By : Tiara
Kopi-times.com – Luka adalah goresan, bekas, torehan yang melukai, membekas pada seseorang. Ada luka yang terlihat dan ada yang tidak terlihat. Yaitu luka hati dimana hanya pribadi itu yang mengetahui luka tersebut dan luka fisik yaitu semua mata dapat melihatnya.
Namun, luka yang sering dihadapi seseorang yaitu luka kehilangan dan luka diabaikan. Ada luka karena kehilangan dan ada luka karena diabaikan. Tidak semua luka itu bisa digambarkan dengan cerita atau kata-kata. Ada juga luka yang digambarkan dengan tetesan air mata, yaitu ketika seseorang yang tidak dapat lagi berkata- kata dan hanya air mata yang membasahi pipinya, sering dikenal dengan luka yang dalam.
Namun apakah ini luka yang sesungguhnya? Mari kita lihat cerita Ayub, dimana luka yang dialaminya digambarkan sebagai luka atas kehilangan. Walau dia kehilangan segalanya, namun ia tidak berkata, bahwa itu luka yang harus membuatnya patah?, Dia bertahan atas luka itu, dia tetap bersyukur memuji kebesaran Ilahi, dan percaya, itu proses kehidupan.
Ada juga contoh luka yang lain karena sudah diabaikan sahabat dekat. Persahabatan dua orang yang selalu bersama dalam suasana canda tawa, sedih dan suka. Mestinya sebagai sahabat, tidak akan membiarkan dan terlarut.
Apa guna saling cuek, menjauhkan diri satu dengan yang lain. Mungkin anda pernah mengalaminya. Cukup memberi luka, karena sudah diabaikan sahabat. Jadi mana luka yang sesungguhnya?
Nah, cobalah kita membuka hati dan belajar, bagaimana semangat orang lumpuh, mereka pantang menyerah. Mereka sering mengalami perlakuan seperti diabaikan. Bayangkan perasaan mereka dan bandingkan dengan luka yang kehilangan harapan?
Lalu apakah setiap harinya orang yang lumpuh itu harus putus asa? Atau menangis, mengeluh. Merasa terpuruk meratapi nasib. Tentu tidak. Karena tidak selamanya yang terpuruk diabaikan, demikian juga tidak selamanya orang lumpuh itu harus terus kehilangan semangat.
Untuk saudara yang sedang berada dalam fase kehilangan atau mungkin merasa diabaikan. Dalam koadratnya sebagai manusia. Kehidupan yang jatuh bangun, mungkin menyebabkan kita terluka. Atau bahkan saat ini lukamu itu melebihi kemampuan sebagai manusia biasa.
Tapi ingatlah, bahwa masih ada tangan Tuhan yang dapat membalut lukamu saudaraku, bukan dengan perban atau pun Betadine seperti para medis yang mengobati pasiennya. Namun, dengan senyuman dan berkat yang selalu baru setiap harinya.
Karena itu tetaplah bersyukur!, Mari tidak terhanyut dalam perasaan terluka. Jangan lagi selalu mengingat luka yang lalu itu, hingga membuat kita lupa untuk selalu bersama dan bersyukur. Karena mungkin melalui pengalaman pedih yang kau alami atau kepahitan yang terjadi, Tuhan sedang merenda kebaikan yang manis buatmu. Sebagai sahabat tetap saling menguatkan. Doamu doaku dan doa kita semua, karena perjalanan yang masih panjang, kelak siapa lagi temanku berbagi cerita tentang mimpi-mimpi kita. Untuk itu kami rindu akan senyum terbaikmu sahabat. Walau terluka tersenyumlah, dan aku masih tetap disini karena kau tetap sahabatku. ***
Tiara, Komunitas Generasi Bersih, Mahasiswi tinggal di Medan, suka senyum, ingin punya banyak sahabat dan Doyan strobery. Pencinta kucing dan tapi anti kemunafikan.
Editor : Hery B Manalu