spot_img
BerandaOpini"MAHATALA Nommensen, 33 Tahun Menjulanglah di Punggung Alam, Tetaplah Menyelami Makna Hidup"

“MAHATALA Nommensen, 33 Tahun Menjulanglah di Punggung Alam, Tetaplah Menyelami Makna Hidup”

Kopi Times | Medan :

Lestari!
Tiga puluh tiga tahun bukanlah angka yang kecil bagi sebuah organisasi pecinta alam. Ia adalah perjalanan panjang penuh warna, jejak langkah yang mengakar kuat di tanah, menggurat di batu, dan mengalir di sungai-sungai Sumatera Utara. Mahatala Nommensen, kelompok pecinta alam dari Universitas HKBP Nommensen Medan, bukan sekadar komunitas kampus biasa. Ia adalah rumah bagi jiwa-jiwa yang merindu ketinggian gunung, kesunyian hutan, dan tantangan alam yang mendewasakan.

Mahatala lahir dari idealisme dan hasrat untuk menyatu dengan alam, bukan sekadar menaklukkannya. Dalam tiga dekade lebih perjalanan ini, Mahatala telah menjadi saksi sekaligus pelaku dalam dinamika pergerakan pecinta alam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Di balik sorotan cahaya api unggun dan gemuruh arus sungai yang dilintasi, tersimpan kisah suka dan duka, persaudaraan dan pengorbanan, serta semangat juang yang tak pernah padam.

Kita tak bisa melupakan para pendiri, senior, dan seluruh anggota yang telah mengukir sejarah ini dengan peluh dan cinta. Kepada mereka yang kini telah berpulang ke haribaan Sang Pencipta, kita berikan penghormatan tertinggi. Nama dan jasa mereka abadi dalam ingatan, menyatu dengan alam yang dulu mereka cintai. Dalam semangat mereka, Mahatala tetap hidup.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

33 tahun adalah waktu untuk merenung dan berefleksi, siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan melangkah. Dalam rentang waktu itu, Mahatala telah menunjukkan konsistensinya sebagai organisasi yang tidak hanya fokus pada petualangan, tetapi juga pendidikan, advokasi lingkungan, dan pengabdian masyarakat. Gunung yang kita daki bukan hanya simbol pencapaian fisik, tapi juga pencapaian mental, spiritual, dan sosial.

Di Balik Hujan Badai, Belajar Bertahan dan Bangkit

Mahatala bukan sekadar komunitas yang bertualang ke alam bebas. Ia adalah sekolah kehidupan, tempat belajar nilai solidaritas, kerja tim, disiplin, dan cinta pada tanah air. Di tenda-tenda sederhana yang dibangun di kaki gunung, para anggota Mahatala menemukan arti kebersamaan sejati. Di balik hujan badai, kita belajar bertahan dan bangkit. Di setiap langkah kaki, kita diajarkan bahwa alam adalah guru terbaik yang tak pernah marah, hanya memperingatkan.

Hari ini, di usia yang ke-33, kita bersyukur namun tidak puas. Kita bangga tapi tidak berpuas diri. Sebab di depan sana, masih banyak jalan terjal yang menanti untuk dijelajahi. Masih banyak hutan yang harus dijaga, sungai yang harus dilindungi, dan generasi muda yang harus diajak untuk peduli. Mahatala harus terus berkembang, bukan hanya dalam jumlah anggota, tapi juga dalam kualitas, kapasitas, dan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat.

Perjalanan ini adalah tonggak untuk menyalakan kembali semangat kita. Untuk memperkuat struktur organisasi, memperdalam pengetahuan tentang konservasi, memperluas jaringan dengan komunitas lainnya, dan mengokohkan jati diri sebagai bagian penting dari gerakan lingkungan hidup di Indonesia. Di era perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan, peran Mahatala menjadi sangat relevan dan mendesak.

Perdalam Pengetahuan Perluas Jaringan

Mahatala harus menjadi contoh bagi kelompok pecinta alam lainnya, bahwa mencintai alam bukan hanya soal naik gunung dan camping, tapi tentang bagaimana kita turut menjaga, melestarikan, dan mewariskan alam yang sehat kepada generasi berikutnya. Jadilah suara yang menggema di tengah sunyi, menjadi aksi nyata di tengah kelambanan, menjadi cahaya di antara gelapnya kepedulian.

Kita tidak sedang memperingati angka. Kita sedang merayakan semangat. Sebuah semangat yang tumbuh dari akar kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Mari jadikan ulang tahun ini sebagai momentum untuk melakukan evaluasi mendalam, memperbaiki kekurangan, dan menyusun strategi baru agar Mahatala makin jaya, makin solid, dan makin bermakna kehadirannya di tengah masyarakat.

Dirgahayu Mahatala Nommensen yang ke-33

Teruslah menjadi pelita yang menerangi jalan dalam gelap, menjadi suara lantang bagi alam yang sering dibungkam, dan menjadi rumah yang hangat bagi mereka yang mencari jati diri melalui pelukan hutan dan bentangan langit.

Ditulis dengan hormat dan cinta oleh seorang ALB dan jurnalis yang telah menyaksikan sendiri denyut nadi para penggiat alam Sumatera Utara. Salam lestari dari lubuk hati terdalam. Ganjang Mahatala, Angkatan Halilintar.

Salam Lestari,…

(Hery Buha Manalu)

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini