Kopi Times | Medan :
Suasana di Hotel Grand Antares Medan pada Jumat, 30 Agustus 2024, terasa sangat istimewa. STT Paulus Medan menggelar GR Wisuda ke-XVIII sekaligus merayakan Dies Natalis ke-XVIII. Para wisudawan, dosen, civitas akademika tampak antusias mengikuti rangkaian acara yang penuh makna, sambil menikmati momen bersama dengan kehangatan yang tak hanya datang dari acara itu sendiri, tetapi juga dari secangkir kopi yang hadir di sela-sela perbincangan.
Sebagai seorang dosen Teologi Budaya dan penikmat kopi, saya melihat bahwa kopi selalu punya tempat di setiap kesempatan penting. Apalagi dalam suasana seperti ini, acara wisuda yang penuh refleksi tentang proses kehidupan dan pembaruan pikiran, tema yang diangkat dari Roma 12:2 “Renew Your Mind”. Tidak bisa dipungkiri, kopi selalu menjadi teman setia dalam diskusi teologis maupun refleksi budaya. Banyak pendeta yang menemukan inspirasi saat menyeruput kopi di tengah-tengah persiapan kotbah atau kajian teologi.
Teologi dan Kopi: Dua Hal yang Tidak Bisa Dipisahkan
Demikian Risson Sondang Manik, Kopi bagi seorang pendeta bukan hanya minuman, tetapi juga simbol dari proses berpikir dan merenung. Saat menghirup aroma kopi, ada jeda sejenak untuk berpikir lebih dalam, untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Demikian halnya bagi saya, kopi juga sering kali menjadi penghubung antara teologi dan budaya, sebuah refleksi yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Tema wisuda kali ini, “Perbaharui Pikiranmu”, seolah-olah mengajak kita untuk tidak hanya berpuas diri dengan apa yang sudah dicapai, tetapi terus berproses. Seperti halnya secangkir kopi yang tidak pernah sama setiap hari, demikian pula dengan hidup kita yang selalu dinamis dan berubah. Para wisudawan diajak untuk terus memperbarui cara berpikir mereka agar tetap relevan dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
Proses Wisuda yang Menginspirasi
Saat acara, Dr. Elisabeth Adolfina Koamesakh, Ketua STT Paulus Medan, dalam sambutannya menekankan pentingnya proses pendidikan yang harus dijalani dengan penuh kesungguhan. Ia memuji para wisudawan yang telah melewati masa pandemi dengan segala keterbatasan, namun tetap berjuang dan berproses dengan baik.
“Angkatan ini adalah angkatan yang spesial. Kalian belajar dalam kondisi yang penuh tantangan, namun berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik. Saya bangga melihat bagaimana kalian berproses, tidak hanya secara akademik, tetapi juga secara spiritual dan mental,” ujarnya.
Menurut kami, sama halnya dengan secangkir kopi, proses pendidikan tidak bisa instan. Dari biji kopi yang dipilih, digiling, hingga diseduh, semua butuh waktu dan ketelitian. Begitu pula dengan proses belajar mengajar. Proses tersebut membentuk karakter dan pengetahuan yang matang. Inilah pesan penting yang disampaikan kepada para wisudawan, bahwa setiap insan teolog harus teruslah belajar, teruslah berproses, karena hidup adalah pembelajaran seumur hidup.
Kopi, dalam hal ini, hadir sebagai simbol refleksi dan ketenangan dalam proses pembaruan pikiran. Di tengah tantangan teknologi, secangkir kopi bisa menjadi pengingat bahwa ada hal-hal yang lebih besar dan lebih dalam yang hanya bisa dicapai melalui proses perenungan dan pembaruan diri.
Kopi dan Momen Kehangatan
Acara Dies Natalis kali ini bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga mengingatkan tentang transformasi pribadi yang lebih mendalam. Kami melihat para wisudawan tidak hanya merayakan akhir dari satu fase, tetapi disadarkan bahwa harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan baru dengan pikiran yang terus diperbarui. Di tengah-tengah percakapan hangat dan senyum kebanggaan, kopi hadir sebagai simbol bahwa setiap momen harus dinikmati dan dihargai.
Bagi saya, secangkir kopi yang dinikmati di sela-sela perayaan ini memberikan refleksi yang sangat relevan dan kehidupan adalah proses panjang yang harus dijalani dengan sabar, penuh ketekunan, dan selalu dalam pembaruan, seperti aroma kopi yang selalu memberikan kesegaran baru setiap kali kita menghirupnya.
Dengan demikian, wisuda ini menjadi lebih dari sekadar seremoni akademis. Ini adalah momen refleksi, transformasi, dan harapan, dimana kami ditemani oleh secangkir kopi yang selalu menginspirasi. STT Paulus Medan sekali lagi membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi tentang proses pembentukan manusia seutuhnya dan di tengah semua itu, dan bagi kami kopi tetap menjadi teman setia yang tak tergantikan. Dari kami berdua Risson Sondang Manik dan saya, Hery Buha Manalu, Selamat Bagi Para Wisudawan dan Salam Kopitimes,.. (Red/*)