Kopi Times – Kabar segar datang dari Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II 2025 mencatat angka 5,12% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang berada di 4,87% (yoy). Meski tidak melonjak drastis, capaian ini menjadi sinyal positif bahwa mesin ekonomi nasional tetap berputar di tengah berbagai tantangan global.
BPS memperkirakan, hingga akhir tahun, pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di kisaran 4,6–5,4%. Artinya, ruang untuk mempertahankan momentum dan bahkan sedikit mengakselerasi masih terbuka lebar, terutama jika faktor pendorong domestik dan eksternal tetap terjaga.
Konsumsi Domestik dan Ekspor Melesat
Dari kacamata pengeluaran, pendorong utama pertumbuhan kali ini datang dari aktivitas ekonomi dalam negeri dan perdagangan luar negeri yang semakin hidup. Konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, tumbuh 4,97% (yoy). Lonjakan ini tidak lepas dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah.
“Periode Lebaran dan liburan selalu menjadi momen emas bagi perputaran uang di masyarakat. Mulai dari sektor ritel, transportasi, hingga pariwisata, semua ikut kebagian rezeki,” ujar seorang ekonom senior yang dihubungi terpisah.
Di sisi investasi, angkanya tumbuh lebih kencang, yakni 6,99% (yoy). Realisasi penanaman modal yang solid menunjukkan bahwa pelaku usaha, baik dalam negeri maupun asing, masih melihat prospek cerah di Indonesia.
Sektor konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) juga mencatat kenaikan impresif 7,82% (yoy). Sebaliknya, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi tipis 0,33% (yoy), wajar mengingat tahun lalu belanja pemerintah melonjak tinggi karena penyelenggaraan Pemilu 2024.
Yang tak kalah menarik, ekspor melesat 10,67% (yoy). Dorongan datang dari permintaan positif mitra dagang utama seperti China, AS, dan ASEAN, serta lonjakan ekspor jasa berkat meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara. Impor pun ikut terkerek, mencerminkan bahwa permintaan domestik sedang bergairah.
Lapangan Usaha Kompak Tumbuh
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), semua sektor mencatat kinerja positif. Industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi menjadi bintang utama, didukung oleh peningkatan permintaan domestik dan eksternal.
“Industri pengolahan terus menjadi motor, sementara perdagangan dan sektor digital makin memantapkan diri sebagai penggerak baru ekonomi,” ujar analis pasar.
Jawa Tetap Dominan, Wilayah Lain Menggeliat
Dilihat dari peta pertumbuhan, semua wilayah mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2025. Jawa masih menjadi pusat gravitasi ekonomi nasional, disusul oleh Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), Sumatera, Kalimantan, dan Bali-Nusa Tenggara (Balinusra).
Pertumbuhan di Sulampua, misalnya, didorong oleh aktivitas pertambangan dan perkebunan, sementara di Balinusra, sektor pariwisata menjadi primadona. Sumatera mengandalkan industri pengolahan berbasis sumber daya alam, dan Kalimantan bertumpu pada pertambangan serta logistik.
Optimisme dengan Catatan
Kendati data kuartalan ini cukup melegakan, para pelaku ekonomi tetap mengingatkan agar pemerintah dan dunia usaha waspada terhadap risiko global, mulai dari perlambatan ekonomi Tiongkok, dinamika geopolitik, hingga harga komoditas yang fluktuatif.
Bagi masyarakat, pertumbuhan ini diharapkan benar-benar terasa dalam bentuk lapangan kerja yang lebih banyak, harga yang stabil, dan peluang usaha yang meluas. “Pertumbuhan PDB itu bagus, tapi yang lebih penting adalah seberapa besar manfaatnya bisa dirasakan rakyat,” kata seorang pengamat ekonomi politik.
Menatap Semester II
Dengan setengah tahun tersisa, strategi menjaga momentum pertumbuhan akan sangat bergantung pada tiga hal: menjaga daya beli masyarakat, menggenjot investasi produktif, dan memastikan ekspor tetap kompetitif.
Pemerintah sudah menyiapkan berbagai stimulus, termasuk percepatan belanja infrastruktur, dukungan bagi UMKM, dan promosi ekspor ke pasar nontradisional. Di sisi lain, pelaku usaha juga didorong untuk beradaptasi dengan tren digitalisasi dan ekonomi hijau yang makin dominan.
Jika semua pihak bergerak serentak, target pertumbuhan di atas 5% bukan sekadar angan-angan. Indonesia bahkan bisa memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisinya di tengah kompetisi ekonomi global yang kian ketat.
Data BPS triwulan II 2025 adalah cermin bahwa ekonomi Indonesia masih punya daya tahan yang kuat. Tantangannya kini adalah memastikan pertumbuhan ini tidak hanya tinggi di angka, tetapi juga berkualitas dan merata. Karena pada akhirnya, makna dari pertumbuhan ekonomi adalah ketika setiap warga, dari Sabang sampai Merauke, merasakan manfaatnya. (Hery Buha Manalu)