Richard Siregar
Editor : Hery Buha Manalu
Pendahuluan
Kopi Times, Memahami arti kemiskinan dari perspektif teologia dan budaya. Apakah dilihat dari pemenuhan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar setiap individu meliputi sandang (pakaian), papan (rumah tempat tinggal) dan pangan ( makan- minum). Khususnya kebutuhan makanan – minuman. Kemiskinan merupakan masalah global yang dihadapi oleh berbagai negara terutama di negara negara berkembang dan atau negara tertinggal. Masalah ini adalah masalah yang multi dimensional yang disebabkan oleh banyak factor dominan misalnya : masalah ekonomi, politik, social, budaya dan system social lainnya.
Untuk memahami nya dari perspektif teologi dan budaya serta penanggulangannya dapat dilakukan penelitian kualitatip dengan pendekatan studi kasus. Dalam kajian itu dapat dicari penyebab penyebab khusus dan umum dan juga menemukan potensi potensi pemberdayaan dan pengembangan sumber daya yang tersedia.
Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu untuk memenuhi kebutuhan primernya (dasarnya) , sementara lingkungan penduduknya tidak dapat memberi jalan keluar atau kesempatan untuk mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Oleh karena itu, hal adalah suatu kondisi social yang sangat mengiris hati atau yang sangat memprihatinkan. Disamping itu, kemiskinan adalah menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan suatu masyarakat yang ada didaerah tertentu. Keadaan adalah masalah global dari dahulu hingga sekarang.
Ada yang menekankan kemiskinan secara subjektif, tetapi ada juga yang memandang secara komparatif (pembandingan). Ada juga yang melihat dari sisi moralitas, evaluasi atau ada yang melihat secara ilmiah yang dianggap memiliki dasar yang kuat.
Berikut ini contoh hasil Analisa secara ilmiah indicatornya masyarakat desa yaitu : 1) Kurang kesempatan memperoleh Pendidikan, 2) Memiliki lahan dan modal pertanian yang terbatas, 3) Tidak ada kesempatan menikmati investasi di bidang pertanian, 4) Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar ( pangan, papan, sandang), 5) Menggunakan car acara pertanian tradisional, 6) Kurangnya produktivitas usaha, 7) Tidak adanya tabungan, 8) Kesehatan yang kurang terjamin, 9) Tidak memiliki asuransi dan jaminan soaial, 10) Terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pemerintahan desa, 11)Tidak memiliki akses untuk memperoleh air bersih, 12) Tidak adanya partisipasi dalam pengambil keputusan publik.
Definisi Kemiskinan
Adalah kekurangan materi. Keadaan didefinisikan sebagai kekurangan ketersediaan materi yaitu seseorang sulit untuk memenuhi sandang, papan, pangan, Pendidikan dan layanan Kesehatan. Kekurangan pemenuhan kebutuhan social. Seseorang akan dikucilkan masyarakat jika ketergantungan atau tertinggal informasi atau tidak mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan akan disebut miskin.
Kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Parameter kemiskinan yang memadai berbeda beda di setiap negara, karena hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik.
Kurangnya penghasilan dan atau kekayaan membuat seseorang sulit untuk memenuhi kebutuhan dasanya dan kondisi ini yang berlanjut akan melahirkan penduduk yang miskin.
Jenis jenis Konsep kemiskinan. Menurut Ali Khomsan dan kawan kawan dalam bukunya yang berjudul “ Indikator kemiskinan dan misklasifikasi orang miskin” terdapat beberapa jenis atau konsep keadaan ini sebagai berikut :
Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut adalah kekurangan yang didiskripsikan dengan membuat ukuran tertentu secara konkrit dan orientasinya pada kebutuhan dasar fisik hidup minimum anggota masyarakat. Karena ukuranya pasti, konsep ini mengenal garis batas kemiskinan. Tentu ukuran tiap tiap daerah berbeda seperti : masyarakat kota berbeda dengan pedesaan, masyarakat desa pertanian berbeda dengan nelayan, dsb.
Kemiskinan Relatif
Adalah kondisi yang dirumuskan dengan demensi tempat dan waktu dengan asumsi keadaan di suatu daerah berbeda dengan daerah yang lainnya dan kemiskinan relative pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain.
Konsep ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorentasi pada derajat kekayaan hidup. Konsep ini juga telah memperoleh banyak keritikan, terutama karena sangat sulit menentukan bagaimana hidup yang layak itu.
Ukuran kelayakan juga beragam dan terus berubah- ubah. Apa yang dianggap layak dalam komunitas tertentu boleh jadi tidak layak bagi komunitas lainnya. Dan apa yang dianggap layak pada saat ini boleh jadi tidak layak waktu yang lain..
Kemiskinan Subjektif
kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan kelompok kemiskinan itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal dan tidak memperhitungkan Kelompok menurut ukuran yang berbeda di bawah keadaan itu, boleh jadi tidak menganggap dirinya semacam itu dan demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu konsep ini dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan cara atau starategi yang efektif untuk penanggulangannya.
Kemiskinan Kultural
Merupakan kondisi yang terbentuk karena kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi kebudayaan. Contoh kemiskinan kultural yang banyak terjadi di masyarakat yang antara lain adalah : Malas, Etos kerja yang rendah, Mudah menyerah pada nasib, Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi dan nepotisme, Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi., Menggantungkan bantuan dari fihak lain, termasuk pemerintah, Minder, Suka foya foya dan konsumtif yang berlebihan, Suka mencuri dan melakukan jalan pintas untuk sukses, Tidak berdiri diatas kaki sendiri.
Kemiskinan Struktur
Merupakan kondisi yang berasal dari struktur sosial yang terdapat pada golongan masyarakat tertentu. Contoh : Masyarakat didaerah yang mempunyai sumber alam tetapi tidak dapat menikmatinya. Penggusuran sehingga masyarakat kehilangan pekerjaan. Masyarakat didaerah tak memiliki pekerjaan karena daerahnya dikuasai investor asing. Negara miskin karena tidak mampu membayar hutang luar negeri.
Kemiskinan Menurut perspektif Alkitab.
Kemiskinan menurut Alkitab menunjukkan hubungan manusia dengan manusia, tetapi dipihak lain dikatakan tentang hubungannya dengan Allah.
Berikut ini akan dilihat bagaimana pandangan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama menggunakan berbagai kata untuk menunjukkan kemiskinan atau miskin. Rash (Ibr.) dipakai untuk istilah orang miskin pada umumnya. Istilah lain yaitu Ebyon (Ibr.) untuk menyatakan seorang pengemis, Orang yang berkekurangan dan mengharapkan pertolongan orang lain. Istilah lain lagi adalah Dal (Ibr.) orang lemah atau kaum proletary. Orang miskin dapat juga dikatakan dengan sebutan Ani (Ibr.) yaitu mereka yang sudah bekerja berat tetapi tidak mempunyai apa apa dan mereka terhina dalam masyarakat.
Tetapi ada juga golongan orang yang disebut “miskin” dengan istilah Anaw (Ibr.) yaitu mereka yang merendahkan diri dihadapan Allah (humble before God).
Dalam Perjanjian Lama terdapat juga kemiskinan terjadi karena atau disebabkan ketidak adilan hidup, mereka tertindas karena kejahatan penguasa (Ayub 24 : 1 – 14).
Paralel dengan itu kondisi yang bukan disebabkan takdir atau nasib melainkan perbuatan jahat penguasa (Amos 2 : 6-7). Nabi Yesaya mengidentifikasikan bahwa orang miskin akibat dirampok hak hak nya (Yes.10: 1-2). Nabi nabi yang lain juga mencela perlakuan kejam kepada orang orang miskin seperti eksploitasi dan praktek dagang yang curang (Hos.12:8;Am. 8:5; Mik.6:10-11; Yes.3:14 dan lainnya).
Terdapat masih banyak lagi yang membuat tingkat kemiskinan semakin parah seperti tanahnya yang dirampas, tidak mendapat keadilan dari pengadilan dan sebagainya.
Sementara dalam Perjanjian Baru, mempunyai 4 kata untuk menyatakan miskin atau kemiskinan dalam kata Yunani Yaitu : Ptokhos, Penes, Penikhos dan Endess.
Ptokhos berarti orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu yang penting untuk hidupnya atau orang yang bernasib malang sehingga mengemis. Ptokhos selalu berate orang yang secara material miskin. Mereka bukan hanya tidak memiliki harta tapi juga mereka tidak berpendidikan, sementara secara sosial tidak mempunyai tempat dalam masyarakat, tidak terpandang dan tidak berguna atau terpakai.
Mereka adalah golongan masyarakat miskin baik dalam arti ekonomis maupun arti sosial. Kitab kitab injil mencatat bahwa orang miskin merupakan satu kelompok Bersama dengan orang buta, orang lumpuh, orang kusta dan orang tuli (Mat.11:5, 25:35; luk. 14 :13-21, 16:20; Mrk. 10: 46-52). Yang disebut miskin tidak hanya pengemis yang memelas akibat kelemahan fisik mereka tetapi juga termasuk buruh harian yang menganggur, budak yang melarikan diri, orang pengungsi dan pelarian karena tidak dapat membayar hutang.
Untuk tema ini perlu dilakukan pemikiran agar mendapat melihat penyebab utama kemiskinan yang terjadi, dan bersama sama dengan berbagai Lembaga baik Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Gereja dan Lembaga pemerintah.(Red/Hery Buha Manalu)
Penulis (Richard Siregar) adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana (PPS) Sekolah Tinggi Teologi (STT) Paulus Medan, tulisan ini sebagian dari diskusi kelas bersama Dosen Pengampu, Dr. Hery Buha Manalu.,S.Sos,.M. Mis. Pengampu Mata Kuliah Teologi dan Budaya, PAK Berbasis Budaya di PPS STT Paulus Medan. (***)