Oleh : Hery Buha Manalu
Di tengah krisis lingkungan yang kian mengancam dan memudarnya kesadaran akan jati diri bangsa, lahirlah sebuah gerakan yang sederhana namun bermakna dalam PUSAKA, akronim dari Pusat Studi Alam, Kebudayaan, dan Keindonesiaan. Lahir dan tumbuh di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi Paulus Medan, PUSAKA bukan sekadar komunitas akademik, tetapi juga ruang hidup, ruang perjumpaan antara iman, ilmu, dan kepedulian konkret terhadap realitas zaman.
PUSAKA hadir sebagai suara yang menggugah hati nurani generasi muda, khususnya para mahasiswa teologi, untuk kembali melihat keindahan dan nilai luhur dari warisan yang telah dipercayakan kepada kita, alam semesta yang agung, budaya lokal yang sarat makna, dan identitas kebangsaan yang mempersatukan. Warisan-warisan ini bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan pusaka hidup yang harus dijaga, dirawat, dan diperjuangkan demi masa depan yang lebih adil, lestari, dan manusiawi.
Menenun Teologi, Ekologi, dan Budaya
Kami meyakini bahwa iman bukanlah pelarian dari dunia, tetapi justru panggilan untuk mengasihi dunia ciptaan ini dengan sepenuh hati. Maka, sejak awal pendiriannya, Komunitas ini memposisikan diri sebagai ruang studi dan aksi yang menyatukan refleksi teologis, kesadaran ekologis, dan identitas kultural. Di sinilah mahasiswa belajar bahwa menjaga hutan, sungai, udara, dan seluruh ekosistem bukan hanya tanggung jawab ekologis, melainkan juga tindakan iman. Bahwa menghargai budaya lokal dan kearifan tradisional bukan nostalgia semata, tetapi bagian dari spiritualitas yang membumi.
Setiap kegiatan dimulai dari diskusi rutin, riset lapangan, hingga proyek sosial-kultural diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran holistik: bahwa kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari alam dan budaya tempat ia berpijak. Komunitas ini mendorong mahasiswa untuk tidak hanya menjadi pemikir, tetapi juga pelaku perubahan: menjadi pelayan yang merawat bumi, penggerak kebudayaan, dan penjaga jati diri bangsa.
Arti dan Filosofi
Nama “PUSAKA” bukan sekadar akronim teknis, tapi mengandung makna mendalam. Dalam kebudayaan kita, pusaka adalah sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi penuh nilai, sakral, dan tak ternilai. Sebuah pusaka tidak hanya disimpan, tetapi dihargai, dijaga, bahkan dipelajari maknanya. Itulah semangat yang ingin dihidupkan oleh komunitas ini: menjadikan alam, budaya, dan kebangsaan sebagai warisan berharga yang perlu terus ditafsirkan dan dijaga dengan penuh cinta dan tanggung jawab.
Lebih jauh, masing-masing huruf dalam kata PUSAKA memuat muatan semangat yang khas:
Pusat Studi: Menunjukkan bahwa komunitas ini adalah ruang ilmiah dan reflektif. Di sinilah mahasiswa diajak untuk membaca zaman, merenungkan firman, dan menyusun gagasan bagi perubahan sosial.
Alam: Menegaskan perhatian terhadap ciptaan Tuhan. Kami percaya bahwa bumi bukan milik manusia, tetapi titipan Allah yang harus dirawat dengan bijak.
Kebudayaan: Menggambarkan keindahan dan kebijaksanaan lokal. Komunitas ini merayakan adat, bahasa, musik, dan kearifan masyarakat sebagai kekayaan rohani dan sosial bangsa.
Keindonesiaan: Menjadi simbol cinta tanah air. Dalam konteks Indonesia yang majemuk dan penuh tantangan, komunitas ingin menjadi ruang pembelajaran kebangsaan yang adil, inklusif, dan kontekstual.
Bangun Harapan, Rawat Kehidupan
Di era yang penuh disrupsi, ketika banyak orang semakin terasing dari alam dan tercerabut dari akar budayanya, kami justru mengajak untuk menoleh ke dalam: untuk kembali mengenali siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan melangkah sebagai bangsa. Gerakan ini percaya bahwa merawat pusaka baik itu hutan, bahasa ibu, cerita rakyat, tarian tradisional, maupun semangat gotong royong adalah bagian dari usaha membangun Indonesia yang bermartabat dan berkelanjutan.
PUSAKA juga ingin menjadi ruang dialog antar generasi, lintas iman dan budaya. Sebab hanya melalui perjumpaan yang jujur dan terbuka, kita bisa membangun peradaban yang menghargai keberagaman dan keutuhan ciptaan. Di sinilah PUSAKA menjadi komunitas spiritual-intelektual yang membumi, tidak hanya berbicara tentang surga, tetapi juga menyentuh tanah.
Panggilan untuk Terlibat
Sebagai komunitas, PUSAKA bukan milik segelintir orang. Ia terbuka bagi siapa saja yang peduli terhadap masa depan bumi, budaya, dan bangsa. Ia mengundang siapa pun untuk turut sert, menulis, berdiskusi, menanam pohon, mendokumentasikan cerita rakyat, membela hak-hak masyarakat adat, atau sekadar berbagi ide dan inspirasi. Sebab kita semua adalah pewaris, sekaligus penjaga pusaka kehidupan.
PUSAKA adalah pengingat bahwa Indonesia memiliki warisan yang luar biasa, dan masa depannya tergantung pada cara kita menjaganya hari ini. Karena itu, mari kita rawat bumi, jaga budaya, dan cintai Indonesia bukan hanya dengan kata, tapi juga dengan tindakan nyata. Sebab di sanalah iman kita menemukan wujudnya yang paling sejati. (Red)