Kopi-times.com | Medan :
Dalam skenario mild, meluasnya dampak COVID-19 diprakirakan mendorong perlambatan perekonomian Sumut menjadi berada di kisaran 4,3% – 4,7% (yoy) melambat 0,8% dari baseline dalam skenario sedang.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat saat Bincang Bareng Media (BBM) yang digelar di Lantai VII kantor Perwakilan BI Provinsi Sumut di Jalan Balai Kota, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumut, Jumat (05/06/2020).
Dengan perkembangan terkini, dimana pertumbuhan dunia diperkirakan tumbuh 0,9% (yoy) (BI) serta Tiongkok tumbuh hanya 2.3% (World Bank), perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2 – 2,6% (yoy) dalam skenario berat.
Dalam kondisi sangat berat, ekonomi Sumut dapat turunhingga 1,2 – 1,6% (yoy). Dampak langsung perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 3,8% dari baseline. Penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Berdampak langsung pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdaganan internasional. Dampak tidak langsung dari penurunan pertumbuhan PDB Dunia turun 4,1% dari baseline.
“Seluruh komponen permintaan diprediksi bias ke bawah sementara komponen LU utama akan melambat, terutama perdagangan dan pariwisata”, sebut Wiwiek.
Meluasnya dampak COVID-19. dalam Asumsi sedang, Asumsi berat dan Asumsi sangat berat. Asumsi sedang, penurunan perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 1% dari baseline.
Demikian juga terjadinya penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Demikian dampak pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdaganan internasional (I-O 2015). Penurunan PDB Dunia 0,5% dari baseline dalam asumsi sedang.
Pada Asumsi berat, terjadi penurunan perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 3,8% dari baseline. Berdampak penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Dampak pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdaganan internasional. Penurunan PDB Dunia 2,1 % dari baseline serta penyesuaian harga komoditas eskpor utama di pasar internasional dalam asumsi berat.
Asumsi sangat berat, akan dampak langsung dari perdagangan internasional sebagai akibat pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang terkoreksi 3,8% dari baseline. Dampak langsung pada asumsi berat, terjadinya penurunan devisa wisman akibat penutupan pintu masuk bagi wisman selama 6 bulan. Pada Asumsi berat, dampak langsung pass through kepada lapangan usaha sebagai akibat penurunan perdaganan internasional. Dampak tidak langsung dari penurunan pertumbuhan PDB Dunia turun 4,1% dari baseline.
Secara Nasioanl dalam skenario berat, di kuartal II 2020 itu perekonomiannya adalah 1,1%. Dalam skenario berat yang disusun pemerintah di tengah pandemi, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan hanya menyentuh 2,3%. Rinciannya, kuartal I tumbuh sebesar 4,7%, kuartal II sebesar 1,1%, kuartal III sebesar 1,3% dan kuartal IV 2020 tumbuh 2,4%.
Skenario pemerintah tersebut, disusun berdasarkan informasi satuan tugas (satgas) mengenai perkiraan penyebaran pandemi. Satgas memperkirakan virus corona bisa sampai puncak Juni-Juli 2020. Hal ini yang mendasari terbentuknya skenario berat.
BI akan terus membahas skenario berat tersebut bersama Menteri Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Skenario ini, ia katakan, menjadi acuan respons yang diperlukan ke depannya.
Berdasarkan skenario berat ini, stimulus fiskal membutuhkan pelebaran defisit hingga 5,07% terhadap produk domestik bruto (PDB). Karena tambahan Rp 405 triliun yang antara lain untuk atasi biaya kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi.
BI akan tetap pantau perkembangan pandemi COVID-19 untuk menempuh langkah kebijakan perekonomian nasional.
“BI akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan otoritas terkait senantiasa memantau perkembangan pandemi COVID-19 guna menempuh langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memitigasi dan mengurangi dampaknya terhadap perekonomian nasional”, tutup
Wiwiek Sisto Widayat. (Red)