Oleh : Hery Buha Manalu
Di tengah gejolak politik global yang kian memanas, Indonesia sekali lagi menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang mengusung budaya politik damai. Dalam pidatonya di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia, Presiden Prabowo Subianto menegaskan sikap Indonesia yang setia pada prinsip politik luar negeri bebas dan aktif. Bukan sekadar slogan, politik ini telah menjadi napas panjang budaya politik Indonesia sejak era kemerdekaan hingga hari ini.
Prinsip bebas aktif bukan berarti Indonesia berjalan sendiri, apalagi lepas dari kepentingan global. Justru, bebas aktif artinya Indonesia tidak terjebak dalam blok politik mana pun, namun tetap aktif mengambil peran penting dalam membangun kerja sama kerja sama internasional dan mewujudkan perdamaian dunia. Presiden Prabowo dalam forum internasional tersebut mengajak seluruh pemimpin dunia untuk memilih jalan dialog dan kolaborasi ketimbang konflik dan perseteruan yang tak berujung.
“Indonesia akan selalu bekerja untuk kolaborasi yang damai, hidup berdampingan secara damai dengan semua negara,” tegas Presiden Prabowo.
Budaya Politik Indonesia: Damai dalam Keberagaman
Budaya politik Indonesia sejatinya lahir dari nilai luhur bangsa yang menjunjung tinggi gotong royong, musyawarah, dan perdamaian. Sejak awal kemerdekaan, Indonesia memilih untuk berdiri di tengah, tidak memihak dalam Perang Dingin, dan menjadi salah satu motor Gerakan Non-Blok.
Sikap ini bukan tanpa dasar. Dalam keseharian budaya Nusantara, bangsa Indonesia terbiasa hidup dalam keberagaman yang luas, suku, agama, bahasa, dan adat yang berbeda, namun dirajut dalam satu semangat persatuan. Prinsip inilah yang kemudian diterjemahkan dalam politik luar negeri yang menolak hegemoni dan mendorong keadilan global.
Presiden Prabowo, dalam konteks itu, mewakili sikap politik bangsa yang ingin terus menjadi jembatan perdamaian, bukan bagian dari konflik. Indonesia percaya bahwa dunia yang stabil hanya bisa terwujud melalui dialog yang tulus dan kerja sama yang setara.
Suara Perdamaian dari Indonesia untuk Timur Tengah
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo juga menyinggung situasi memanas di Timur Tengah, terutama meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran yang dikhawatirkan dapat meledak menjadi konflik terbuka. Presiden menyampaikan keprihatinan mendalam dan berharap agar semua pihak dapat segera menahan diri.
“Kami sangat menyesalkan meningkatnya eskalasi dan konflik di seluruh dunia, terutama di Timur Tengah. Kami berharap semua pihak dapat mencapai penyelesaian damai sesegera mungkin,” ujarnya.
Sebagai bangsa yang kaya akan pengalaman berdiplomasi dan terbiasa dengan budaya dialog, Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk menjadi penengah dalam ketegangan ini. Pengalaman Indonesia dalam mengelola perbedaan, baik secara internal maupun di kancah internasional, bisa menjadi inspirasi bagi negara-negara yang berseteru.
Indonesia dapat menawarkan jalur-jalur diplomasi budaya, seperti forum antaragama, dialog kemanusiaan, atau bahkan membangun pertemuan informal yang mendorong pendekatan yang lebih lunak. Selama ini, Indonesia dikenal memiliki hubungan baik dengan negara-negara di Timur Tengah dan tetap menjaga komunikasi yang sehat, baik dengan Iran maupun sejumlah negara Arab.
Membangun Jalur Diplomasi yang Humanis
Dalam konteks budaya politik Indonesia, misi perdamaian tidak selalu harus ditempuh melalui meja perundingan formal. Pendekatan kebudayaan, pendidikan, dan pertukaran sosial juga bisa menjadi jalan damai yang efektif.
Indonesia, misalnya, dapat mendorong dialog antar-ulama, pertukaran mahasiswa, atau kerja sama pembangunan yang melibatkan dua pihak yang bertikai. Cara-cara ini bisa menjadi langkah konkret untuk menurunkan suhu ketegangan politik yang selama ini hanya berkutat pada aspek militer dan kekuasaan.
Peran Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dengan tradisi Islam moderat yang kuat juga bisa menjadi kekuatan moral yang didengar oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah. Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai “sahabat yang mengingatkan”, bukan sekadar pihak luar yang menuntut.
Saran Menurunkan Ketegangan Dunia
Ada beberapa langkah yang secara nyata dapat diupayakan Indonesia untuk membantu menurunkan tensi politik global, khususnya konflik Israel-Iran yang sedang memanas:
1. Menghidupkan Diplomasi Kemanusiaan: Indonesia dapat mengusulkan forum informal untuk membahas krisis kemanusiaan yang timbul akibat konflik, dan menjembatani dialog berbasis kemanusiaan yang lebih netral dan diterima kedua pihak.
2. Menguatkan Peran Organisasi Internasional: Indonesia bisa aktif mendorong Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan PBB untuk mempercepat inisiatif perdamaian yang melibatkan semua pihak secara adil.
3. Membangun Kerja Sama Lintas Budaya: Mendorong pertemuan antarbudaya dan antaragama sebagai bentuk diplomasi lunak yang dapat mempertemukan para pemimpin opini di masyarakat dari kedua belah pihak.
4. Menjadi Mediator Regional: Indonesia dapat menawarkan diri menjadi tuan rumah pertemuan tidak resmi atau backdoor diplomacy yang memberi ruang terbuka untuk saling memahami tanpa tekanan politik formal.
Indonesia, Jalan Tengah Dunia
Budaya politik Indonesia selalu mengajarkan bahwa menjadi jalan tengah adalah kekuatan, bukan kelemahan. Dunia membutuhkan lebih banyak jembatan, bukan tembok pemisah. Pesan yang dibawa Presiden Prabowo di forum internasional itu adalah cerminan komitmen Indonesia untuk terus hadir sebagai bangsa yang menawarkan damai, membangun dialog, dan menjadi bagian dari solusi.
Dalam situasi dunia yang semakin memanas, suara seperti ini menjadi harapan baru. Indonesia dengan budaya politiknya yang humanis dan damai, terus menunjukkan bahwa menjadi bangsa yang bebas, aktif, dan membawa perdamaian tetaplah relevan dan dibutuhkan hari ini.
Penulis adalah Akademisi, Pendiri Pusaka (Pusat Study Alam, Budaya dan Kebangsaan untuk Indonesia)