
Kopi Times | Medan :
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan tetap tangguh di tengah tantangan eksternal yang terus membayangi. Dengan dukungan permintaan domestik yang kuat, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2024 diproyeksikan akan berada pada rentang 2,7–5,5% (year-on-year/yoy). Sementara itu, pada tahun 2025, pertumbuhan diprediksi semakin kokoh dengan estimasi di kisaran 4,9–5,7% (yoy).
Dalam forum Bincang Bareng Media (BBM) yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sumatera Utara, Kamis 19/12/2024, siang di Kantor BI Sumut Lt 6, Jl. Balai Kota No 4 Medan, Kepala KPwBI Sumut, IGP Wira Kusuma, menyampaikan optimisme terhadap perekonomian provinsi ini. “Daya tahan Sumatera Utara terhadap gejolak eksternal cukup solid, berkat fundamental domestik yang kuat. Permintaan masyarakat yang meningkat menjadi motor utama pertumbuhan ini,” ujar Wira Kusuma di hadapan para awak media.
Konsumsi rumah tangga menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Tingkat inflasi yang terkendali, yakni sebesar 1,13% (year-to-date/ytd), menjadi faktor penting dalam menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, beberapa momen penting seperti perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) secara penuh, serta gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara turut meningkatkan aktivitas konsumsi di masyarakat.
“Momentum akhir tahun ini sangat mendukung penguatan konsumsi rumah tangga. Masyarakat memiliki daya beli yang lebih baik, berkat dukungan berbagai program pemerintah,” tambahnya
Selain konsumsi rumah tangga, kebijakan perlindungan sosial pemerintah seperti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjadi penopang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Program-program ini diyakini mampu menjaga daya beli masyarakat di tengah ancaman ketidakpastian global.
Meski proyeksi tahun 2025 lebih optimistis dengan rentang pertumbuhan 4,9–5,7% (yoy), tantangan eksternal dan domestik tetap menjadi perhatian. Risiko global, seperti ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pasar komoditas, diperkirakan masih membayangi. Namun, penguatan permintaan domestik menjadi kunci untuk menyeimbangkan dampak tersebut.
Menurutnya, salah satu strategi utama yang akan mendorong pertumbuhan adalah pengembangan sektor ekonomi lokal. “Sumatera Utara memiliki potensi besar di sektor pariwisata, pertanian, dan industri pengolahan. Jika sektor-sektor ini dikelola dengan baik, maka kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat signifikan,” ujarnya
Penguatan investasi juga menjadi fokus utama pemerintah daerah dan Bank Indonesia. Sektor infrastruktur diperkirakan tetap menjadi prioritas, terutama untuk mendukung konektivitas antarwilayah di Sumatera Utara. Infrastruktur yang memadai tidak hanya memperkuat distribusi logistik, tetapi juga menarik investasi baru di bidang industri dan pariwisata.
Dengan proyeksi positif ini, Sumatera Utara diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional, khususnya di wilayah Sumatera. Bank Indonesia mendorong kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memanfaatkan momentum ini.
Namun, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi juga memerlukan perhatian terhadap beberapa aspek penting. Salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Tanpa SDM yang kompeten, upaya untuk menggenjot sektor-sektor unggulan seperti pariwisata, industri kreatif, dan teknologi informasi akan sulit tercapai.
Selain itu, diversifikasi ekonomi juga menjadi tantangan tersendiri bagi Sumatera Utara. Selama ini, perekonomian provinsi ini masih sangat bergantung pada komoditas seperti kelapa sawit dan karet. Fluktuasi harga komoditas global kerap menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan sektor baru yang berorientasi pada nilai tambah harus menjadi prioritas.
Partisipasi Masyarakat sebagai Kunci Keberhasilan
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam pertemuan ini adalah pentingnya partisipasi aktif masyarakat. Dalam konteks konsumsi rumah tangga, misalnya, masyarakat didorong untuk lebih memilih produk lokal. Langkah ini tidak hanya membantu memperkuat perekonomian lokal, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru.
“Kita harus mulai membangun kesadaran kolektif untuk mendukung produk-produk lokal. Jika masyarakat Sumatera Utara bangga menggunakan produk dari daerahnya sendiri, maka roda perekonomian akan bergerak lebih cepat,” tutur Wira Kusuma.
Di tengah optimisme tersebut, Bank Indonesia mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam menghadapi tahun 2024 dan 2025. Gejolak global, seperti inflasi di negara-negara maju dan potensi resesi, masih menjadi ancaman yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2024 dan 2025 menunjukkan prospek yang menjanjikan, dengan konsumsi rumah tangga sebagai motor utama. Dukungan pemerintah melalui program perlindungan sosial dan penguatan investasi infrastruktur akan menjadi faktor pendukung utama. Namun, tantangan eksternal dan domestik tetap harus diantisipasi melalui kebijakan yang strategis dan adaptif.
Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha, Sumatera Utara diyakini mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Optimisme ini menjadi harapan baru bagi Sumatera Utara untuk terus maju sebagai salah satu provinsi dengan perekonomian terkuat di Indonesia. Tampak juga hadir sebagai narasumber, Suharman Tabrani (Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut), dan Iman Gunadi (Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut). (Red/*)