Penulis:
Juli Meliza; Diana S.Lubis;
Sixson Roberto Simangunsong, M.Pd ; Ikhsan I.
Kopi Times, Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, menjadi saksi penting bagi pembahasan peran strategis kelapa sawit dalam seminar bertajuk “Kelapa Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan”, Senin, 4 November 2024. Acara ini mengusung tema “Palm Oil Sustainability: Legal, Environmental & Agricultural Perspectives,” yang mencerminkan komitmen berbagai pihak untuk mengkaji kelapa sawit dari sisi keberlanjutan, aspek legalitas, lingkungan, dan pertanian. Diskusi tersebut melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, pakar hukum, perwakilan industri, serta mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Dr. Darmin Nasution, S.E., M.A., yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS). Dalam pidato pembukaannya, Dr. Darmin menekankan betapa krusialnya peran kelapa sawit bagi masyarakat Indonesia, bukan hanya sebagai salah satu sektor utama perekonomian, tetapi juga dalam menyediakan berbagai produk yang menunjang kebutuhan sehari-hari. Dr. Darmin juga menyoroti perkembangan terbaru mengenai kebijakan legalitas lahan sawit dan pentingnya upaya peremajaan perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
Selain Dr. Darmin, acara ini menghadirkan tiga pembicara utama yang sangat berkompeten di bidangnya: Prof. Dr. Ir. Yanto, DEA, IPU, seorang pakar teknologi pertanian; Dr. Sadino, S.H., M.H., pakar hukum kehutanan dari Universitas Al Azhar Indonesia; dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P., Guru Besar Konservasi Tanah dan Pengelolaan DAS dari Universitas Sumatera Utara. Dipandu oleh moderator Ibu Dr. Meutya Nauli, M.Si., diskusi ini berfokus pada potensi kelapa sawit, tantangan yang dihadapi, dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoptimalkan komoditas ini secara berkelanjutan.
Dalam paparannya, Prof. Yanto mengungkapkan bahwa buku “Kelapa Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan” dapat menjadi pemicu untuk memaksimalkan potensi kelapa sawit sebagai tanaman yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menurutnya, industri kelapa sawit di Indonesia memiliki kapasitas untuk berkembang lebih jauh jika dilandasi oleh riset yang mendalam dan regulasi yang mendukung. “Buku ini harus menjadi pemicu bagi seluruh pihak untuk memperjuangkan pengakuan sawit sebagai tanaman hutan, yang nantinya bisa memberikan manfaat ekonomi sekaligus ekologi bagi masyarakat,” ujar Prof. Yanto.
Di sisi lain, Dr. Sadino memaparkan bahwa legalitas lahan menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sektor kelapa sawit. Dalam pandangannya, lahan yang memiliki legalitas memungkinkan pemiliknya untuk menjadikannya agunan, sehingga membuka peluang pendanaan dari lembaga keuangan. Selain itu, legalitas juga memastikan adanya kepastian hukum dan keamanan investasi yang penting bagi keberlanjutan industri kelapa sawit. “Lahan yang memiliki status legal jelas membuka akses bagi petani dan pengusaha untuk mendapatkan modal, yang pada akhirnya berdampak positif bagi kesejahteraan mereka dan perkembangan industri secara keseluruhan,” jelas Dr. Sadino.
Sementara itu, Prof. Abdul Rauf menyampaikan perspektifnya dari sudut pandang lingkungan. Berdasarkan hasil penelitiannya, kelapa sawit ternyata mampu menyerap karbon, suatu kelebihan yang belum banyak disadari oleh masyarakat luas. Menurut Prof. Rauf, jika potensi ini diakui secara resmi, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dapat memperoleh insentif dari negara-negara penghasil emisi karbon sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi terhadap pengurangan emisi global. “Jika kita bisa membuktikan secara ilmiah dan mendapatkan pengakuan, kelapa sawit dapat menjadi solusi atas tantangan lingkungan global, terutama dalam upaya pengurangan emisi karbon,” ungkapnya.
Diskusi semakin menarik dengan partisipasi aktif dari para undangan, termasuk beberapa dosen dan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Sukma, Medan, yang hadir sebagai tamu undangan. Dosen STIM Sukma yang hadir antara lain Ibu Diana S. Lubis, Ibu Juli M., Bapak Sixson S., dan Bapak Ikhsan I., bersama sejumlah mahasiswa yang sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Keterlibatan mereka menunjukkan bahwa STIM Sukma berkomitmen untuk terus mendalami isu kelapa sawit sebagai salah satu sektor strategis yang memiliki dampak luas, baik bagi perekonomian maupun lingkungan.
Di akhir acara, Prof. Abdul Rauf menyampaikan harapannya agar seluruh pemangku kepentingan, termasuk mahasiswa dan akademisi, dapat terus mendukung keberlanjutan kelapa sawit di Indonesia. Ia mengingatkan bahwa penelitian dan kajian seperti ini tidak hanya harus berhenti di tataran akademis, tetapi juga harus dapat diwujudkan dalam kebijakan dan tindakan nyata yang memberi manfaat bagi masyarakat luas. “Mari kita bersama-sama memperjuangkan hasil penelitian ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak, baik dari segi ekonomi maupun ekologi,” pesan Prof. Rauf.
Sebagai penutup, Prof. Yanto menyampaikan bahwa kelapa sawit Indonesia membutuhkan kerja sama lintas sektor agar keberlanjutan dapat tercapai. “Kelapa sawit sebagai komoditas strategis memerlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga akademisi dan masyarakat,” ujarnya. Ia berharap buku ini menjadi titik awal untuk menyatukan langkah dalam memperjuangkan pengembangan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia.
Melalui acara ini, diharapkan seluruh peserta mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kelapa sawit dan tantangannya. Dengan kolaborasi yang solid, Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar dan turut serta dalam menghadapi tantangan lingkungan global, sambil terus memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi bangsa. (Red/*)