spot_img
BerandaAkademikaLiterasi Keagamaan Lintas Budaya Siap Masuk Kurikulum Nasional

Literasi Keagamaan Lintas Budaya Siap Masuk Kurikulum Nasional

Kopi Times | Jakarta :

Dalam upaya memperkuat pendidikan karakter yang inklusif dan toleran, Institut Leimena bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Agama (Kemenag) menggelar pertemuan strategis dengan perwakilan sembilan sekolah dan lima perguruan tinggi. Tujuan utamanya: menyiapkan integrasi Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) ke dalam kurikulum nasional secara sistematis dan aplikatif.

Literasi ini penting di tengah keberagaman Indonesia yang begitu kompleks. LKLB bukan sekadar pengetahuan tentang agama lain, tetapi pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik memahami, menghargai, dan berdialog dengan perbedaan secara sehat dan damai. Program ini rencananya akan diintegrasikan ke dalam Kurikulum Cinta, 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, serta pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang tengah dikembangkan Kemendikdasmen.

Literasi dimaksud dikonkrikan dalam pertemuan yang menghadirkan para pemikir dan praktisi lintas bidang yang memiliki reputasi kuat dalam pendidikan dan keagamaan. Di antaranya, Dr. Farid F. Saenong dari Kementerian Agama, Prof. Dr. Nyayu Khadijah selaku Direktur KSKK Madrasah Kemenag, serta Arif Jamali Muis, Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari sisi kebijakan karakter hadir pula Dr. Kosasih Ali Abu Bakar, Analis Kebijakan Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen. Diskusi juga diperkaya oleh pemikiran Prof. Dr. Amin Abdullah dari BPIP, Dr. Henriette T. Hutabarat Lebang dari Dewan Gereja-gereja Sedunia, serta Dr. Sarlota Singerin dari Yayasan Pendidikan Kristen Dr. J.B. Sitanala di Ambon.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Literasi dengan model integrasi LKLB ini diharapkan mampu menciptakan ruang belajar yang ramah perbedaan, memperkuat identitas kebangsaan, serta memperkaya pemahaman spiritual siswa tanpa harus menegasikan keyakinan masing-masing. Dalam jangka panjang, hal ini menjadi pondasi penting membentuk generasi muda Indonesia yang toleran, kritis, dan cinta damai.

Literasi ini bukan hanya strategi pendidikan, tetapi juga ikhtiar membangun Indonesia masa depan yang lebih bersatu dalam keberagaman.

“Begitu banyak program di dalam pemerintahan dari Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang semuanya baik dan ternyata hal ini bisa sejalan dan bisa ikut mendukung kesuksesan program-program pemerintah,” kata Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dalam pertemuan bertajuk “Temu Wicara Insersi Kurikulum Cinta dan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dengan Pendekatan LKLB” pada 14 Mei 2025.

Temu wicara yang diadakan selama tiga hari pada 14-16 Mei tersebut, adalah kegiatan pertama dalam rangkaian insersi LKLB ke dalam kurikulum atau pembelajaran. Para peserta Temu Wicara I sebanyak 30 orang terdiri dari rektor, dekan, dosen, kepala sekolah atau madrasah, dan guru yang merupakan mitra dan alumni pelatihan LKLB. Sebagai lanjutan, Temu Wicara II akan diadakan dalam waktu dekat pada 30 Juli-1 Agustus 2025.

Peserta tingkat perguruan tinggi terdiri dari rektor, dekan, dan ketua Lembaga Penjamin Mutu, hadir untuk saling berdiskusi dalam rangka implementasi pendekatan Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam pembelajaran di kampus.

Pimpinan perguruan tinggi yang hadir dalam Temu Wicara I antara lain Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Prof. Dr. Yance Z Rumahuru, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Dr. Abidin Wakano, Rektor UIN Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Prof. Dr. H. Lukman S Thahir, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Islam As’adiyah Sengkang, Sulawesi Selatan, Dr. Ahmad Muktamar B, dan Ketua Lembaga Penjamin Mutu Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Dr. Ali Mustofa.

Di tingkat madrasah dan sekolah, dihadiri antara lain Kepala SMA Muhammadiyah 1 Magelang, Icuk Salabiyati, Kepala SMAS Kristen Rehoboth Ambon, Salomina Patty, Wakil Direktur Sekolah Kristen Tritunggal Semarang, Yonathan Djalimun, Kepala SMK Al-Achyar Banyuwangi, Zulfar Rohman, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Madrasah Aliyah (MA) Al-Manar Semarang, Rohmat Hidayat, serta guru dari MAN 1 Magetan, Sekolah Kristen Gloria Surabaya, dan MAS As’adiyah Putri Pusat Sengkang.

“LKLB intinya bagaimana kita membangun rasa saling percaya, saling menghormati satu dengan lainnya walaupun berbeda. Nampaknya sesuatu yang sederhana, tapi untuk bisa dilakukan dalam skala besar dan secara berkelanjutan maka perlu dibuatkan pendekatan sistematis. Itulah yang coba kita lakukan bersama,” kata Matius.

Matius menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran narasumber maupun peserta dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi, yang bersedia memikirkan bersama-sama bagaimana program LKLB bisa semakin berdampak kepada dunia pendidikan di Indonesia. Menurutnya, temu wicara yang diadakan merupakan langkah lanjutan dari kerja sama program LKLB selama ini.

“Sebetulnya ini membutuhkan komitmen jangka panjang, tapi kami percaya, justru kita lakukan bersama karena inilah hal yang baik untuk komunitas kita, masyarakat kita, bangsa dan negara,” lanjut Matius.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Arif Jamali Muis, mengatakan insersi LKLB dalam pembelajaran di kelas (intrakurikuler) yang telah dilakukan selama ini tetap perlu dipertahankan. Namun, menurutnya, ada kesempatan lebih jauh mengimplementasikan LKLB melalui kokurikuler.

Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran formal di kelas, sedangkan kokurikuler adalah kegiatan tambahan di luar jam pelajaran yang masih berkaitan dengan materi pelajaran, tapi dilakukan dengan cara lebih praktis dan aplikatif.

“Kelihatannya yang baru disentuh oleh Institut Leimena adalah aspek intrakurikuler, seperti integrasi LKLB dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau modul ajar. Integrasi intrakurikuler dan kokurikuler ini akan membawa LKLB lebih dalam ke pemahaman anak-anak, sehingga sejalan juga dengan pendekatan pembelajaran mendalam,” kata Arif.

Senada dengan itu, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Dr. Farid Saenong, mengatakan pendekatan LKLB bisa ikut memperkuat Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Farid mengatakan Kemenag terus meramu KBC agar bisa sejalan dengan konsep pembelajaran mendalam (deep learning) dari Kemendikdasmen.

“Kita beruntung bisa terlibat dalam kolaborasi yang kita adakan selama ini (dalam program LKLB), dimana ada Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar, dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti, serta dari Institut Leimena, Prof. Alwi Shihab, dan Prof. Amin Abdullah,” kata Farid.

Pelaksanaan temu wicara menghasilkan sejumlah gagasan dari para peserta, antara lain melakukan insersi Kurikulum Cinta dan LKLB dalam mata kuliah, mengembangkan dalam kokurikuler sekolah, serta di tingkat perguruan tinggi, mengadakan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang menginsersikan Kurikulum Cinta dan LKLB. Baik perguruan tinggi maupun sekolah, juga akan melakukan penyusunan buku terdiri dari model-model implementasi Kurikulum Cinta dengan pendekatan LKLB. (HB)

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini