Kopi-times.com | Deli Serdang :
Bank Indonesia (BI) sangat sejalan dengan visi Pemerintah Daerah Sumatera Utara membangun desa, menata kota. Gubernur Sumatera (Gubsu) sangat mengapresiasi segala usaha BI yang memajukan para petani.
“Tanpa petani, kita bukan apa-apa”. Mereka mogok tanam, tak bisa kita makan,” tegas Edy Rahmayadi, ketika memberi kata sambutan saat peresmian Laboratorium Mini (Mini Lab) MA-11, di Desa Sidodadi, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, Senin (30/9).
Kelompok Tani Juli, Desa Sidodadi, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, berhasil menerapkan inovasi baru dalam pembuatan pupuk organik. Sebuah metode dengan memanfaatkan Mikrobakteri Alfalfa (MA-11), merupakan organisme yang dapat mengubah limbah pertanian organik, menjadi pupuk kompos hanya dalam waktu 24 jam.
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) sangat mengapresiasi dan terus mendorong pemanfaatan inovasi baru dalam bidang pertanian tersebut. Dengan harapan, petani dapat memproduksi pupuk organik sendiri dan membuat hasil produksi pertanian semakin melimpah. Sehingga, tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut, tetapi juga bisa dijual ke luar Sumut.
“Namun, saya mau ini dikontrol, kalau pasokan untuk kita belum cukup, jangan sampai malah dijual ke luar. Kebutuhan pangan kita dulu dipenuhi,” kata Edy Rahmayadi
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Edy Rahmayadi, didampimpingi Wakil Bupati Deliserdang HM Ali Yusuf Siregar, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Wiwiek Sisto Widayat, dan Ketua Kelompok Tani Juli Yareli.
Khusus untuk komoditi cabai, kata Gubernur, agar senantiasa diperhatikan. Hal ini karena cabai sering menjadi salah satu komoditi yang mempengaruhi inflasi.
“Kalau sudah inflasi itu ibarat orang struk. Mati tidak, tapi tidak bisa ngapa-ngapaian. Stagnan kita nanti, jangan sampai kondisi seperti itu terjadi,” ucapnya.
Gubernur kemudian mengapresiasi penyediaan Mini Lab MA-11 yang diinisiasi oleh Bank Indonesia Sumut. Edy menyampaikan keinginannya untuk memperbanyak mini laboratorium tersebut di sentra-sentra produksi pertanian baik di Karo, Batubara, Humbahas, dan lainnya.
“Karena ini sangat sejalan dengan visi saya membangun desa, menata kota. Saya sangat mengapresiasi segala usaha yang memajukan para petani kita. Tanpa petani, kita bukan apa-apa. Mereka mogok tanam, tak bisa kita makan,” tegas Edy Rahmayadi.
Membangun Desa Menata Kota adalah pembangunan daerah yang memanfaatkan potensi-potensi yang ada di desa, seperti pertanian, wisata, kuliner dan berbagai hasil kerajinan masyarakat. Jika dikelola dan dikembangkan secara maksimal dapat mendorong percepatan pembangunan di Sumut, khususnya bagi masyarakat desa sendiri. Jika desa-desa di Sumut maju dan masyarakatnya sejahtera, maka tidak akan ada lagi yang berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota. Sehingga akan lebih mudah untuk menata kota.
Untuk itu, Edy berharap kehadiran Mini Lab MA-11 benar-benar dimanfaatkan secara maksimal dan dirasakan manfaat kehadirannya, khususnya bagi para petani. Hasil produksi meningkat, dan penghasilan atau kesejahteraan keluarga petani juga meningkat.
Wakil Bupati Deliserdang HM Ali Yusuf Siregar dalam sambutannya mangatakan bahwa Deliserdang salah satu daerah yang memiliki potensi untuk budidaya berbagai komoditas pertanian. Selain memiliki area yang luas, tanahnya pun tergolong subur.
“Sehingga, berbagai upaya pengembangan komoditas melalui pemanfaatan teknologi demi peningkatan produksi perlu untuk terus dikembangkan. Salah satunya, konsep MA-11 ini. Praktik ini mengefisiensi waktu dan biaya. Atas nama pemerintah daerah dan masyarakat, kami ucapkan terima kasih atas bantuan pembangunan mini lab ini,” tutur Yusuf.
Usai peresmian, Gubernur kemudian menyempatkan untuk meninjau fasilitas Mini Lab MA-11 dan stasiun agribisnis untuk para petani. Kemudian, panen cabai dan meninjau hasil-hasil produk pertanian dan peternakan Kelompok Juli Tani. Saat itu, dilakukan pula penyerahan bantuan oleh Gubernur kepada beberapa kelompok tani berupa bibit padi, kultivator, dan sprayer elektrik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Wiwiek Sisto Widayat membenarkan bahwa cabai merupakan salah satu komoditi yang mempengaruhi inflasi di Sumut. Menghadirkan inovasi MA-11 merupakan salah satu langkah mengantisipasi hal tersebut.
Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan dalam pengendalian inflasi. Salah satunya, pengembangan sejumlah
klaster untuk mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang stabil. Sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dapat dipengaruhi Bank Indonesia melalui kebijakan moneter.
“Apalagi Kelompok Juli Tani kan memiliki lahan seluas 48 hektare, dimana 30 hektarenya untuk cabai. MA-11 menghasilkan pupuk organik dalam waktu singkat, memiliki kandungan gizi melimpah yang mampu meningkatkan produksi pertanian, dalam hal ini khususnya cabai,” jelas Wiwiek Sisto Widayat.
Ketua Kelompok Tani Juli Yareli menambahkan bahwa kelompok tani yang ia pimpin telah menjadi kelompok binaan Bank Indonesia sejak tahun 2017. Dirinya berharap kerja sama ini akan terus berlanjut dan kelompoknya bisa berkontribusi dalam mengatasi inflasi Sumut.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Zonny Waldi, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumut Dahler, OPD Kabupaten Deliserdang, kelompok tani, dan masyarakat. (Red)