Kopi Times | Medan :
Tren Gaya berlibur di kalangan anak muda Medan tengah mengalami pergeseran signifikan. Jika sebelumnya pusat perbelanjaan dan destinasi kota menjadi pilihan utama, kini semakin banyak generasi muda memilih menikmati liburan dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Tren ini terlihat dari meningkatnya kunjungan ke kawasan wisata alam, desa adat, dan destinasi berbasis ekowisata di Sumatera Utara.
Sejak enam bulan terakhir, destinasi hijau seperti Tangkahan, Bukit Lawang, Tipang, dan desa-desa wisata di Samosir mengalami lonjakan pengunjung, terutama dari kelompok Gen Z dan milenial. Mereka tidak hanya mencari tempat untuk melepas penat, tetapi juga pengalaman berlibur yang meninggalkan dampak positif bagi alam.
“Sekarang orang Medan semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan. Kita lihat banyak anak muda yang lebih memilih ke hutan, desa wisata, atau pinggiran Danau Toba untuk menikmati udara bersih,” ujar Hery Buha Manalu seorang pemerhati lingkungan dan wisata di Bukit Lawang Langkat, Minggu (16/11). Menurutnya, kesadaran ekologis ini tidak hanya muncul dari kampanye, tetapi juga dari gaya hidup baru generasi muda yang semakin peduli terhadap keberlanjutan.

Tren ini sejalan dengan laporan Global Sustainable Tourism Council yang mencatat lebih dari 70 persen wisatawan Gen Z dan milenial kini mempertimbangkan aspek keberlanjutan saat memilih destinasi wisata. Fenomena tersebut tercermin jelas di Sumatera Utara.

Tangkahan, Tipang, dan Bukit Lawang Jadi Primadona
Salah satu destinasi yang paling diburu adalah Tangkahan di Kabupaten Langkat. Kawasan yang dikenal sebagai “The Hidden Paradise” itu menawarkan ekowisata berbasis konservasi gajah dan hutan. Banyak pengunjung datang untuk merasakan suasana sunyi hutan tropis, trekking, hingga memberi makan gajah Sumatera.
“Liburan di Tangkahan benar-benar beda. Kita merasa lebih dekat dengan alam,” kata Darius, 23 tahun, warga Medan yang memilih berlibur akhir pekan bersama teman-temannya. Ia menilai pengalaman berinteraksi dengan satwa dan hutan membuatnya lebih memahami pentingnya menjaga lingkungan.
Sementara itu, Desa Tipang di Humbang Hasundutan juga mengalami peningkatan kunjungan wisatawan. Desa asri di tepian Danau Toba itu menawarkan kehidupan pedesaan, pertanian organik, dan panorama sawah bertingkat yang menjadi daya tarik tersendiri. Banyak wisatawan muda datang untuk menikmati suasana sejuk sekaligus belajar tentang praktik hidup berkelanjutan.
Di kawasan Bukit Lawang, Ginting pemandu wisata menyampaikan wisatawan banyak berminat berpetualang di jalur trekking menuju Taman Nasional Gunung Leuser.
Tujuan utama mereka adalah melihat orangutan di habitat aslinya. Para pemandu wisata setempat mengonfirmasi bahwa kunjungan meningkat pesat, terutama dari rombongan mahasiswa dan komunitas fotografi alam.
Budaya Batak dan Desa Wisata Samosir Masih Jadi Magnet Baru
Tren liburan hijau tidak hanya berhenti pada wisata alam. Di Samosir, berbagai desa adat yang mengembangkan konsep wisata berkelanjutan kini menjadi favorit wisatawan domestik, termasuk dari Medan.
Wisatawan tertarik mengikuti kegiatan budaya seperti belajar menenun ulos, melihat proses membuat gorga, hingga mengenal tradisi Batak yang masih dijaga dengan ketat.
“Kami melihat wisatawan semakin menghargai budaya lokal. Mereka tidak hanya datang untuk foto, tetapi juga untuk belajar dan terlibat langsung,” kata seorang pengelola desa wisata di Samosir.
Selain destinasi, gaya bepergian masyarakat juga ikut berubah. Penggunaan kendaraan listrik (EV) di Medan meningkat, terutama untuk perjalanan wisata jarak menengah seperti menuju Berastagi, Samosir, atau Tangkahan. Generasi muda menilai perjalanan dengan EV terasa lebih tenang, bebas polusi, dan sesuai dengan komitmen mereka terhadap gaya hidup hijau.
Pengamat transportasi menyebut tren ini sebagai sinyal positif. Ketika wisatawan menggunakan kendaraan ramah lingkungan, dampaknya besar untuk menekan emisi, terutama di kawasan wisata yang sensitif.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Medan, khususnya generasi muda, semakin mengutamakan keberlanjutan dalam pola kehidupan mereka. Liburan tidak lagi hanya tentang kesenangan, tetapi juga tentang kepedulian dan tindakan nyata untuk menjaga bumi.
Dengan kekayaan alam Sumatera Utara, mulai dari hutan tropis, sungai jernih, desa adat, hingga Danau Toba, tren liburan hijau diyakini akan terus berkembang. Para pelaku wisata melihatnya sebagai peluang besar untuk mengembangkan sektor pariwisata yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Bagi anak-anak muda Medan, liburan kini bukan hanya soal ke mana mereka pergi, tetapi jejak apa yang mereka tinggalkan. Dan jejak itu, tampaknya, semakin hijau. (Red/Jones)



