spot_img
BerandaSuara Anak NegeriToba di Mata Dunia, Misi Revalidasi Geopark Global yang Menentukan

Toba di Mata Dunia, Misi Revalidasi Geopark Global yang Menentukan

Kopi Times | Toba :

Toba kembali disorot dunia. Mulai 21 hingga 25 Juli 2025, proses revalidasi Geopark Toba oleh UNESCO Global Geopark resmi dimulai. Ini bukan sekadar kunjungan biasa. Dua tokoh penting hadir langsung: Prof. José Brilha dari Portugal dan Prof. Jeon Yongmun dari Korea Selatan, dua asesor ahli yang ditunjuk UNESCO untuk menilai apakah status Geopark Toba layak dipertahankan sebagai kawasan warisan geologi dunia.

Geopark Toba bukan hanya soal danau vulkanik terbesar di dunia. Ini adalah kisah tentang kaldera raksasa yang lahir dari letusan supervolcano 74 ribu tahun silam, lalu berkembang menjadi lanskap alam luar biasa yang menyimpan keragaman hayati, budaya, dan sejarah geologi yang unik di planet ini.

Salah satu lokasi utama yang menjadi sorotan asesor adalah Toba Caldera Resort, sebuah kawasan yang menggabungkan keindahan alam, pengelolaan pariwisata berkelanjutan, serta keterlibatan masyarakat lokal. Tim asesor melakukan evaluasi ketat, dari kondisi situs geologi, bagaimana kawasan ini dijaga dan dikembangkan, hingga bagaimana masyarakat setempat dilibatkan sebagai subjek utama, bukan hanya objek wisata.

Coffee banner ads with 3d illustratin latte and woodcut style decorations on kraft paper background

Penilaian ini menyentuh banyak aspek: mulai dari kejelasan narasi geologi, konservasi lingkungan, promosi edukasi geosains, hingga peran pemerintah daerah dan komunitas lokal. Semua harus terintegrasi dalam satu ekosistem tata kelola yang berkelanjutan dan inklusif.

Revalidasi ini penting. Status sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark bukanlah penghargaan seumur hidup. Setiap empat tahun, kawasan geopark harus membuktikan diri: apakah tetap layak disebut warisan dunia atau tidak. Gagal, maka status bisa dicabut.

Bagi masyarakat Batak dan Indonesia, ini momentum. Momentum untuk menunjukkan bahwa kawasan ini tak hanya kaya secara alamiah, tetapi juga telah dikelola dengan kesadaran, cinta, dan visi jangka panjang. Bahwa pariwisata bukan sekadar soal kunjungan dan pendapatan, tapi juga pendidikan, pelestarian, dan pemberdayaan.

Jika berhasil, Geopark ini tidak hanya mempertahankan statusnya, tapi juga semakin menguatkan posisinya sebagai jantung pariwisata berkelas dunia yang berakar pada nilai lokal. Dunia menilai, dan Toba menjawab dengan jati dirinya.

Asesmen ini merupakan hasil persiapan bersama antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang dihadiri oleh Plt. Kepala Bappelitbang Dr. Dikky Anugrah, S.Sos., M.SP dan Kadisbuparekraf Sumut Yuda Pratiwi Setiawan. Sejumlah titik kunjungan, materi presentasi, hingga keterlibatan masyarakat telah dirancang untuk memperlihatkan kemajuan pengelolaan Geopark Toba sejak ditetapkan sebagai bagian dari jaringan UNESCO Global Geopark pada 2020.

Direktur Utama BPODT, Jimmy Panjaitan, mengatakan bahwa revalidasi ini menjadi momentum penting untuk menunjukkan komitmen kolektif dalam menjaga kelestarian Danau ini dan kawasan sekitarnya. Ia menegaskan bahwa pendekatan pelestarian yang terintegrasi dengan pemberdayaan masyarakat lokal menjadi prioritas utama.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Geopark dikelola secara berkelanjutan. Tidak hanya dari sisi lingkungan, tetapi juga dari kelembagaan, aspek sosial dan ekonomi masyarakat,” ujar Jimmy saat mendampingi asesor di lokasi.

Jimmy menambahkan bahwa, BPODT bersama pemerintah daerah dan pengelola geopark siap berkolaborasi dalam berbagai program edukasi dan konservasi. Keterlibatan generasi muda, menurutnya, menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan geopark dalam jangka panjang.

Dalam sistem evaluasi UNESCO, terdapat tiga kategori hasil: hijau (status dipertahankan), kuning (diperlukan perbaikan dalam dua tahun), dan merah (status dicabut). Geopark ini kini berupaya meraih kategori hijau melalui berbagai inovasi dan perbaikan tata kelola.

Saat ini, Geopark Toba menunjukkan sejumlah kemajuan positif. Berbagai inisiatif pelestarian telah berjalan, termasuk penguatan kelembagaan, pengembangan geowisata, peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Jika berhasil memperoleh kartu hijau, Geopark Toba tak hanya mempertahankan statusnya, tetapi juga memperoleh pengakuan atas praktik pengelolaan yang dinilai unggul dan berkelanjutan.

Pengakuan dari UNESCO sebagai bagian dari Global Geopark diyakini akan memberikan dampak strategis dan berjangka panjang bagi kawasan Toba. Status ini bukan hanya soal prestise, tetapi membuka pintu kepercayaan dari mitra internasional, memperluas jejaring kerja sama, serta membuka akses terhadap berbagai peluang pendanaan global untuk pengembangan berkelanjutan.

Selain itu, legitimasi ini memperkuat posisi Toba sebagai destinasi wisata berkelas dunia yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga mengusung nilai-nilai konservasi, pendidikan geologi, serta pelibatan aktif masyarakat lokal dalam menjaga dan merawat kekayaan bumi warisan leluhur ini. (HB)

Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini