spot_img
BerandaWisataKantor Pos Kota Medan, Saksi Bisu Perjalanan Kota

Kantor Pos Kota Medan, Saksi Bisu Perjalanan Kota

Oleh : Hery Buha Manalu

Kantor Pos Kota Medan bukan hanya sebuah bangunan tua di tengah kota, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah Medan dari masa kolonial hingga era modern. Sebagai salah satu ikon arsitektur peninggalan Belanda, bangunan ini telah menjadi pusat komunikasi dan penghubung informasi selama lebih dari satu abad. Keberadaannya tak hanya berperan dalam perkembangan kota, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, ekonomi, dan politik di Sumatera Utara.

Kantor Pos Kota Medan mulai dibangun pada tahun 1909 dan diresmikan pada 1911 oleh pemerintah kolonial Belanda. Saat itu, Medan berkembang pesat sebagai kota perdagangan utama di Sumatera, terutama setelah perkebunan tembakau Deli menjadi komoditas unggulan di pasar dunia. Sebagai pusat administrasi dan bisnis, kebutuhan akan layanan pos yang efisien semakin mendesak.

Belanda yang melihat pentingnya infrastruktur komunikasi di daerah jajahan akhirnya membangun kantor pos ini di lokasi strategis, tepat di jantung kota Medan. Bangunan ini didirikan di kawasan Esplanade (sekarang Lapangan Merdeka), yang saat itu menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan. Lokasi ini dipilih agar layanan pos dapat dengan mudah diakses oleh para pejabat kolonial, pengusaha, dan masyarakat.

Arsitektur, Perpaduan Gaya Eropa dan Tropis

Kantor Pos Medan dirancang oleh Ir. Snuyf, seorang arsitek Belanda yang juga bertanggung jawab atas banyak bangunan kolonial lainnya di Hindia Belanda. Arsitektur bangunan ini mengadopsi gaya Indische Empire, yaitu perpaduan antara arsitektur Eropa klasik dengan penyesuaian terhadap iklim tropis.

Ciri khas arsitektur bangunan ini antara lain:

1. Kubah Besar. Salah satu elemen paling mencolok adalah kubah besar di bagian tengah yang memberikan kesan megah. Kubah ini juga berfungsi sebagai ventilasi alami untuk menjaga sirkulasi udara tetap baik.

2. Jendela dan Pintu Besar. Dirancang agar udara dapat mengalir dengan baik, mengurangi panas di dalam ruangan tanpa perlu pendingin buatan.

3. Dinding Tebal. Material bangunan menggunakan bata merah khas kolonial yang kuat dan mampu meredam panas serta

Pada masa kolonial, Kantor Pos Medan bukan hanya tempat pengiriman surat dan paket, tetapi juga pusat komunikasi pemerintahan dan perdagangan. Sebagai kota yang banyak dihuni oleh orang Eropa, terutama pengusaha perkebunan, layanan pos sangat penting untuk menghubungkan Medan dengan Batavia (Jakarta), Singapura, dan Belanda.

Selain itu, kantor pos ini juga menjadi tempat pengiriman telegram, yang saat itu merupakan teknologi komunikasi tercepat. Telegram digunakan untuk mengirim berita penting, instruksi dari pemerintah kolonial, hingga transaksi bisnis antarnegara.

Peran di Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Kantor Pos Medan tetap beroperasi dan menjadi bagian dari sistem komunikasi nasional. Namun, pasca kemerdekaan, bangunan ini sempat menjadi saksi berbagai peristiwa politik yang mengguncang Medan.

Pada Peristiwa Medan Area (1945-1947), banyak gedung kolonial di sekitar Lapangan Merdeka yang menjadi target pertempuran antara rakyat Medan dan tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Kantor Pos Medan menjadi salah satu titik strategis karena masih dikuasai oleh Belanda sebagai pusat komunikasi mereka. Namun, setelah Belanda angkat kaki, kantor pos ini sepenuhnya diambil alih oleh pemerintah Indonesia.

Di era Orde Baru, kantor pos ini mengalami berbagai modernisasi, termasuk peningkatan layanan pengiriman surat, paket, serta transaksi perbankan seperti Wesel Pos.

Memasuki era digital, peran kantor pos mulai bergeser seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi seperti telepon, internet, dan layanan pesan instan. Meskipun demikian, Kantor Pos Medan tetap berfungsi sebagai pusat distribusi surat dan paket, terutama dengan meningkatnya layanan e-commerce.

Kini, kantor pos ini juga berfungsi sebagai pusat filateli, tempat bagi para kolektor perangko untuk mendapatkan koleksi edisi khusus. Selain itu, bangunan ini tetap dipertahankan sebagai salah satu cagar budaya kota Medan.

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Sebagai bangunan bersejarah, Kantor Pos Medan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perawatan fisik hingga tekanan dari pembangunan modern di sekitarnya. Beberapa upaya telah dilakukan untuk menjaga keaslian bangunan ini, antara lain:

1. Penetapan sebagai Cagar Budaya. Pemerintah Kota Medan telah menetapkan Kantor Pos Medan sebagai bangunan bersejarah yang tidak boleh diubah bentuk aslinya.

2. Restorasi Bangunan. Beberapa kali dilakukan perbaikan pada bagian eksterior dan interior untuk mempertahankan keindahan arsitektur kolonialnya.

3. Pemanfaatan untuk Wisata Sejarah – Banyak wisatawan yang tertarik mengunjungi bangunan ini untuk melihat langsung peninggalan kolonial di Medan.

Kantor Pos Medan, Warisan yang Harus Dijaga

Kantor Pos Kota Medan bukan hanya sekadar tempat pengiriman surat, tetapi juga saksi perjalanan panjang kota ini dari era kolonial hingga Indonesia merdeka. Bangunan ini mencerminkan dinamika sejarah, mulai dari kejayaan perkebunan tembakau, perjuangan kemerdekaan, hingga perkembangan komunikasi modern.

Sebagai warga Medan, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan bangunan ini sebagai bagian dari warisan budaya. Kantor Pos Medan bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga pengingat bahwa kota ini memiliki sejarah yang kaya dan patut dihargai. Jika generasi sebelumnya telah menjadikan tempat ini sebagai pusat komunikasi, maka generasi kita harus menjadikannya sebagai simbol simbol kebanggaan dan identitas kota. (Red/*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini