Suhento Liauw |
Oleh : Suhento Liauw
Artikel ini ditulis untuk menjawab banyak pertanyaan kepada saya, apakah gereja boleh berpolitik?
“Jika kita tidak memilih, dan karena tindakan kita itu akhirnya menyebabkan orang jahat naik jadi pemimpin?…”
Jawabannya, Gereja/jemaat tidak boleh berpolitik karena jemaat itu tubuh Tuhan. Tubuh Tuhan tidak boleh kita bawa ke ranah politik. Oleh sebab itu tidak boleh ada acara khusus di gereja yang bersifat politik. Jangan menyeret gereja ke dalam perpolitikan.
Tetapi PRIBADI orang Kristen HARUS berpolitik karena sekarang kita bukan di zaman kerajaan/monarki melainkan demokrasi. Rasul Paulus menasihati orang Kristen untuk berdoa bagi raja dan pemerintah di zamannya.
1Tim.2:1, Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang 2 untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Saat itu bukan rakyat yang memilih raja dan para pembesar, oleh sebab itu yang bisa dilakukan hanyalah berdoa untuk mereka.
Tetapi akhirnya dunia berkembang, dan orang Kristen alkitabiah adalah yang pertama kali menerapkan sistem pemerintahan demokrasi, yaitu orang-orang Kristen yang dianiaya di Eropa yang lari ke benua Amerika. Mereka orang pertama yang berdemokrasi ratusan tahun sebelum Montesquieu lahir. Setelah sistem demokrasi di AS berhasil akhirnya ditiru di seluruh dunia.
Padahal sistem demokrasi ini baik jika mayoritas rakyat yang memilih adalah orang baik. Jika mayoritas rakyat adalah penjahat, yang hatinya jahat, maka mereka akan pilih penjahat sebagai pemimpin mereka. Hasil demokrasi yang mayoritas rakyatnya jahat pasti negatif.
Seandainya di zaman Paulus ada acara pilih presiden, pasti Rasul Paulus akan suruh pilih presiden yang baik, yang komit terhadap kebebasan beragama.
Di zaman monarkhi, rakyat disuruh berdoa untuk raja supaya dia berprikemanusiaan. Tak bisa mengganti raja kecuali kudeta. Zaman sekarang kita yang pilih presidennya.
Oleh sebab itu orang Kristen HARUS berpolitik, bahkan berpolitik yang sangat cerdas. Bagus sekali jika banyak anak Tuhan yang memiliki kemampuan ikut mencalonkan diri, apalagi jika terpilih.
Tetapi hamba Tuhan Fulltimer seharusnya memilih melayani Tuhan, dan tahu bahwa kehendak Tuhan yang nomor satu dan terutama ialah melayaniNya, dan yang nomor dua yaitu melayani sesama manusia.
Jika kita tidak memilih, dan karena tindakan kita itu akhirnya menyebabkan orang jahat naik jadi pemimpin, tentu kita akan dihitung ikut bertanggung jawab.
Jakarta, April 2019
Penulis Dr. Suhento Liauw dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1959, dan diselamatkan pada umur 13 tahun oleh pelayanan beberapa misionari Baptis di kota Sintang, Kalimantan Barat. Ia dibaptis pada tahun 1974 oleh misionari yang didukung oleh gereja-gereja Baptis dari Jepang. Beliau aktif melayani di gerejanya semasa muda dan terlibat aktivitas penginjilan sejak masih remaja. Di masa pemuda, ia sangat aktif di berbagai gereja. Beliau menikah dengan Liu Lie Lin (Nyonya Liauw) dan dikaruniai dua orang putra, Dr. Steven E. Liauw dan dr. Andrew M. Liauw. Kini, bulan Februari 2009, mereka berdua melayani Tuhan dengan cara mengobati secara jasmani (dokter umum) dan rohani (theolog). Dr. Suhento Liauw masuk sekolah Alkitab di Jakarta pada tahun 1984, selesai pada tahun 1987 dan diwisuda pada tahun 1989.
