Kopi Times | Medan :
Pertumbuhan Ekonomi Hijau di Sumatera masih negatif, hal ini terungkap dari hasil kesimpulan Call of Paper Sumatra Economic Summit 2022.
Dari hasil Call of Paper Sumatra Economic Summit 2022 ini ditarik kesimpulan bahwa Green Total Factor Productivity (GTFP) yang mengevaluasi kesiapsiagaan implementasi Ekonomi Hijau, yang memperhitungkan peningkatan produktivitas dan efek emisi maupun kerusakan lingkungan, secara rata rata di Sumatra masih dibawah 1, yang artinya pertumbuhan Ekonomi Hijau di Sumatra masih negatif.
Program dan dukungan Bank Indonesia dalam Call of Paper Sumatra Economic Summit 2022 mendukung upaya implementasi Green Economi (Ekonomi Hijau) melibatkan para akademisi, mahasiswa dan masyarakat. Menampug ide gagasannya dalam karya tulis (Call of Paper). Juara 1 CFP kategori umum Sumatranomics 2022 “Can Technological and Institutional Innovation be A Source of Green Economic Growth in Sumatra? : An Econometric Analysis With Big Data Support.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sumut, Doddy Zulverdi, dihadapan para jurnalis saat Bincang-Bincang Media (BBM) Februari secara luring dan daring, baru-baru ini di Medan.
Dari paper ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Green Total Factor Productivity (GTFP) yang mengevaluasi kesiapsiagaan dalam implementasi Ekonomi Hijau yang memperhitungkan peningkatan produktivitas dan efek emisi maupun kerusakan lingkungan, secara rata rata di Sumatra masih dibawah 1 yang artinya pertumbuhan Ekonomi Hijau di Sumatra masih negatif.
Hanya Sumatra Barat dan Sumatra Selatan yang secara rata-rata memiliki nilai indeks GTFP diatas 1. Hal ini berarti penerapan Ekonomi Hijau di Sumatra belum efisien dilakukan.
Sehingga, rekomendasi yang dapat diberikan adalah adanya kebijakan pada sektor industri barang dan jasa dalam melakukan aktifitas ekonomi berbasis sirkular untuk masing-masing propinsi dikawasan Sumatra agar terjadi peningkatan GTFP dengan disertai persebaran yang juga semakin merata.
Juara pertama CFP kategori mahasiswa Sumatranomics 2022 dengan judul : “From Conventional Finance to Digital Finance : Analisis kontribusi Financial Technology terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatra selama pandemi.”
Kesimpulan yang diperoleh dalam paper ini bahwa perkembangan teknologi Financial di Indonesia khusunya dipulau Sumatra telah mendorong aktivitas konsumsi dan investasi masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat.
Hal tersebut tercermin dari kemudahan dan kecepatan transaksi pembayaran yang selama ini telah diupayakan seperti melalui peer to peer lending, e- money, dan debit card yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB no di Sumatra selama pandemi dan bahkan berpotensi menggantikan keuangan konvensional dimasa yang akan datang.
Tiga rekomendasi rekomendasi strategis yang diperoleh, pertama kawasan Sumatra perlu mengupayakan peningkatan transaksi berbasis Fintech., kedua, pembentukan regulasi yang mengatur skema pembiayaan modern berbasis tekhnologi, dan ketiga meberikan kemudahan Fintech dikalangan UKM melalui pendanaan crowd funding dan penerapan suku bunga acuan Fintech yang kompetitif guna meningkatkan perekonomian Sumatra yang lebih terakselerasi. (Red/Hery BM)