Oleh : Stefania Batubara, Mahasiswa STIM Sukma Medan
Pendahuluan
Mengenal Tuhan dalam perjalanan hidup sebagai manusia beriman, dan memahami konsep tentang Tuhan dan ketuhanan menjadi fondasi utama bagi cara kita berpikir, bersikap, dan bertindak. PengetahuaPengetahuan Pengetahuan tentang Tuhan bukan hanya sekadar teori, tetapi landasan spiritual yang membentuk karakter, menentukan arah hidup, dan memberi makna pada setiap peristiwa yang kita alami. Bagi umat Kristen, mengenal Tuhan tidak hanya dipahami sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai Penolong, Penebus, dan sumber kekuatan yang tidak pernah berubah. Dengan memahami siapa Tuhan, apa makna kasih, serta arti kebangkitan dan pengharapan, kita dapat mengembangkan kehidupan rohani yang matang dan memiliki arah yang jelas dalam menghadapi dunia modern yang penuh tantangan.
Pemahaman tentang Tuhan dan Ketuhanan
Mengenal Tuhan sebagai wujud tertinggi, sumber kehidupan, dan realitas paling mendasar yang melampaui segala hal yang dapat dipikirkan manusia. Sejak dahulu, keyakinan tentang Tuhan melahirkan berbagai pandangan teologis dan filosofis.

Pertama, Teisme meyakini bahwa Tuhan adalah Pencipta sekaligus Pengatur seluruh alam semesta. Tuhan tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga hadir dan bekerja dalam sejarah manusia. Dalam pandangan ini, Tuhan peduli dan terlibat dalam kehidupan setiap orang, memelihara ciptaan, dan menuntun umat-Nya.
Kedua, Deisme mengajarkan bahwa Tuhan memang menciptakan alam semesta, tetapi kemudian membiarkannya berjalan sendiri sesuai dengan hukum-hukum alam. Tuhan tidak lagi turun tangan dalam peristiwa-peristiwa hidup manusia. Pandangan ini berkembang pada masa Pencerahan ketika akal budi menjadi pusat kepercayaan manusia.
Ketiga, Panteisme memandang bahwa Tuhan dan alam semesta adalah satu. Seluruh realitas dipahami sebagai perwujudan Tuhan, sehingga tidak ada pemisahan antara Sang Pencipta dan ciptaan. Meskipun pandangan ini berbeda dengan ajaran Kristen, pemahaman ini menunjukkan bahwa manusia selalu berusaha mencari keberadaan ilahi di balik seluruh ciptaan.
Dalam iman Kristen, mengenal Tuhan yang dipahami sebagai sosok pribadi yang hidup, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Pengampun, dan penuh kasih. Tuhan bukan hanya konsep, tetapi nyata hadir dalam kehidupan umat-Nya. Sebagaimana tertulis dalam Yesaya 40:28, Tuhan adalah Allah yang kekal, Pencipta ujung bumi, yang tidak pernah lelah atau lesu, dan hikmat-Nya tidak terselami. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, serta selalu sanggup menopang kehidupan manusia.
Kasih adalah inti dari iman Kristen. Tanpa kasih, setiap tindakan keagamaan kehilangan makna. Kasih bukan hanya perasaan, melainkan komitmen untuk memberi diri, berkorban, bersikap setia, dan melakukan kebaikan bagi Tuhan dan sesama.
Yesus menegaskan hal ini dalam Matius 22:37-40:
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu, dan akal budimu.
Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mari mengenal dua perintah ini menjadi hukum utama yang mencakup seluruh ajaran Taurat dan para nabi. Artinya, kehidupan rohani yang sejati tidak diukur dari ritual yang megah, tetapi dari kedalaman kasih kepada Tuhan dan kepedulian kepada sesama. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kasih mendorong kita untuk bersikap rendah hati, mengampuni, melayani, dan menghidupi nilai kemanusiaan yang luhur. Kasih adalah energi rohani yang membuat kehidupan lebih bermakna dan membangun relasi harmonis di tengah masyarakat.
Kebangkitan Kristus dan Pengharapan Orang Percaya
Inti iman Kristen terletak pada kebangkitan Yesus Kristus. Kebangkitan bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi dasar pengharapan bagi semua orang percaya. Melalui kebangkitan-Nya, kematian dikalahkan, dan manusia diberi kepastian akan kehidupan kekal.
Dalam 1 Korintus 15:20, Rasul Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah buah sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Ini berarti kebangkitan Kristus menjadi jaminan bahwa orang percaya juga akan dibangkitkan pada akhir zaman. Pengharapan ini memberi kekuatan bagi umat Kristiani untuk menghadapi penderitaan, ketidakpastian hidup, dan tantangan dunia.
Kebangkitan bukan hanya janji di masa depan, tetapi sumber kekuatan saat ini. Ia meneguhkan bahwa hidup ini punya tujuan ilahi dan tidak berakhir di kubur. Mengenal pengharapan dalam Kristus membentuk pola pikir positif, semangat melayani, dan keberanian untuk menjalani hidup dengan iman.
Penutup
Dengan mengenal dan memahami Tuhan sebagai sumber kehidupan, menghidupi kasih sebagai dasar relasi, dan mempercayai kebangkitan sebagai pengharapan, kita memperoleh fondasi iman yang kokoh. Pemahaman ini membantu kita hidup lebih bijaksana, lebih kuat menghadapi tantangan, dan lebih mampu memberi dampak positif bagi dunia. Sebagai manusia beriman, marilah kita terus bertumbuh dalam mengenal akan Tuhan, menjalani kasih dalam tindakan, dan memegang teguh pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. (Red/*)



