Kepala KPw BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat Foto: Hery B Manalu/Kopi-tumes.com |
Kopi-times.com | Medan :
Kepala KPw BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan
Uang tidak layak edar di Pulau terluar, terpencil dan dan terdepan capai Rp1,7 Miliar, didominasi pecahan seratus ribu, didominasi uang pecahan besar yakni pecahan Rp100.000, Rp50.000 dan Rp20.000.
Penukaran uang kas keliling kapal yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut) bekerjasama dengan Lantamal I Belawan mulai dari Kamis lalu (29/8/2019) hingga Kamis (5/9/2019) mencapai Rp3,3 miliar. Dari total tersebut, 60 persen diantaranya merupakan uang tidak layak edar (UTLE).
“Dari Rp3,3 miliar yang kita bawa dan ditukarkan oleh masyarakat di pulau-pulau 3T itu, 60 persen atau Rp1,7 miliar diantaranya merupakan UTLE. Hanya 40 persen atau Rp1,6 miliar yang masih layak edar,” ungkap Kepala KPw BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat saat menyambut kepulangan tim kas keliling kapal yang menggunakan KRI Lemadang 632 ke enam pulau-pulau terluar, terdepan dan terpencil (3T) di Pangkalan Utama TNI AL Belawan, Kamis (5/9/2019).
Enam pulau tersebut adalah Pulau Weh dan Pulau Nasi (Aceh), Pulau Berhala (Sumut), Pulau Rupat, Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Bengkalis (Riau).
Menurut Wiwiek, jumlah mencapai Rp1,7 miliar itu membuktikan bahwa di pulau-pulau 3T memang lebih banyak uang yang tidak layak edar. Dia menegaskan, inilah tugas BI untuk menggantinya dengan yang layak edar.
Wiwiek menyebutkan, UTLE yang mencapai Rp1,7 miliar itu.
“Uang tidak latak edar itu mencapai 1.7 milar didominasi uang pecahan besar yakni pecahan Rp100.000, Rp50.000 dan Rp20.000. Hanya Rp325,6 juta yang merupakan uang pecahan kecil (pecahan Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, Rp1.000 dan Rp500)”, sebutnya.
Pada kesempatan itu Wiwiek menuturkan, selain menyambut kepulangan tim kas keliling, BI juga menyerahkan Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI berupa pojok baca di TK Hang Tuah 1 Belawan. Pojok baca itu merupakan binaan Lantamal I Belawan. (Red)