spot_img
BerandaArtikelDeklarasi Gerakan Hilirisasi Indonesia (GHI) Menuju 5 Besar Kekutaan Ekonomi Dunia 2045...

Deklarasi Gerakan Hilirisasi Indonesia (GHI) Menuju 5 Besar Kekutaan Ekonomi Dunia 2045 (The Big Five Economy)

Oleh : Yonge Sihombing, S.E., M.B.A.

Kopitimes, Beberapa minggu terakhir ini, viral pemberitaan di media massa nasional dan internasional seputar kritikan dan permintaan IMF kepada Indonesia untuk segera menghapus atau mencabut kebijakan hilirisasi pengelolaan sumber daya alam khususnya biji nikel.

IMF memberikan catatan tentang rencana hilirisasi nikel di Indonesia dalam dokumen “IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia”.

Dalam dokumen tersebut, IMF menyampaikan kebijakan Indonesia seharusnya berlandaskan analisis terkait biaya dan manfaat lebih lanjut. Kebijakan juga harus mempertimbangkan dampak-dampak terhadap wilayah lain.

IMF lantas mengimbau Indonesia mempertimbangkan kebijakan penghapusan bertahap terhadap pembatasan ekspor nikel serta tidak memperluas pembatasan ekspor ke komoditas lainnya.

Bahkan IMF menilai bahwa kebijakan hilirisasi akan perlu dikaji kembali, supaya tidak merugikan Indonesia. Apakah kritikan dan permintaan IMF ini dapat diterima atau tidak.

Terkait kritikan dan permintaan IMF tersebut, saya pun menulis artikel singkat ini berujuan : Pertama; untuk menjawab kritikan dan permintaan IMF; Kedua; untuk menjelaskan hilirisasi Indonesia kepada publik; dan Ketiga; untuk mendorong pemerintah, dunia usaha, akademisi dan masyarakat Indonesia untuk menggelorakan Gerakan Hilirisasi Indonesia (GHI).

Mengawali tulisan ini, saya menjelaskan apa itu hilirisasi. Hilirisasi adalah proses atau strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan hilirisasi, komoditas yang tadinya di ekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi.

Proses hilirisasi atau downstreaming merupakan suatu tahap dalam pengolahan produk bahan mentah atau menjadi barang yang lebih bernilai dan siap untuk dijual kepada konsumen akhir. Hal ini terjadi setelah tahap produksi di pabrik atau tempat pengolahan lainnya dan melibatkan tahapan pemrosesan, pengemasan, distribusi, serta penjualan produk. Dalam istilah yang lebih mudah dipahami, hilirisasi dapat diartikan sebagai proses pengolahan produk hingga siap untuk dijual kepada konsumen akhir.

Mengapa Gerakan Hilirisasi Indonesia Penting ?

Dalam konteks bisnis dan ekonomi Indonesia, GHI menjadi hal yang sangat penting saat ini, karena dapat mempercepat peningkatan nilai tambah produk dan memberikan peluang pasar yang lebih luas. Dengan mengolah produk hingga menjadi lebih bernilai, harga jual produk Indonesia dapat ditingkatkan dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi produsen Indonesia (Pabrikan).

Selain itu, proses tersebut juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan menumbuhkembangkan enterpreneurship Indonesia.

Apa Manfaat Dari Gerakan Hilirisasi Indonesia ?

Program hilirisasi memiliki banyak manfaat untuk Indonesia, berikut adalah manfaat-manfaat utama tersebut:

Pertama; Memberikan Nilai Tambah Pada Produk Indonesia. Produk awal yang masih mentah akan melalui tahap pengolahan tambahan sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Produk yang telah diolah ini akan memiliki kualitas dan harga jual yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan daya saing di pasar.

Kedua; Menciptakan Lapangan Pekerjaan Baru Indonesia. Proses hilirisasi memerlukan banyak tenaga kerja terampil dan terlatih, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang dapat membantu mengurangi angka pengangguran di daerah sekitarnya. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ketiga; Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Dari Tingkat Daerah Sampai Nasional. Produk yang telah diolah akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan nasional. Dengan demikian, program tersebut dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah hingga tingkat nasional.

