang yang kita pancarkan bukan berasal dari kita sendiri. Sumbernya adalah Tuhan. Karena itu, semakin kita dekat dengan-Nya lewat firman dan doa, semakin kita mampu bersinar di tengah lingkungan kita,” tambahnya.

Implementasi Nyata dalam Kehidupan

Suheri kemudian memberi contoh konkret yang dekat dengan realitas mahasiswa dan masyarakat luas. Misalnya, tidak ikut-ikutan melakukan praktik korupsi meskipun kesempatan terbuka, lebih memilih memberi dan berbagi daripada sekadar menerima; atau meluangkan waktu untuk menjadi sahabat bagi mereka yang kesepian, menjadi telinga yang siap mendengarkan.

Pesan ini disambut dengan penuh perhatian oleh mahasiswa yang hadir. Banyak di antara mereka mengangguk setuju ketika mendengar ajakan untuk tidak hanya belajar teologi dalam teori, tetapi juga mewujudkannya dalam tindakan nyata di tengah masyarakat.

Spirit Baru Menyongsong Semester

Ibadah pembukaan semester ini menjadi titik awal perjalanan akademik STT Paulus Medan di tahun ajaran 2025/2026. Bagi mahasiswa baru, momen ini adalah pintu masuk untuk mengenal identitas kampus teologi yang berlandaskan iman Kristen. Sementara bagi mahasiswa senior, dosen, dan staf, ibadah ini menjadi pengingat bahwa aktivitas akademik, penelitian, maupun pelayanan harus tetap berpijak pada nilai rohani.

Suheri berharap seluruh civitas akademika STT Paulus mampu membawa semangat firman ini ke dalam aktivitas sehari-hari. “Belajar teologi bukan hanya soal menguasai teori atau meraih gelar, tetapi bagaimana kita menjadi berkat dan terang bagi dunia,” katanya.

Menjadi Sinar Kemuliaan Tuhan

Di akhir ibadah, suasana kampus terasa berbeda. Ada semacam energi baru yang memancar dari wajah-wajah peserta. Harapan pun menyeruak, bahwa semester baru ini akan dijalani bukan hanya dengan tekun belajar, tetapi juga dengan tekad untuk menjadi sinar kemuliaan Tuhan di manapun mereka berada.

STT Paulus Medan dengan demikian bukan sekadar mencetak lulusan bergelar sarjana atau magister teologi, melainkan pribadi-pribadi yang siap menghadapi tantangan zaman dengan iman yang teguh dan hati yang melayani.

Seperti pesan Yesaya yang digaungkan, “Bangkitlah, menjadi teranglah.” Inilah panggilan yang tak lekang oleh waktu, yang kembali hidup dan menginspirasi setiap insan STT Paulus Medan pada awal semester ini. Bahwa di tengah dunia yang masih penuh kegelapan, mereka dipanggil untuk hadir sebagai cahaya membawa harapan, kebenaran, dan kasih. (Red/*)

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini