Kopi Times – Memang tidak semua orang punya lahan luas di kota. Namun urban farming justru berkembang karena keterbatasan itu.
Sebuah kota berinovasi lahir dari keterbatasan ruang, taman vertikal, kebun atap (rooftop garden), sistem rak bertingkat, hingga hidroponik dan aquaponik dalam ember.
Hal yang terpenting bukan besar kecilnya lahan, tetapi keberanian untuk memulai dan kreativitas dalam mengelola.
Seiring meningkatnya minat masyarakat, pemerintah daerah pun mulai membuka ruang partisipasi.
Beberapa wilayah telah menggulirkan program pelatihan urban farming, penyediaan bibit gratis, dan fasilitasi pasar hasil panen.
Dalam konteks ini, urban farming tidak hanya menjadi urusan pribadi atau komunitas, melainkan bagian dari perencanaan yang berkelanjutan. (Hery Buha Manalu)