Kopi Times – Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, pendidikan Indonesia memasuki babak baru yang sarat makna, peluncuran Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), menggulirkan gagasan transformatif yang tidak hanya merevolusi dunia pendidikan, tetapi juga menyentuh jantung ke-Indonesia-an, Bhinneka Tunggal Ika.Rektor Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., menyambut hangat dan mendalam inisiatif ini. Baginya, KBC bukan sekadar kurikulum formal, melainkan gerakan batin yang menghidupkan kembali kesadaran kolektif bangsa akan pentingnya cinta sebagai landasan kehidupan bersama dalam keberagaman.
“KBC menggugah kesadaran kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi spirit Bhinneka Tunggal Ika. Ini adalah momen penting untuk menyatukan pendidikan, nilai, dan praktik kehidupan berbangsa,” ujar Guru Besar Sosiologi Agama tersebut dalam pernyataannya di Bali, Sabtu (26/7/2025).

Lebih jauh, Prof. Sudiana menegaskan bahwa KBC memiliki irisan makna yang kuat dengan nilai-nilai luhur dalam agama dan budaya Nusantara. Salah satunya adalah Tri Hita Karana, falsafah hidup masyarakat Bali yang menekankan harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Konsep ini, menurutnya, sangat relevan dengan tujuan KBC: membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kecintaan pada sesama dan tanggung jawab ekologis.
“Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika tidak cukup menjadi hiasan pidato atau semboyan di dinding institusi. Ia harus hidup, aktual, dan diimplementasikan dalam proses pendidikan sejak dini,” tegas Sudiana.
Dalam konteks tersebut, KBC menjadi panggilan moral bagi dunia akademik untuk tidak terjebak pada transfer ilmu semata. Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, empati, cinta, dan tanggung jawab sosial. KBC dianggap sebagai terobosan konseptual yang menyatukan visi spiritual, kultural, dan nasionalisme dalam satu platform pembelajaran yang utuh dan menyeluruh.
UHN IGB Sugriwa, sebagai institusi pendidikan tinggi berbasis nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan, siap menjadi garda depan implementasi KBC. Sudiana menyatakan kesiapan pihaknya untuk melakukan berbagai langkah, mulai dari sosialisasi hingga internalisasi nilai KBC dalam budaya akademik kampus.
“Kami siap mengintegrasikan KBC dalam Tridharma Perguruan Tinggi, terutama dalam bidang pendidikan. Jika dibutuhkan pelatihan khusus, kami siap berkolaborasi demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih humanis dan inklusif,” tandasnya.
Rektor UHN itu juga menyampaikan harapannya agar KBC tidak berhenti sebagai kebijakan administratif, tetapi menjadi gerakan kebudayaan dan pendidikan nasional. Dalam situasi dunia yang tengah dilanda krisis empati, intoleransi, dan degradasi ekologi, KBC dapat menjadi solusi strategis yang menumbuhkan generasi cinta—yakni generasi yang hidup dengan kasih, sadar akan perbedaan, dan peduli terhadap bumi yang ditinggalinya.
Peluncuran KBC merupakan momentum langka dalam sejarah pendidikan Indonesia. Sebuah kurikulum yang tidak hanya berpijak pada rasionalitas, tetapi juga pada kekuatan afeksi dan spiritualitas. Dan di tengah riuhnya dunia yang sering melupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan, KBC hadir sebagai oase pendidikan yang menyejukkan.
Dalam dunia yang terus berubah, konsep Kurikulum Berbasis Cinta adalah ajakan untuk kembali pada akar nilai-nilai kebangsaan: cinta, toleransi, dan persaudaraan. Inilah jalan menuju Indonesia yang bukan hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dan manusiawi. (Hery Buha Manalu)