Penulis Dr. Suhento Liauw dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1959, dan diselamatkan pada umur 13 tahun oleh pelayanan beberapa misionari Baptis di kota Sintang, Kalimantan Barat. Ia dibaptis pada tahun 1974 oleh misionari yang didukung oleh gereja-gereja Baptis dari Jepang. Beliau aktif melayani di gerejanya semasa muda dan terlibat aktivitas penginjilan sejak masih remaja. Di masa pemuda, ia sangat aktif di berbagai gereja. Beliau menikah dengan Liu Lie Lin (Nyonya Liauw) dan dikaruniai dua orang putra, Dr. Steven E. Liauw dan dr. Andrew M. Liauw. Kini, bulan Februari 2009, mereka berdua melayani Tuhan dengan cara mengobati secara jasmani (dokter umum) dan rohani (theolog). Dr. Suhento Liauw masuk sekolah Alkitab di Jakarta pada tahun 1984, selesai pada tahun 1987 dan diwisuda pada tahun 1989.
Beliau sudah mulai menggembalakan jemaat di Jakarta sejak tahun 1987, dan mengajar pelajaran Agama di Universitas Indonesia selama 6 tahun. Setelah kecewa dengan keadaan gereja yang penuh dengan kompromi dan terkungkung dalam sistem sinode yang tidak alkitabiah di Indonesia, beliau meninggalkan Indonesia pada tahun 1993 untuk belajar di Amerika Serikatdengan maksud tidak akan kembali lagi.
Namun kebenaran yang disingkapkan kepada beliau membuat beliau tersentak karena sedemikian jelas dan benar sesuai Alkitab. Kebenaran itu memaksa beliau bertekad akan kembali ke Indonesia untuk mendirikan gereja yang benar-benar alkitabiah. Akhirnya beliau menyelesaikan Doctor of Religious Education di Tabernacle Baptist Theological Seminary, Virginia Beach, USA pada tahun 1995, dengan provisiansi tes menerjemahkan Alkitab bahasa asli PL (dengan hasil 99%) dan PB (dengan hasil 94%).
Satu minggu setelah menginjakkan kaki kembali di Jakarta, tanggal 25 Juni 1995, Dr. Liauw memulai kebaktian pertama GBIA GRAPHE dan dihadiri oleh dua puluhan orang. Kini, setelah belasan tahun, berkat kasih karunia Tuhan GBIA GRAPHE bukan hanya berdiri kokoh sebagai tiang penopang kebenaran di Indonesia, bahkan telah mendirikan sebuah sekolah theologi dan melalui tamatannya telah mendirikan banyak jemaat lain di Seluruh Indonesia.
Dr. Liauw merasa perlu menambah pengetahuan theologis lagi, sehingga setelah belajar secara jarak-jauh dan melalui beberapa kali kunjungan dekan akademis Emanuel Baptist Theological Seminary ke Indonesia, beliau pergi ke Newington, USA pada tahun 2007 untuk mempertahankan thesis di hadapan para profesor EBTS untuk memenuhi tuntutan akhir gelar Doctor of Theology dari Emmanuel Baptist Theological Seminary, Newington, USA.
Beliau telah menulis lebih dari 30 judul buku doktrinal, menjadi editor buletin Pedang Roh selama 16 tahun (72 edisi), mengadakan seminar doktrinal sehari penuh lebih dari 100 kali, bahkan sering dua hari dua malam di Puncak. Beberapa kali mengadakan diskusi dan perdebatan dengan kaum Muslim ataupun kelompok kepercayaan lainnya.
Kerinduan Dr. Liauw sejak diselamatkan adalah memenangkan jiwa bagi Kristus sebanyak-banyaknya, dan kini tentu juga membantu tamatan GITS untuk mendirikan jemaat sebanyak-banyaknya. Yang terpenting dari semuanya ialah berdiri teguh membela kebenaran.
Dr. Suhento Liauw melalui email: <drsuhentoliauw@gmail.com>