Jumat, September 20, 2024
spot_img

Interaksi & Kerukunan sebuah Kesepakatan dalam Perbedaan

Ilustrasi gambar, sumber : jalandamai.org

Editor : Hery B Manalu
By : Aristo Sambu

Kopi-times.com-Kerukunan merupakan jalan hidup setiap manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan. Saling menghargai dan toleransi yang tinggi antar sesama dalam masyarakat multikultural sehingga antar sesama saling menghargai.

Kerukunan sebagai Jalan Hidup
Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan yang ada. Menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang penuh keikhlasan.

Kerukunan merupakan kondisi  dan proses yang tercipta dan terpeliharannya pola-pola interaksi yang akan dilalui dalam kehidupan bermasarakat.

Begitu juga dalam komunitas orang-orang percaya. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, menghormati dan menghargai.

Sikap Saling adalah Memaknai Kebersamaan
Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukununan adalah damai/perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan atau interaksi.

Kerukunan antara sesama orang percaya bukan berarti tidak ada terjadinya benturan atau gesekan dalam perbedaan yang ada, namun di dalam perbedaan semakin mengenal kita memahami untuk saling memperlengkapi.

Surat Rasul Paulus 1 Korintus 12:12. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling toleransi antara satu dengan yang lain di dalam perbedaan sehingga perbedaan yang ada melebur di dalam ikatan kasih Kristus.

Kesediaan untuk menerima orang lain apa adanya tetap mendominan dalam aspek bersosialisasi sehingga proses perealisasian akan tetap terlihat hidup dalam dunia orentasi sebagai agen perubahan yang mengekspresikan berita shalom.

Baik terhadap dunia kita atau di luar dunia kita sebagai komunitas orang percaya.
Sepakat dalam perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan itu sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan. Namun pengharapan yang sedemikian tidaklah menjadi suatu jaminan dalam sebuah komunitas.

Pergeseran dalam perbedaan kerap menuju proses kritikal memahami dimensi kerohanian masih di standart minimal.

Untuk itu penulis mengakat dasar cerita kehidupan sosial komunitas rohani tentang Kerukunan.

Sulit Menerima ‘Kekurangan’ Sendiri dan Orang Lain
Setiap orang pasti ada kekurangan dan kelebihannya tetapi seringkali kita cenderung ingin menjadi orang di luar dari diri kita.

Ada beberapa hal yang menyebabkannya, yaitu: Kita lihat terlebih dahulu memahami penegertian tentang kelebihan. Kelebihan adalah suatu kemampuan karakteristik atau ciri tentang diri kita yang kita anggap lebih baik dari pada kemampuan atau aspek-aspek lain dalam diri kita.

Jadi salah satu penyebab kenapa kita sulit menerima kelebihan kita. Kadang kala karena memang kita tidak mau kita lebih dalam hal itu, maunya lebih dalam hal yang lain.

Kekurangan adalah kemampuan yang sebenarnya yang kita harapkan untuk lebih baik dari kondisi sesungguhnya, namun ternyata tidak.

Jadi yang kita anggap kurang, biasanya adalah hal yang kita inginkan lebih baik. Kekurangan ini biasanya melahirkan rasa malu dan rasa minder.

Salah satu pasal yang menjelaskan dengan mendetail tentang penerimaan terhadap satu sama lain yaitu 1 Korintus 12:21-25, “Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan : “Aku tidak membutuhkan engkau.” Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.

Kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok.

Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik di sini: Kita jelas bisa melihat bahwa kita tidak diciptakan sama, ada mata, kaki, telinga dsb. Tidak sama dalam dua hal.

Dalam hal jenis kemampuan, nggak semua orang bisa filsafat, tidak semua orang bisa matematika dsb.

Dalam hal segi tingkat kemampuan.
Ternyata Tuhan menuntut yang lebih berbakat atau lebih berkarunia untuk memperhatikan yang lebih lemah.

Tuhan berkata bukan saja kita perlu menoleransi keberadaan atau kehadiran seseorang yang lebih lemah dari kita, Tuhan menuntut kita memberi penghormatan yang khusus. Tuhan menginginkan kita memandang manusia bukan dari segi kegunaannya tapi dari segi bahwa dia adalah, orang yang Tuhan sudah ciptakan dan tempatkan di samping kita.

Dan siapapun yang Tuhan sudah tempatkan dan ciptakan di samping kita itu adalah ciptaan Tuhan yang kita mesti juga hormati.

Tuhan meminta kita untuk bisa sebaiknya memberikan bantuan kita juga kepada orang yang kita anggap lebih lemah, jangan kita malah melecehkannya atau membuangnya.

Tuhan berkata justru yang lebih lemah itu yang lebih dibutuhkan. Tiada kesimpulan lain yang dapat ditemukan kecuali satu, yaitu yang lemah akan Tuhan pakai untuk membentuk kita agar kita lebih menyerupai Tuhan sebab tujuan Tuhan adalah membentuk kita menjadi serupa dengan Dia.

Ada pepatah Inggris yang bagus: “be yourself but be the best of you” artinya jadilah dirimu jangan jadi diri orang lain, jadilah dirimu tapi jadilah dirimu yang terbaik

Keindahan ‘mau menerima’ resep Kerukunan
Sulit mengampuni, “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Markus 11:25

Siapakah diantara kita yang tidak pernah berbuat salah? Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” (Roma 3:10).

Hanya Tuhan yang tidak pernah melakukan kesalahan! Karena kita tidak sempurna dan sering membuat kesalahan, baik sengaja ataupun tidak, maka kita sangat membutuhkan pengampunan dari Bapa.

Namun Alkitab menyatakan bahwa sebelum kita memperoleh pengampunan dari Bapa, kita harus dapat mengampuni sesama kita terlebih dahulu seperti yang diajarkan oleh Yesus: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14-15).

Apabila kita terlalu sulit mengampuni orang lain, berarti kita juga belum beroleh pengampunan dari Tuhan. Orang yang dosanya diampuni Tuhan pasti mengalami rasa sukacita dalam hatinya dan mengalir kasih dari Bapa.

Karena sukacita ada padanya, ia pun akan mudah mengampuni orang lain dan tidak suka mendendam. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mempunyai sifat pengampun seperti Yesus, yang bukan sekedar memberi teori ajaran tentang kasih, tetapi Dia terlebih dahulu sudah memberikan teladan hidup.

Ketika Dia dicaci maki tidak membalas sedikitpun. Bahkan terhadap orang-orang yang menyalibkanNya Dia sanggup mengampuni. Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:24).

Kata kutuk dan umpatan tidak pernah keluar dari mulutNya, justru Dia mengampuni dan berdoa kepada Bapa bagi orang-orang yang membenci dan memusuhiNya.

Bagaimana dengan kita?
Dapatkah kita mengampuni ketika kita disakiti oleh orang lain? Banyak orang Kristen yang masih terikat oleh roh sulit mengampuni, bahkan kepada orang yang bersalah dan sudah meminta maaf tetap saja kita tidak memaafkan, malah mencaci maki.

Kerukunan adalah sikap saling menghormati dan menjaga ketertiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Agar kerukunan dapat terjadi maka sebaiknya menjaga perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Kerukunan adalah sikap saling menghormati dan menjaga ketertiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar kerukunan dapat terjadi maka sebaiknya menjaga perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Mohandas Gandhi
Kekerasan adalah senjata orang yang berjiwa lemah. Kebencian selalu membunuh, cinta tidak pernah mati, itulah yang membedakan antara keduanya.

Apa yang diperoleh cinta akan selalu abadi. Apa yang diperoleh benci akan menjadi beban hidup karena ia akan melahirkan banyak kebencian baru.

Orang yang mencari-cari kesalahan orang lain adalah orang yang buta terhadap kesalahan sendiri. Saya tidak melihat dosa yang lebih besar dari pada menindas mereka yang tidak bersalah dengan mengatasnamakan Tuhan.

Dimanapun ada cinta, di sana ada harapan.

Bunda Teresa
Buah dari perenungan adalah doa. Buah dari doa adalah iman. Buah dari iman adalah cinta. Buah dari cinta adalah pelayanan. Buah dari pelayanan adalah kedamaian.

Dalai Lama
Jika mampu, tolong dan bantulah orang lain. Jika tidak, setidaknya jangan mencelakakan orang lain  Kita bisa hidup tanpa agama dan meditasi, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa kasih sayang sesama manusia. Jika kamu ingin orang lain bahagia, prektekkanlah belas kasih. Jika kamu sendiri mau bahagia, prektekkanlah belas kasih.

Nelson Mandela
Tidak ada orang yang lahir untuk membenci sesama karena perbedaan warna kulit atau agama.

Pythagoras
Pilih olehmu menjadi pihak yang kalah tapi benar. Jangan sekali-sekali engkau menjadi pemenang tetapi zalim

Norman Vincent Peale
Kebencian atau dendam tidak menyakiti orang yang tidak anda sukai. Tetapi setiap hari dan setiap malam di dalam kehidupan anda, perasaan itu menggerogoti anda.

Cheng Yen
Hendaklah bersaing untuk menjadi siapa yg lebih dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti

Refleksi
Nilai kehidupan menjadi kata kunci di sini.  Semua agama memiliki ajaran  yang positif. Hargailah kehidupan. Berkaitan dengan prinsip manusia disisi kemanusiaan tak mungkin lepas dari konflik.  Namun disisi lain konflik harus diselesaikan.

Prinsip penghargaan terhadap kehidupan ini juga menyentuh aspek kebersamaan hidup. 

Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran.  Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rational.

Setiap orang dari masing-masing generasi yang mengklaim punya hubungan keluarga datang dari jauh dan dekat untuk memperbaharui ikatan-ikatan umum ini.

Ketika mereka berkumpul, berita-berita keluarga diperbarui, perubahan-perubahan dicatat, anak-anak bayi disambut, pasangan-pasangan baru diteguhgkan, anggota yang meninggal dikenang dan diratapi, kisah-kisah keluarga diceritakan dan dihias, permusuhan dipecahkan, berbagai ritual lokal diobserfasi.

Meskipun tidak banyak hal baru yang terjadi, setiap orang pulang ke rumahnya dengan akar, identitas, dan tempat di dalam keluarga yang diklarfikasi dan diperkuat.

Gereja (bahasa Inggris: Church; bahasa Portugis: Igreja) adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut iman Kristiani.

Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai “jemaat/umat”. Kita harus belajar dari Jemaat Kristen Pertama. Apa yang perlu kita ambil dan pelajari dari mereka? Ada dua hal.

Ibadah di gereja itu penting. Sebab di sana kita bersatu dengan seluruh jemaat sebagai saudara seiman dalam Tuhan.  Jemaat harus hidup dalam kasih karunia, agar dapat tetap bersatu, belajar bersatu, kebersamaan, dalam menghadapi aniaya, bersaksi, dan membangun satu dengan yang lain.

Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus  ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
Interaksi kerukunan adalah sebuah bahasa dalam kesepakatan untuk mau menerima perbedaan dalam kesepaham Bhinneka Tunggal Ika. Demi mengokohkan semangat Ke-Indonesia-an kita.
(***)

Penulis adalah mahasiswa STT Paulus Medan, tulisan ini merupakan inspirasi penulis hasil diskusi dan pengembangan kelas Sosiologi.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles