Minggu, Desember 8, 2024
spot_img

Sesungguhnya Perjuangan Sebuah Kebaikan dengan Cara yang Baik Pula, Bukan Anarkis

Ketua Fraksi Partai Hanura MPR RI, Pdt. Tetty Pinangkaan S.Th mengecam berbagai tindakan anarkis yang kerap terjadi belakangan ini. Pada Acara Seminar Nasional kerja sama Hanura dan Sahabat Iman Ortodoks Indonesia bertajuk Sosialisasi Empat Pilar dalam Hidup Berbangsa, yang menekankan perlunya revitalisasi nilai-nilai Ke-Indonesiaan melalui kultivasi empat pilar kebangsaan kaum milenial, Jumat (24/5/2019) di Hotel Grand Antares Medan.
Foto : Hery B Manalu/Kopi-times.com

Kopi-times.com | Medan :
Ketua Fraksi Partai Hanura MPR RI, Pdt . Tetty Pinangkaan S. Th mengecam berbagai tindakan anarkis yang kerap terjadi ketika melakukan aksi  domonstrasi, sesunguhnya untuk memperjuangkan sebuah kebaikan marilah dengan cara yang baik pula.

Menurutnya, tindakan anarkhis belakangan ini seperti menjadi salah satu model untuk memperjuangkan sesuatu, dan itu tidak sesuai dengan jati diri Ke-Indonesiaan kita yang sudah dikenal dunia sebagai masyarakat ramah dan santun.

Hal ini diungkapkan Tetty Pinangkaan kepada Kopi-times.com disebuah acara Seminar Nasional kerja sama Hanura dan Sahabat Iman Ortodoks Indonesia bertajuk Sosialisasi Empat Pilar dalam Hidup Berbangsa, yang menekankan perlunya revitalisasi nilai-nilai Ke-Indonesiaan melalui kultivasi empat pilar kebangsaan kaum milenial, Jumat (24/5/2019) di Hotel Grand Antares Medan.

“Sesunguhnya untuk memperjuangkan sebuah kebaikan marilah dengan cara yang baik pula, bukan budaya kekerasan, Anarkis itu bukan budaya bangsa kita. Tentunya sejak dulu bangsa kita sudah terkenal sebagai masyarakat yang ramah, memiliki kesantunan yang lebih baik. Hidup berazaskan Pancasila, namun belakangan ini budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan kehidupan bangsa dan negara kita masuk dan merusak moral anak-anak bangsa. Sehingga praktek-praktek kekerasan itu juga kerap terjadi dalam bentuk unjuk rasa yang brutal atau anarkis”. Papar Tetty Pinangkaan.

Kemudian, lanjut Tetty Pinangkaan, bahwa belakangan ini masyarakat Indonesia semakin jauh dari jati dirinya yaitu kearifan budaya lokalnya sendiri, seperti gotong-royong, ramah, etika, kejujuran, sopan-santun, tepo seliro, sikap kesatria dan sikap kemufakatan sebagai makna asli demokrasi Indonesia (Pancasila).

“Rakyat Indonesia semakin jauh dari kearifan budaya lokalnya, gotong royong, ramah tamah, etika kejujuran, santun, tepo seliro, jiwa luhur dan tanggung jawab, sebagai makna asli demokrasi Indonesia (Pancasila) yaitu azas kemufakatan, serta menghargai perbedaan (ke-Bhinnekaan).” tegas Tetty Pinangkaan.

Dia juga menyayangkan sikap dari kelompok-kelompok yang tidak menghayati Ideologi Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Anarkis atau kekerasan bukan budaya Indonesia. Indonesia adalah bangsa aman dan damai.

Cara berunjuk rasa yang anarkis, brutal Mementingkan diri sendiri yang meletakkan kepentingan pribadi atau kelompok golongan saja dan mengkesampingkan kepentingan bersama atau bangsa dan negara demi keutuhan NKRI, adalah bertanda sebuah pertanyaan besar mengenai Ke-Indonesiaan kita.

“Itu semua sebagai bukti bahwa banyak masyarakat kita yang tidak lagi memiliki kepekaan dan rasa tanggung jawab dari nilai nilai Ke – Indonesiaan yang Pancasila itu, yang tidak lagi menghayati Pancasila itu sendiri, sehingga dalam tindakan sehari-hari sudah menyimpang. Karena sesungguhnya untuk memperjuangkan sebuah kebaikan itu marilah dengan cara yang baik pula bukan anarkis.” tutup Tetty Pinangkaan S.Th. (Red)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles