Kopi Times | Medan :
Tiopan M.T. Tampubolon saat mempertahankan Desertasi program Doktoral S3 yang beejudul, “Analisis Model-Model Pelayanan bagi Pembaharuan Pikiran Jemaat di RumahĀ Doa Yayasan Berkat Keselamatan Insani Medan”, pada sidang Meja Hijau di STT (Sekolah Tinggi Teologia) Paulus Medan, Rabu 30/7/2025 menyampaikan, dalam tentang lanskap pelayanan Kristen kontemporer yang makin kompleks dan menuntut relevansi kontekstual. Penelitian ini mutakhir mengungkap model-model pelayanan yang diterapkan di Rumah Doa Yayasan Berkat Keselamatan Insani Medan, serta dampaknya terhadap pembaharuan pikiran jemaat.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi dunia teologi kontekstual di Indonesia, khususnya dalam menjawab stagnasi pertumbuhan rohani dan lemahnya pelayanan personal di lingkungan gereja-gereja arus utama. Hal ini disampaikan kepada dewan dosen penguji program pasca sarjana S3 Doktoral Pasca Sarjana STT (Sekolah Tinggi Teologi) Paulus Medan,Ā Dr. Adolfina Elisabeth Koameksah,.M.Th., M.Hum, Dr. Hery Buha Manalu,, S.Sos,.M.Mis, dan Dr. Robinsar Siregar M.Th.
Stagnasi dan Kerinduan akan Pembaruan
Permasalahan utama yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah stagnasi pertumbuhan rohani jemaat, yang diperparah oleh kurangnya pelayanan pribadi dan terbatasnya pendekatan yang bersifat menyentuh kebutuhan rohani secara menyeluruh. Rumah Doa ini muncul sebagai alternatif pelayanan yang menawarkan pendekatan holistik, kontekstual, dan transformatif bagi para jemaat yang haus akan pengalaman rohani yang hidup dan bermakna.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan pelayan dan jemaat, serta dokumentasi kegiatan rutin. Analisis data dilakukan secara tematik, dikaitkan dengan teori-teori pelayanan Kristen dan konsep pembaharuan pikiran dalam terang Alkitab dan literatur teologis.
Model Pelayanan yang Diterapkan
Peneliti mengidentifikasi tujuh model pelayanan utama yang menjadi kekuatan Rumah Doa ini:
1. Pelayanan Khotbah Kontekstual, yang tidak hanya mengupas teks Alkitab, tetapi juga mengaitkan langsung dengan permasalahan sosial dan eksistensial jemaat.
2. Diskusi Interaktif, yang mendorong dialog teologis serta ruang refleksi bersama antar jemaat lintas denominasi.
3. Pelayanan Sosial, berupa pembagian sembako, bantuan pendidikan, hingga pendampingan hukum bagi keluarga miskin.
4. Pelayanan Kunjungan, meliputi penjara, rumah sakit, dan rumah jemaat yang menunjukkan pendekatan pastoral yang aktif.
5. Pelayanan Eksorsisme, yang dianggap sebagai pelayanan pemulihan rohani intensif untuk jemaat yang mengalami tekanan batin atau gangguan spiritual.
6. Pujian dan Penyembahan, yang dirancang untuk menghidupkan kembali semangat rohani jemaat melalui musik profetik dan spontanitas ibadah.
7. Retret dan Doa Malam, yang memberi ruang waktu khusus untuk kontemplasi dan pemurnian motivasi hidup kristiani.
Bukti Transformasi Nyata
Disampaikan Tiopan, hasil penelitian menunjukkan dampak signifikan dari penerapan model-model pelayanan tersebut. Jemaat yang sebelumnya mengalami kebingungan teologis dan krisis iman, kini menunjukkan perubahan cara berpikir, terutama dalam memahami identitas diri sebagai orang percaya, panggilan hidup, serta cara menghadapi penderitaan dan ketidakpastian hidup.
Beberapa indikator kualitatif yang terekam meliputi: Meningkatnya keterlibatan jemaat dalam pelayanan, Munculnya kesadaran kolektif untuk saling melayani lintas denominasi, Transformasi gaya hidup jemaat dari pasif menjadi partisipatif, Kesaksian pribadi jemaat yang menyatakan bahwa pelayanan di Rumah Doa telah mengubah cara mereka memandang Tuhan dan kehidupan secara menyeluruh.
Tantangan dan Ketidakteraturan Sistemik
Namun, penelitian ini juga mencatat sejumlah catatan kritis. Rumah Doa belum memiliki sistem keanggotaan tetap, kurikulum teologi yang terstruktur, dan kerangka doktrinal yang jelas. Keragaman latar belakang denominasi jemaat membuat arah teologis pelayanan cenderung cair. Bahkan terdapat praktik-praktik yang dipertanyakan secara teologis, seperti penyucian rumah dengan air sebagai tindakan simbolik spiritual yang tidak secara eksplisit dijustifikasi dalam teks Alkitab.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang batas antara ekspresi iman yang kontekstual dan potensi penyimpangan dari prinsip Alkitabiah. Evaluasi dan revitalisasi pelayanan menjadi hal yang mendesak untuk menjaga kemurnian ajaran dan efektivitas pembaharuan pikiran jemaat.
Kontribusi untuk Dunia Teologi Kontekstual
Penelitian ini menegaskan bahwa pembaharuan pikiran, sebagaimana diajarkan dalam Roma 12:2, merupakan elemen kunci dalam pertumbuhan iman Kristen. Rumah Doa, meskipun belum sepenuhnya ideal secara struktur kelembagaan, berhasil menjadi laboratorium rohani yang menjawab kerinduan spiritual masyarakat perkotaan yang kian terasing secara rohani.
Temuan ini memberikan sumbangan akademik penting bagi teologi kontekstual Indonesia, khususnya dalam menggali pendekatan-pendekatan pelayanan yang responsif terhadap dinamika sosial-keagamaan umat. Medan sebagai kota multikultural menunjukkan bahwa model pelayanan lintas denominasi dan berbasis kebutuhan spiritual aktual dapat menjadi salah satu jawaban atas krisis kepercayaan terhadap pelayanan gerejawi konvensional.
Rekomendasi
Sebagai penutup, penelitian ini merekomendasikan agar Rumah Doa Yayasan Berkat Keselamatan Insani Medan melakukan beberapa langkah strategis: Penyusunan kurikulum teologi dasar bagi pelayan dan jemaat, Standarisasi pelayanan eksorsisme dan penyembuhan agar tidak jatuh ke dalam praktik okultisme, Pendirian struktur keanggotaan dan kepemimpinan rohani yang jelas, untuk menjaga kontinuitas dan arah pelayanan, dan Peningkatan kerjasama dengan gereja-gereja lokal, agar tidak terjadi isolasi pelayanan.
Dengan demikian, Rumah Doa tidak hanya menjadi tempat berdoa, tetapi juga pusat transformasi teologi kontekstual yang membentuk cara berpikir jemaat secara mendalam dan Alkitabiah. Sebuah pelayanan yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga mengubah cara pandang dan cara hidup umat percaya di Sumatera Utara dan Indonesia. (Hery Buha Manalu)