Keempat; Menciptakan Produk Baru Indonesia Yang Bisa Dipasarkan Di Pasar Internasional. Dengan dilakukannya hilirisasi Indonesia, produk yang telah diolah akan memiliki kualitas dan standar yang lebih baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional. Dengan adanya produk baru yang dapat dipasarkan di pasar internasional, maka akan membuka peluang baru untuk meningkatkan ekspor dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kelima; Mengoptimalkan Penggunaan Sumber Daya Alam Yang Tersedia. Sumber daya alam yang ada akan dioptimalkan penggunaannya, sehingga tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga meminimalisir limbah yang dihasilkan. Dengan demikian, hilirisasi juga dapat memberikan manfaat lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam yang lebih baik.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan negara, hilirisasi menjadi salah satu solusi yang efektif. Dengan memberikan nilai tambah pada produk, menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan produk baru yang bisa dipasarkan di pasar internasional, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, maka program tersebut menjadi strategi yang tepat untuk diimplementasikan.

Contoh Hilirisasi Di Industri Sawit.

Hilirisasi industri sawit adalah proses mengoptimalkan produk-produk turunan dari kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Industri sawit Indonesia sangat memiliki prospek yang sangat besar dalam hilirisasi lewat produk-produk yang dapat dihasilkan dari pohon kelapa sawit. Sampai saat ini, industri sawit telah banyak melakukan penelitian produk-produk yang bisa dikembangkan dari kelapa sawit dan tidak sedikit yang sudah berhasil di pasarkan lewat industri-industri pendukung dalam industri sawit seperti industri oleokimia.

Berikut adalah produk-produk yang dihasilkan dari pohon kelapa sawit : Produk Turunan Kelapa Sawit Dari Tandan Buah Segar; Produk-produk kelapa yang dihasilkan dari tandan buah segar kelapa sawit adalah sebagai berikut : Rayon; Karbon; Pulp Paper; dan Kompos.

Produk Turunan Kelapa Sawit Dari Minyak Sawit Mentah (CPO). Produk-produk kelapa sawit yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit mentah (CPO) adalah sebagai berikut : Emusi; Margarin; Minyak Goreng; Minyak Makan Merah; Shortening; Susu Kental Manis; Confectionary Ice Cream; dan Yoghurt.

Produk Turunan Kelapa Sawit Dari Industri Oleokimia. Produk-produk kelapa sawit yang dihasilkan dari proses industri oleokimia adalah sebagai berikut: Pelumas; Biodiesel; Senyawa Ekstrak; Lilin; Kosmetik; Farmasi; Asam Lemak Sawit; Fatty; Alkohol; Fatty Almina; Senyawa Epoksi; dan Senyawa Hidroksi.

Produk Turunan Kelapa Sawit Dari Cangkang Sawit. Produk-produk kelapa sawit yang dihasilkan dari cangkang sawit adalah sebagai berikut : Biofuel; Pakan Ternak; Bahan Bakar; Bioplastik.

Berdasarkan paparan diatas, industri sawit adalah salah satu industri yang telah berhasil menerapkan program hilirisasi, disamping itu, manfaat yang diberikan industri sawit sangatlah besar dan sesuai dengan tujuan-tujuan dari sustainable development goals seperti mengurangi kemiskinan dan turut menjaga lingkungan lewat fungsi kelapa sawit yang sama seperti hutan.

Pemerintah Dorong Gerakan Hilirisasi Indonesia

Pemerintah terus mendorong para pelaku usaha khususnya sektor manufaktur di dalam negeri agar aktif menjalankan program hilirisasi industri. Upaya strategis ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor sekaligus sebagai langkah mengurangi defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.

“Hilirisasi dan industrialisasi benar-benar digenjot dan digalakkan. Utamanya sektor hasil-hasil tambang, sehingga kita tidak perlu lagi kirim (ekspor) bahan baku mentah. Ini harus dihentikan. Jadi, kita harus berani beralih, dengan mengirim barang dalam bentuk setengah jadi atau jadi,” kata Presiden Joko Widodo pada acara CEO Forum di Jakarta, Selasa (27/11).

Menurut Presiden, saat ini sudah ada berbagai teknologi guna mempermudah pelaksanaan program peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri tersebut. Contohnya untuk mengolah komoditas batu bara. “Sekarang ada teknologi untuk batu bara yang kelas rendah maupun kelas menengah, bisa dijadikan gas, bisa dijadikan minyak. Karena teknologi baru telah berkembang,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, aktivitas industrialisasi konsisten membawa efek berantai yang positif bagi perekonomian nasional. Selain peningkatan nilai tambah, juga memacu pada penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara dari ekspor. “Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui proses industrialisasi,” tegasnya.

Menperin menyebutkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia dari 15 negara yang kontribusi industri manufakturnya terhadap produk domestik bruto (PDB) di atas 10 persen. “Kita sering mendengar deindustrialisasi itu karena kontribusi ke PDB harus di atas 30 persen. Kalau kita melihat data UNIDO, ekonomi negara di dunia yang di atas 30 persen itu tidak ada,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan UNIDO, di negara industri, rata-rata sektor manufakturnya menyetor ke PDB hanya mencapai 17 persen. Sementara Indonesia mampu menyumbang hingga 22 persen, di bawah Korea Selatan (29%), China (27%), dan Jerman (23%). Namun, Indonesia melampaui perolehan Meksiko (19%) dan Jepang (19%). Sedangkan, negara-negara dengan kontribusi sektor industrinya di bawah rata-rata 17 persen, antara lain India, Italia, Spanyol, Amerika Srikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada dan Inggris.

UNIDO juga mengemukakan, Indonesia termasuk dari 4 negara Asia yang memiliki nilai tambah sektor manufakturnya tertinggi di dunia. “Jadi, kita bersama China, Jepang, dan India,” imbuh Airlangga. Nilai tambah industri nasional meningkat hingga USD34 miliar, dari tahun 2014 yang mencapai USD202,82 miliar dan saat ini menjadi USD236,69 miliar.

Menperin menjelaskan, dalam upaya menggenjot industrialisasi, pihaknya memfasilitasi pembangunan kawasan industri terutama di luar Jawa. Langkah ini juga mendorong terwujudnya Indonesia sentris, yakni pemerataan pembangunan dan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.

“Seperti kawasan industri di Sei Mangkei, saat ini sudah ada industrinya dan akan dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan industri hilir berbasis aluminium. Kemudian, kawasan industri di Dumai untuk hilirisasi CPO, serta di Morowali yang sekarang telah mampu memproduksi stainless steel dan produk turunannya,” paparnya.

Airlangga menambahkan, di tengah era revolusi industri 4.0, Indonesia sudah siap memasuki melalui implementasi peta jalan Making Indonesia. Ini sebagai strategi dan arah yang jelas dalam meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global. Aspirasi besarnya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.

“Target itu bisa tercapai, dengan didorong peningkatan produktivitas dua kali dan anggaran untuk riset sebesar dua persen,” ujarnya. Untuk itu, guna mendongkrak daya saing, Kementerian Perindustrian juga mendukung penerapan kebijakan substitusi impor dan pendalaman struktur industri.

Bahkan, Menperin memastikan, perkembangan era digital saat ini membuka peluang bagi industri kecil dan menengah (IKM). Misalnya, keberadaan e-commerce tidak akan menggeser pasar tradisional, justru keduanya saling melengkapi. “Menurut saya, terjadi new opportunity. Antara online dan offline saling mengisi, bukan membunuh,” ucapnya.

Airlangga mencontohkan, seorang pedagang lemper di Bogor mampu meningkatkan pendapatan setelahmengembangkan bisnisnya ke pasar digital. “Seorang ibu di Bogor, jualan lemper biasanya 100 per hariyang dibuat sendiri. Namun, dengan terus promosi di sosmed, dia saat ini mampu membuat 1000lemper sehari. Kami melihat, rata-rata IKM yang berjualan di e-commerce, pendapatannya bisa mencapaiRp50 juta setahun,” sebutnya.

Karena itu, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa konsistensi hilirisasi merupakan kunci Indonesia untuk melompat dari negara berkembang menjadi negara maju. “Saya hanya ingin mengulang lagi bahwa yang namanya hilirisasi itu menjadi kunci, konsistensi kita di dalam industrialisasi, hilirisasi menjadi kunci,” ucap dalam sambutannya saat menghadiri Mandiri Investment Forum 2023, di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Rabu (01/02/2023).

Presiden menyatakan bahwa ia telah memerintahkan jajarannya untuk fokus melakukan hilirisasi. Presiden tidak ingin jajarannya takut untuk melakukan kebijakan hilirisasi karena adanya gugatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

“Saya sampaikan kepada para menteri tiap rapat, jangan tengok kanan kiri, lurus terus hilirisasi. Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju bagi negara kita,” ujar Presiden.

Presiden juga meminta jajarannya untuk tidak berpuas diri terhadap keberhasilan hilirisasi nikel. Presiden menyebut bahwa pemerintah akan melanjutkan hilirisasi pertambangan ke komoditas lainnya, seperti bauksit dan juga tembaga.

“Saya sudah sampaikan di Desember kemarin, bauksit stop bulan Juni. Nanti sebentar lagi mau saya umumkan lagi, tembaga stop tahun ini, stop,” ungkap Presiden.

Menurut Presiden, nilai tambah yang dihasilkan oleh hilirisasi sangat besar. Berdasarkan data yang diterima, proyeksi dampak hilirisasi minerba dan gas akan menambah Produk Domestik Bruto (PDB) dan membuka lapangan kerja hingga 8,8 juta.

“Sebuah dampak yang sangat besar sekali. Membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya. Jangan sampai ini nikel sudah, stop,” ucap Presiden.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga menitipkan pesan kepada para pelaku perbankan untuk ikut serta mengawasi dan mendorong kebijakan hilirisasi di Tanah Air. Salah satunya adalah dengan mempermudah pengajuan kredit bagi badan usaha maupun perorangan yang akan membuat smelter.

“Apalagi orang kita sendiri, jangan dipersulit. Jelas, untungnya jelas, untuk negara jelas, untuk perusahaan juga jelas, apa yang harus kita tanyakan lagi,” tutur Presiden.

Presiden pun berharap melalui konsistensi hilirisasi, Indonesia akan menjadi negara maju dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada tahun 2045 mendatang bisa mencapai angka 9 hingga 11 triliun USD. Selain itu, pendapatan per kapita Indonesia juga bisa mencapai 21.000 USD hingga 29.000 USD.

“Jadi negara maju kita. Tapi kalau nanti digugat kita mundur, kita belok, enak lagi ekspor bahan mentah, lupakan kita menjadi negara maju,” tandasnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan dengan tegas bahwa negara-negara berkembang harus bersatu. Sehingga tidak bisa didikte oleh negara-negara maju.
“Negara-negara berkembang harus satu, tak boleh negara berkembang tuh didikte. Negara berkembang itu harus menikmati nilai tambah dari critical nilai mineralnya, kita harus sepakat, regardless beda politik kita, tapi untuk satu ini saya titip,” ungkap Luhut di Gedung DPR, Jumat (9/6/2023).

Untuk Indonesia sendiri, Luhut menyebutkan bahwa harus kompak membawa NKRO menjadi high income country sehingga pada tahun 2050 atau 2045 Indonesia bisa menjadi negara mani dengan GDP menembus US$ 10 ribu. “Terlepas dari perbedaan, jangan lari dari sini, jangan suka atau tidak suka, kiri atau kanan yang merugikan negara,” terang Luhut.

Penutup
Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa Gerakan Hilirisasi Indonesia (GHI) saatnya dideklrasikan di Indonesia, sebagai sebuah momentum pergerakan bagi seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara. Indonesia tidak boleh kalah dan tidak boleh di dikte oleh negara manapun, karena Indonesia memiliki kedaulatan sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka.

Demikian artikel ini ditulis, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan publik, terima kasih.

Penulis
Yonge Sihombing, S.E., M.B.A (HP : 0813 9787 4963)
Penulis Buku “Jokowi The Most Effective Economic Leader in The World”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini