Sulitnya mencari penumpang, belakangan ini dengan banyaknya transportasi berbasis online,Ratusan penarik becak bermotor (Betor), yang tergabung di Solidaritas Angkutan Transportasi Betor (SATU BETOR) melakukan aksi demo didepan kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara di Medan, Senin (13/12/2021)/Foto HBM/Kopitimes
Kopi Times | Medan :
Sulitnya mencari penumpang, belakangan ini banyaknya transportasi berbasis online,Ratusan penarik becak bermotor (Betor), yang tergabung di Solidaritas Angkutan Transportasi Betor (SATU BETOR) melakukan aksi demo didepan kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara di Medan, Senin (13/12/2021).
Para Pebetor ini mengaku, sulitnya mereka mencari penumpang saat ini ditengah banyaknya muncul transportasi angkutan umum, seperti bus Trans Metro Deli dan angkutan berbasis Online.
“Becak kami sudah 17 tahun, tidak ada mendapat peremajaan. Sehingga kami semakin sulit bersaing dengan angkuran lain. Satu hari kami hanya mendapatkan hasil Rp.10 ribu, bagaimana kami bisa memberi makan anak dan istri kami. Bukan kami tidak mau beralih kerja lain, namun tidak ada kesempatan bagi kami,” ucap Muslim selaku koordinator aksi.
Muslim juga menambahkan, bahwa Betor mereka yang beroperasi di kota Medan siap diremajakan. Semenjak hadir transportasi online, pendapatan kami merosot tajam. “Tantangan kami ada pada keluarga kami sendiri, bagaimana kami mampu menghidupi anak dan istri kami. Jangan dihancurkan lapangan kerja pak,” pekiknya.
Menuntut agar diberikan peremajaan becak bermotor yang lebih modern, para pendemo ini juga mengaku masih banyak yang belum memiliki BPJS Kesehatan dari pemerintah.
Sementara itu, Ketua DPP SATU BETOR, Joha Merdeka dilokasi yang sama kepada wartawan mengatakan, tujuan aksi damai yang dilakukan agar Wali Kota Medan, Bobby Nasution dapat mengetahui keluhan mereka.
“Para penarik Betor ini ingin mereka diperhatikan, selama ini mereka merasa seolah tidak diperhatikan. Jadi, mereka ingin Wali Kota Medan melakukan peremajaan terhadap Betor yang ada di kota Medan, sehingga lebih layak lagi untuk mencari nafkah,” jelas Johan.
Betor yang menjadi salah satu di Icon Kota Medan, sambung Johan, namun pemko Medan seolah tidak mau peduli. Padahal ketika hendak maju mencalonkan diri menjadi Wali Kota Medan, suara dari para penarik Betor dikejar dan dicari-cari.
“Kami sayangkan kehadiran kami sampai saat ini tidak ada satupun pejabat pemko yang menerima kami. Kami bagian dari perangkat negara juga. Jangan buat becak bemotor sebagai Icon, namun tidak pernah diperhatikan,” imbuhnya.
Johar menyebut, kenapa Pemko Medan hanya memperhatikan Masjid Raya, Istana Maimun dan Infrastruktur lain, dengan mengatasnamakan icon Kota Medan. Besar anggaran di gelontorkan untuk itu, namun untuk Betor apa yang kami dapat.
“Hari ini kami menuntut apa yang menjadi aspirasi kegiatan ini. Ingat kami masih sebagian kecil yang hadir disini, ingat tahun 2017 kami demo besar-besaran menuntut keberadaan angkutan transportasi online. Meskipun sampai saat ini tidak ada ketetapan resmi atas keberadaan transportasi tersebut.
Dan Wali Kota juga kami anggap gagal dalam menjalankan smart city. Karena tidak ada perhatian dari anak asli kota Medan, kepada anak Medan,” tandasnya.
Johar juga menyebut, akan membawa para penarik Betor dengan jumlah yang lebih besar lagi Senin depan jika hari ini aksi damai mereka tidak direspon.
“Wali kota Medan tidak peduli dengan keberadaan Pebetor di Kota Medan. Sangat kami sayangkan, padahal saat mencalonkan sebagai Wali Kota Medan, suara kami dicari-cari. Apalagi tim suksesnya, setiap hari terus menghubungi saya. Nah saat ini, ketika kami datang menyampaikan aspirasi, tolonglah jumpai, karena kami hanya meminta disejahterakan melalui peremajaan becak kami,” pungkasnya.
Sampai berita ini dinaikkan, belum ada pihak pejabat berwenang dari Pemko Medan yang mendatangi para pendemo. Hanya terlihat beberapa petugas Satpol PP Kota Medan berjaga-jaga dibalik pagar besi kantor Wali Kota Medan. (Red/Hery B Manalu)