Editor : Hery B Manalu
By : Denny Siregar
Kopi-times.com- Mungkin secangkir kopi bisa menjawabnya. Saya pernah menonton film tentang apa yang terjadi di dalam Korea Utara..
Film ini – saya lupa judulnya – adalah dokumentasi perjalanan seorang dokter yang diperbolehkan masuk Korea Utara ketika negara itu dilanda wabah penyakit mata.
Sang dokter itu membuat film yang tentu sudah banyak diedit oleh pemerintah sana. Meski begitu, sedikit banyak menggambarkan apa yang terjadi pada rakyat Korea yang sangat miskin dan
tergantung pada pasokan pemerintahnya.
Pada waktu itu masih masa Presiden Kim Jong Il, bapak Kim Jong Un.
Dari reportase itu keluarga Kim yang menguasai Korea Utara mengontrol masyarakatnya dengan ketakutan. Baik takut pada kelaparan sampai takut pada Tuhan. Hanya di Korea Utara, yang diTuhankan adalah keluarga Kim itu sendiri.
Rakyat yang miskin itu seperti menyembah kepada mereka dan menganggap mereka itulah penyelamat kehidupan yang sedang susah.
Bahkan ketika sang dokter selesai mengoperasi mata yang sakit, mereka yanv sembuh langsung menuju foto pemimpin mereka dan berterimakasih sampai membungkuk dalam seperti menyembah.
Program ekonomi Korea Utara gagal total meski pemerintahnya selalu bicara swasembada pangan.
Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un, fokus membangun pertahanan yang kokoh dengan terus menerus mengalokasikan dana besar untuk persenjataan termasuk nuklir.
Untuk apa ? Tentu untuk mengalihkan kegagalan ekonomi mereka. Rakyat dipompa semangatnya dengan ancaman2 dari luar terhadap Korea Utara, ditakut2i akan ada serangan nuklir dari negara musuh mereka seperti Amerika melalui Korea Selatan.
Dan dengan bahasa2 perang itulah, rakyat Korea Utara akhirnya dipaksa memahami bahwa mereka lapar karena ada tujuan yang lebih besar.
Rakyat Korea Utara tidak pernah bisa berfikir bahwa miskinnya Korea Utara karena pemimpinnya tidak mau membangun infrastruktur, meningkatkan perekonomian, membuka akses pengetahuan global atau berdiplomasi untuk meningkatkan perdagangan dan kerjasama.
Tahunya rakyat Korea Utara adalah mereka perang, perang dan perang. Karena itulah mereka memuja dewa perang mereka, yaitu keluarga Kim. Kim Il Sung, Kim Jong Il dan yang sekarang memimpin Kim Jong Un.
Dan ketika saya mendengar debat semalam dimana Prabowo bicaranya selalu curiga akan perang dan paranoid akan invasi dari negara luar, saya jadi ingat Korea Utara.
Entahlah apakah ini kebetulan atau pola pikir Prabowo belajar dari mereka, tentang bagaimana menguasai negara untuk keluarga dengan narasi perang.
Mungkin secangkir kopi bisa menjawabnya..
Denny Siregar, Pria Kelahiran Medan, Mantan jurnalis, Kontributor Beberapa Media Online, Penulis buku Tuhan Dalam Secangkir Kopi