Oleh : Hery Buha Manalu
Ekonomi Sumatera Utara sedang mengalami transformasi penting. Dari dulu dikenal sebagai salah satu lumbung pertanian dan penghasil komoditas utama seperti kopi, sawit, dan rempah-rempah, kini Sumut mulai menunjukkan wajah baru: pusat kreativitas ekonomi hijau berbasis UMKM yang kuat, inovatif, dan berorientasi ekspor.
Tren ini bukan sekadar perubahan gaya, tetapi lompatan strategi. Pelaku UMKM, khususnya di sektor kopi, kain tradisional, dan kuliner, mulai sadar bahwa keberlanjutan adalah kunci masuk ke pasar global. Produk yang ramah lingkungan kini tak hanya dinilai dari mutu, tapi juga dari nilai etis dan keberlanjutan prosesnya. Dan menariknya, UMKM di Sumut mulai mampu menjawab tantangan itu.
Kopi Sumatera Utara, Wangi Lokal, Selera Dunia
Ambil contoh dari industri kopi. Kopi Mandailing, Lintong, Simalungun, dan Dairi telah lama dikenal dunia karena rasa dan karakter aromanya yang unik. Tapi yang membedakan hari ini adalah bagaimana kopi-kopi ini mulai diproduksi dengan pendekatan green value chain.
Petani muda kini belajar soal agroforestry, regenerasi tanah, dan pengurangan emisi karbon. Mereka membentuk koperasi hijau, memakai energi terbarukan dalam proses roasting, hingga menghindari limbah plastik dalam kemasan. Beberapa coffee roaster lokal bahkan telah mengadopsi standar sertifikasi berkelanjutan, seperti Rainforest Alliance dan Fair Trade, syarat penting jika ingin menembus pasar Eropa dan Amerika.
Tak hanya di sektor hulu, anak muda kota seperti Medan, Pematangsiantar, hingga Tarutung mengubah kedai kopi menjadi ruang dialog hijau. Ruang di mana diskusi, edukasi, dan kreativitas tumbuh berdampingan dengan secangkir kopi. Inilah wajah baru ekonomi lokal: inklusif, kreatif, dan ramah bumi.
Ulos Menenun Masa Depan Tanpa Merusak Alam
Bergeser ke industri wastra, ulos Batak dan kain tenun dari Tapanuli kini menjadi simbol kekuatan budaya sekaligus peluang besar di pasar internasional. Para desainer dan pengrajin muda mulai sadar bahwa keindahan tidak harus merusak lingkungan. Mereka mulai beralih ke pewarna alami, benang organik, dan sistem produksi non-massal yang menghargai proses.
Produk-produk seperti syal, jaket ulos, dan koleksi sustainable fashion kini semakin diminati, tidak hanya karena motifnya yang khas, tetapi juga karena cerita di baliknya: siapa yang menenun, di mana, dan bagaimana dampaknya terhadap komunitas.
Kain-kain ini menjadi lebih dari sekadar barang, mereka adalah narasi tentang alam, perempuan pengrajin, dan nilai-nilai etis. Dengan dukungan seperti pelatihan dari Bank Indonesia, Kemendagri, dan pelaku kreatif lokal, banyak UMKM wastra Sumut yang kini sudah menjangkau pasar ekspor melalui e-commerce dan pameran internasional seperti Trade Expo Indonesia.
Kuliner Lokal, Enak, Sehat, dan Lestari
Di sektor kuliner, makanan lokal berbasis bahan-bahan asli Sumut juga mulai mendapatkan tempat dalam tren green gastronomy. UMKM kuliner kini tidak hanya menyajikan makanan yang enak, tapi juga memperhatikan rantai pasok, penggunaan energi, dan zero waste food.
Beberapa usaha makanan kini mengemas produk dengan bahan ramah lingkungan, memanfaatkan bahan pangan lokal yang ditanam tanpa pestisida, dan mengolah limbah dapur menjadi kompos.
Kegiatan ini tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi dan penghematan energi, tapi juga meningkatkan kesadaran konsumen, terutama generasi muda, untuk menjadi bagian dari solusi, bukan hanya penikmat makanan. Kampus, sekolah, dan komunitas urban turut mendukung gerakan kuliner hijau ini dengan mempromosikan gaya hidup sadar lingkungan.
UMKM Hijau adalah Jalan Baru ke Pasar Global
Pasar dunia hari ini tidak hanya mencari produk unik dan berkualitas, tetapi juga produk yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. UMKM Sumut, jika mampu membangun branding hijau, bukan hanya bisa bersaing, tetapi bisa menjadi pemimpin dalam niche market global.
Bank Indonesia, dalam berbagai program pengembangan UMKM seperti KKSU, Business Matching Hijau, dan Pelatihan Sertifikasi Ekspor, terus mendorong agar pelaku usaha tidak sekadar bertahan, tapi juga naik kelas.
Digitalisasi, pembiayaan inklusif, hingga penguatan ekosistem wirausaha hijau adalah langkah-langkah nyata menuju masa depan. Tak hanya menggerakkan ekonomi, UMKM hijau juga menyelamatkan alam, memperkuat kearifan lokal, dan menciptakan lapangan kerja bagi generasi baru.
UMKM Sumatera Utara punya segalanya untuk jadi contoh nasional: alam yang kaya, budaya yang kuat, dan semangat generasi muda yang penuh inovasi. Dengan keberanian untuk berubah ke arah hijau—dalam proses, bahan, dan nilai—mereka bukan hanya akan bertahan, tapi berkibar di pasar global.
Sudah saatnya kita mendukung UMKM hijau bukan sekadar karena mereka lokal, tapi karena mereka adalah masa depan. Hijau bukan tren, melainkan keharusan. Dan dari kopi ke kain, dari kuliner ke kreativitas, UMKM Sumut telah membuktikan bahwa ekonomi dan ekologi bisa jalan beriringan.