Kopi Times – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)Â menyatakan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga pada triwulan II 2025, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan sekitar 5,0%. Optimisme ini ditopang oleh konsumsi domestik yang masih kuat, ekspor yang positif, dukungan kebijakan fiskal, dan pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia.
Dalam keterangan resminya, KSSK optimis menyebut konsumsi masyarakat tetap tumbuh seiring daya beli yang terjaga, inflasi yang rendah, serta aktivitas dunia usaha yang resilien. Pemerintah juga terus menjalankan fungsi APBN sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Stimulus ekonomi, pelaksanaan program strategis, serta perlindungan untuk kelompok rentan menjadi penopang utama.
Di sisi perdagangan luar negeri, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD15,38 miliar secara kumulatif hingga Mei 2025, naik dari USD13,06 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja ekspor tetap kuat, didorong oleh sektor pertambangan, manufaktur, dan produk padat karya.
Sementara itu, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga dan melonggarkan likuiditas untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas. Insentif makroprudensial juga diberikan agar pembiayaan ke sektor produktif terus meningkat.
KSSK juga mencatat adanya dampak positif dari negosiasi dagang Indonesia-AS yang menurunkan tarif bea masuk AS atas produk Indonesia menjadi 19%. Kebijakan ini diyakini akan meningkatkan daya saing sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Sebaliknya, Indonesia menerapkan tarif impor 0% untuk beberapa produk AS, yang diperkirakan dapat menekan harga energi dan pangan dalam negeri.
Namun demikian, KSSK mengingatkan bahwa sektor manufaktur masih menghadapi tantangan. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada Juni 2025 tercatat 46,9, menandakan kontraksi yang perlu segera ditangani. Pemerintah berkomitmen mempercepat deregulasi dan memastikan program seperti Danantara, platform investasi digital, berjalan efektif untuk memperkuat peran swasta dalam pemulihan ekonomi.
KSSK menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor akan terus diperkuat. Bauran kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan terus diselaraskan untuk menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang lebih besar.
Dengan kombinasi strategi yang tepat, kami optimistis ekonomi Indonesia pada 2025 akan tumbuh sekitar 5,0%. (Hery Buha Manalu)