Minggu, Desember 8, 2024
spot_img

Makna “Gorga Boraspati” dan “Adop-adop” Budaya Masyarakat Batak Toba

Ekspresi seni ukir (“Gorga Boraspati” dan “Adop-adop”) pada Rumah Adat Batak Toba, terukir filosofi leluhur pada goresan ornamennya memiliki makna bagi masyarakat budaya Batak Toba/Foto : Ist

Oleh : Hery Buha Manalu, Dosen Pasca Sarjana STT Paulus Medan, Penggiat Lingkungan dan Budaya

Ekspresi seni ukir budaya Batak Toba, terukir filosofi leluhur pada goresan ornamen Rumah Adat Batak (Ruma Gorga). Jauh dari sekadar hiasan, “Gorga Boraspati” yaitu ukiran cicak dan “Adop-adop” (empat payudara) menyimpan makna mendalam yang diwariskan turun-temurun. Mari kita selami filosofi di balik ukiran ini, menjelajahi kearifan leluhur yang terpancar dari goresan seni rupa yang sarat makna.

Cicak, atau “Gorga Boraspati”, bukan sekadar hewan kecil yang menempel di dinding. Bagi masyarakat Batak, cicak melambangkan kebijaksanaan dan kekayaan. Kemampuannya beradaptasi di berbagai tempat, dari lantai hingga atap, mencerminkan ketangguhan dan kegigihan. Cicak bahkan mampu melepaskan ekornya untuk meloloskan diri dari bahaya, menunjukkan kecerdasan dan strategi dalam menghadapi tantangan.

Bagi masyarakat Batak yang merantau, Gorga atau ukiran ini menjadi pengingat untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai leluhur. Cicak melambangkan kemampuan beradaptasi, kegigihan, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai rintangan di tanah perantauan. “Adop-adop”‘ di sisi lain, mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga kesucian, kesetiaan, dan tanggung jawab keluarga, serta melestarikan kesuburan tanah kelahiran.

Gorga ini melambangkan hubungan manusia dengan alam. Cicak, sebagai makhluk kecil yang mampu bertahan hidup di berbagai lingkungan, menjadi pengingat bagi manusia untuk hidup selaras dengan alam dan menjaga kelestariannya.

Bukan hanya dekorasi semata, tetapi sebuah warisan budaya tak ternilai yang sarat makna. Simbol ini merupakan pengingat bagi generasi penerus Batak untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur, seperti kegigihan, ketangguhan, kemampuan beradaptasi, menjaga kesucian, kesetiaan, tanggung jawab, dan kelestarian alam. Nilai-nilai inilah yang akan mengantarkan bangsa Batak menuju masa depan yang gemilang.

Gorga tersebut bukan hanya simbol budaya yang indah, tetapi juga pesan leluhur yang sarat makna untuk menjalani kehidupan. Pesan Adaptasi, Cicak, dengan kemampuannya beradaptasi di berbagai lingkungan, mengingatkan kita untuk selalu fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Di era modern yang penuh dinamika, kemampuan beradaptasi menjadi kunci untuk meraih kesuksesan.

Pesan kegigihan dalam bertahan hidup, bahkan dengan melepaskan ekornya demi meloloskan diri dari bahaya, menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan. Hidup bagaikan pendakian, penuh dengan tanjakan dan rintangan. Kegigihanlah yang akan mengantarkan kita mencapai puncak kesuksesan.

Pesan perjuangan hidup, yang melambangkan kesucian, kesetiaan, kesejahteraan, dan kesuburan wanita, mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjuangan untuk mencapai tujuan mulia. Perjuangan ini bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Penerapan nilai-nilai leluhur dalam kehidupan, belajar dan berkembang teruslah belajar dan mengembangkan diri untuk memperkaya ilmu dan kemampuan. Sikap ini akan membantu kita beradaptasi dengan perubahan dan meraih kesuksesan. Tekun dan pantang menyerah sikap yang ditanamkan menghadapi setiap rintangan dan tantangan.

Berpegang teguh pada nilai-nilai moral dengan maga selalu kesucian hati, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam setiap tindakan. Nilai-nilai moral ini akan menjadi landasan untuk membangun kehidupan yang sejahtera dan bermanfaat bagi orang lain. Di tengah kesibukan dan perjuangan hidup, jangan lupa untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, pekerjaan, dan sosial. Keseimbangan ini akan membantu kita tetap sehat dan bahagia.

“Gorga Boraspati” dan “adop-adop” adalah pengingat bahwa leluhur Batak telah meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai. Marilah kita jaga dan lestarikan warisan ini dengan menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Dengan beradaptasi, gigih, dan berjuang dalam kehidupan, menjaga kesucian, kesetiaan, dan tanggung jawab keluarga, serta melestarikan kesuburan kampung halaman (“Bonapasogit”). Dapat mencapai tujuan mulia dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles