Kopi Times | Medan :
Ketidakpastian di pasar keuangan global mulai menunjukkan tanda-tanda mereda, meskipun masih menyisakan dampak pada sektor-sektor tertentu.
Tantangan besar yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia saat ini bukan hanya dari sisi eksternal, tetapi juga dari dinamika internal. Kondisi ini diperkirakan dapat memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik jika tidak diantisipasi dengan baik.
Konsumsi rumah tangga adalah salah satu komponen utama yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai negara dengan populasi besar, peran konsumsi domestik sangat signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Perlambatan konsumsi rumah tangga disinyalir terjadi akibat kombinasi beberapa faktor, seperti inflasi yang tinggi, ketidakpastian pendapatan di beberapa sektor, serta kenaikan suku bunga kredit yang membebani daya beli masyarakat. Di sisi lain, tekanan global, terutama terkait ketidakpastian ekonomi di negara-negara maju, turut mempengaruhi sentimen konsumen domestik.
Respon Kebijakan Bank Indonesia
Dalam menghadapi tantangan ini, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah strategis. Melalui pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan September 2024, yang disampaikan pada Rabu, 18/9/2024, Gubernur BI, Perry Warjiyo, memaparkan berbagai langkah yang telah diambil BI guna merespons dinamika ekonomi terkini.
Dalam paparannya, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia pada triwulan ketiga tahun 2024 menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan.
Meskipun ada tekanan dari perlambatan konsumsi rumah tangga, kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan masih terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan berada dalam rentang 4,7% hingga 5,5%, sejalan dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Salah satu faktor yang mendukung perbaikan ini adalah meningkatnya belanja pemerintah. Pemerintah telah mengakselerasi pengeluaran untuk proyek-proyek infrastruktur dan program bantuan sosial, yang secara tidak langsung berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perbaikan pada sektor-sektor strategis, seperti pertanian, manufaktur, dan jasa, juga menjadi pendorong utama pertumbuhan di triwulan ketiga.
Perbaikan Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran juga menjadi salah satu indikator yang menunjukkan perbaikan signifikan. Pada triwulan ketiga 2024, neraca pembayaran mencatatkan surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Hal ini didukung oleh aliran masuk investasi portofolio asing yang tetap tinggi, seiring dengan stabilitas ekonomi dan iklim investasi yang terus membaik di Indonesia. Stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga juga berperan penting dalam menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di pasar keuangan Indonesia.
Aliran masuk portofolio asing yang tinggi menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam menjaga stabilitas neraca pembayaran dan cadangan devisa. Meskipun volatilitas di pasar keuangan global masih ada, daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi tetap kuat, terutama di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.
Kebijakan Suku Bunga BI: Menopang Stabilitas Ekonomi
Langkah lain yang diambil oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi adalah melalui penyesuaian kebijakan suku bunga. Dalam keputusan terbaru, Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebagai respon terhadap dinamika perekonomian global dan domestik. Kebijakan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dengan memberikan insentif bagi sektor riil dan konsumsi rumah tangga.
Penurunan suku bunga diharapkan dapat meringankan beban kredit bagi masyarakat dan dunia usaha, sehingga dapat memacu kembali aktivitas ekonomi. Kebijakan ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat dan mengurangi dampak negatif dari perlambatan ekonomi global. Di sisi lain, langkah ini juga diharapkan dapat menjaga kestabilan inflasi dalam rentang yang terkendali.
Namun, kebijakan pemangkasan suku bunga ini harus diimbangi dengan langkah-langkah lain yang bersifat struktural. Perlu adanya sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berkelanjutan.
Selain itu, perbaikan daya saing industri domestik dan peningkatan produktivitas tenaga kerja juga menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Dengan berbagai langkah yang telah diambil, prospek ekonomi Indonesia ke depan masih terlihat cukup optimis. Meskipun tantangan dari sisi eksternal masih membayangi, kondisi ekonomi domestik yang stabil, ditopang oleh kebijakan-kebijakan yang proaktif dari Bank Indonesia dan pemerintah, diharapkan mampu menjaga laju pertumbuhan ekonomi di rentang yang positif.
Penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk terus memantau perkembangan situasi global dan melakukan penyesuaian kebijakan yang tepat waktu. Keberlanjutan reformasi struktural juga menjadi kunci dalam menjaga daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bisa tercapai, sehingga Indonesia mampu menghadapi tantangan global dengan lebih tangguh dan siap memasuki era baru perekonomian yang lebih stabil dan berkembang. (Red/Hery Buha Manalu)