Calon Walikota Medan Sutrisno Pangaribuan, ST menyambangi Pedagang Kaki Lima (PK5) di depan Carrefour Jl. Gatot Subroto, Medan, Kamis (19/9/2019) sore Foto : Ist |
Kopi-times.com | Medan :
Calon Walikota Medan Sutrisno Pangaribuan, ST menyambangi Pedagang Kaki Lima (PK5) di depan Carrefour Jl. Gatot Subroto, Medan, Kamis (19/9/2019) sore. Kegiatan itu sebagai pemetaan masalah-masalah PK5 yang selama ini selalu menjadi objek penggusuran Pemko Medan.
Salah seorang pedagang tas, Putra kepada Sutrisno mengatakan, Pemerintah Kota Medan menilai pedagang kaki lima di depan Carrefour ini sebagai sumber kemacetan dan perusak estetika kota.
“Padahal aktivitas kami sebagai pedagang tidak ada berjualan ke jalanan. Jadi tidak benar karena kami terjadi kemacetan. Kalau masalah semraut ya sebaiknya kami seharusnya dibina. Kami bukan tidak mau kita ditata. Kami hanya berjualan untuk menghidupi keluarga kami,” katanya.
Selain itu, lanjut Putra menjelaskan, parahnya Pemko Medan melalui Satpol PP setiap hari melakukan penggusuran para pedagang.
“Terpaksa kami main kucing-kucingan karena tidak tahu lagi caranya mencari makan selain berjualan. Mau merampok malah akibatnya akan memperburuk situasi. Terpaksa kami keluar rumah untuk berdagang dan menganggapnya hanya mencari hiburan karena suntuk bila hanya dirumah,” terangnya memelas.
Senada, Pedagang Boneka, Ringo mengatakan, sejak penggusuran yang dilakukan Pemko Medan terhadap pedagang membuat pendapatannya menurun drastis. Akibatnya, empat orang karyawannya terpaksa dirumahkan karena tidak sanggup lagi menggaji.
“Sebelum penggusuran, kita bisa mengantongi penjualan hingga 15 juta per bulan. Ada empat orang karyawan kita, ada yabg bergaji Rp1,8 juta dan Rp2 juta. Karena penggusuran ini terpaksa kita rumahkan mereka. Penjualan kita per bulan sekarang ini tidak sampai 7 juta rupiah,” ujarnya.
Sementara, Calon Walikota Medan periode 2020-2024, Sutrisno Pangaribuan menjelaskan, dirinya telah melihat secara langsung aktivitas dan berdialog dengan PK5 di depan Carrefour tersebut.
“Ternyata masalahnya tidak serumit seperti yang diberitakan. Harusnya malah pedagang ini tidak perlu digusur. Karena saya melihat perekonomian disini perputarannya sangat tinggi. Lokasi ini memenuhi seluruh kebutuhan konsumen, baik penghasilan rendah sampai tinggi. Yang berduit bisa kesana (Carrefour,red) dan yang seperti kita bisa ke PK5. Disini ada semua jenis pekerjaan ada,” ungkapnya.
Hanya saja lanjut politisi PDI Perjuangan ini, para PK5 hanya perlu dilakukan penataan tempat dan jam operasional saja.
“Masalah bentuk tempat bisa kita libatkan asosiasi arsitektur nantinya agar bentuknya indah dan dapat mengakomodasi semua aspek tanpa berjualan di trotoar. Sehingga keindahan tata kota tidak terganggu dan nantinya malah kita bisa kutip retribusi untuk PAD Kota Medan,” paparnya.
Mantan Ketua Komisi D DPRD Sumut ini juga menegaskan, penggusuran yang dilakukan Pemko Medan selama ini menunjukkan bahwa mereka tidak paham bahwa stabilitas perekonomian itu ditopang oleh rakyat kalangan bawah.
“Pemko Medan hanya berpihak kepada pemodal besar dan juga selalu menciptakan pengangguran dan keresahan sosial di setiap sudut Kota Medan. Bukannya malah menciptakan lowongan kerja, ini malah menciptakan pengangguran. Akibatnya angka kriminal di kota ini selalu meningkat,” pungkasnya.
Mantan Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Medan ini menegaskan kembali, permasalahan-permasalahan rakyat kecil yang telah didampinginya mulai dari bangku perkuliahan hingga sebagai wakil rakyat membuat dirinya terpanggil untuk membuktikan bahwa nantinya dia akan mampu memperbaiki dan mensejahterahkan warga kota Medan.
“Kita hanya berharap nantinya partai dan rakyat Kota Medan memberi kepercayaan kepada kita dalam Pilkada Kota Medan. Pengalaman kita cukup untuk menjawab kebutuhan masyarakat Kota Medan, mulai penataan PK5, transportasi, banjir dan lingkungan hidup,” tegasnya.(Rel)