Pewaris Negeri Yang menjadi Puisi
Aku keringat tanah ku,
dari pori-pori kota
yang tak kenal lelah
walau senja telah telentang ,
di balik gedung-gedung tinggi berbau asing.
musim bertukar warna,
bulan melukis diri nya sendiri di sisa banjir,
tak pernah bertanya,
tentang resah pemerintah,
yang berbalut waktu yang purba.
jika ibu tak menyisakan cinta,
mana mungkin kita ada disini,
berbagi nasib,
berpeluh-peluh, mencairkan suka dan tawa
di dalam rokok,kopi dan senja.
kata-kata kita menjadi angin
di hadapan proyeksi pemerintah
berhempaan dengan obrolan investor
dari seberang benua,
bagaimana penjajahan tanpa perang terjadi di mana-mana.
disini,
di tanah ini, penguasa menanam saham.
dan kami anak-anak sekolah memanen nya
di dalam pekerjaan.
di dalam cita-cita orang tua,
ya meninggalkan budaya purba,
nenek moyang
tentang sawah, hutan dan lautan.
lihat lah pemerintah
pertempuran silam nenek moyang
sudah kita lupakan.
Yogyakarta, 15 april 2019
Penulis, Khairil Anwar, Mahaiswa Pencinta Alam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Mapala (UINSU)