Oleh : Hery Buha Manalu
Di tengah gemuruh persiapan menuju revalidasi UNESCO, kata “green card” telah menjadi lebih dari sekadar istilah teknis bagi Toba Caldera UNESCO Global Geopark (UGGp). Ia telah menjelma menjadi simbol, sebuah penanda ambisi yang mendalam, bukan hanya harapan semata, melainkan sebuah kenyataan yang dapat dicapai melalui sinergi dan kolaborasi lintas sektor yang tak terpisahkan. Dalam konteks Danau Toba sebagai Geopark Dunia, green card ini mewakili komitmen kolektif untuk menjaga kelestarian alam yang luar biasa, kekayaan budaya yang autentik, dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Ini adalah janji masa depan yang dibangun di atas fondasi warisan masa lalu.
Kisah Toba Caldera UGGp adalah narasi tentang bagaimana sebuah destinasi dapat mencapai keseimbangan dinamis antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta budaya. Ini adalah bukti nyata bahwa kedua tujuan tersebut tidak saling berlawanan, melainkan dapat berjalan selaras, bahkan saling menguatkan. Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang tak tergoyahkan, Danau Toba akan terus bersinar, bukan hanya sebagai permata geologi dan pariwisata global, tetapi juga sebagai model pembangunan berkelanjutan yang menginspirasi.

Kolaborasi sebagai Pilar Utama Keberlanjutan
Jantung dari keberlanjutan Toba Caldera UGGp terletak pada kolaborasi yang erat dan tak terputus antara pemerintah, masyarakat adat, pelaku wisata, dan akademisi. Setiap elemen ini membawa perspektif dan kontribusi unik yang esensial.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, berperan sebagai regulator, fasilitator, dan pembuat kebijakan. Mereka bertugas menciptakan kerangka hukum yang mendukung konservasi, mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur yang ramah lingkungan, serta mempromosikan Danau Toba di kancah internasional. Peran Bank Indonesia, seperti yang terlihat dalam lokakarya pra-revalidasi, menunjukkan bagaimana lembaga keuangan pun dapat menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan.
Masyarakat adat, adalah penjaga asli kearifan lokal dan tradisi yang tak ternilai. Pengetahuan mereka tentang cara hidup selaras dengan alam, praktik pertanian berkelanjutan, dan ritual budaya, adalah aset yang harus dilestarikan dan diintegrasikan dalam pengelolaan geopark. Pemberdayaan mereka bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi juga kunci untuk menjaga autentisitas dan spiritualitas kawasan Toba.
Pelaku wisata, mulai dari operator tur, pemilik hotel, hingga penyedia layanan lokal, adalah garda terdepan dalam interaksi dengan pengunjung. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menerapkan prinsip-prinsip ekowisata, mempromosikan praktik ramah lingkungan, dan memastikan bahwa manfaat ekonomi pariwisata dirasakan secara adil oleh masyarakat lokal. Inovasi ekowisata yang ramah lingkungan, seperti tur bersepeda, homestay berbasis komunitas, atau wisata berbasis edukasi geologi, adalah contoh konkret dari peran mereka.
Akademisi dan para peneliti adalah pilar ilmu pengetahuan. Mereka melakukan riset mendalam tentang geologi, ekologi, budaya, dan potensi ekonomi Danau Toba.
Kontribusi mereka sangat penting untuk menyediakan data ilmiah yang valid, merumuskan strategi pengelolaan yang efektif, dan mengembangkan inovasi yang mendukung konservasi dan pariwisata berkelanjutan. Peran dewan pakar dalam lokakarya pra-revalidasi adalah bukti nyata akan pentingnya masukan ilmiah.
Melalui edukasi yang berkelanjutan, baik bagi masyarakat lokal,pelajar, maupun wisatawan, kita dapat menanamkan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya pelestarian Toba. Program-program seperti “Geopark Goes to School” adalah contoh bagaimana kesadaran ini ditumbuhkan sejak dini. Pendidikan bukan hanya tentang transfer informasi, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang peduli lingkungan dan bangga akan warisan budayanya.
Di sisi lain, inovasi ekowisata yang ramah lingkungan adalah mesin pendorong ekonomi yang selaras dengan prinsip konservasi. Ini berarti mengembangkan atraksi wisata yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, mempromosikan penggunaan energi terbarukan, dan mendukung produk-produk lokal. Misalnya, mendorong penggunaan transportasi publik yang efisien, mempromosikan wisata berbasis pengalaman budaya, atau mengembangkan jalur trekking yang terawat dengan baik.
Terakhir, pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab adalah fondasi operasional geopark. Ini mencakup manajemen limbah yang efektif, perlindungan perlindungan sumber air pengelolaan lahan yang berkelanjutan, dan pemantauan dampak pariwisata. Ini adalah upaya terus-menerus untuk memastikan bahwa Danau Toba tetap lestari, jernih, dan sehat untuk generasi yang akan datang.
Kesejahteraan Inklusif, Buah Manis dari Komitmen “Green Card”
Lebih dari sekadar menjaga status internasional, upaya untuk meraih green card ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Danau Toba secara adil dan berkelanjutan. Ini berarti memastikan bahwa setiap rupiah yang dihasilkan dari pariwisata dan pengembangan geopark mengalir ke kantong masyarakat lokal, bukan hanya segelintir elite. Program pemberdayaan UMKM, pelatihan keterampilan, dan dukungan untuk geoproduk adalah jembatan menuju kesejahteraan yang inklusif.
Ketika masyarakat lokal diberdayakan, mereka menjadi mitra aktif dalam menjaga kelestarian. Mereka memiliki insentif ekonomi untuk melindungi lingkungan, karena lingkungan yang lestari berarti sumber daya yang berkelanjutan untuk mata pencarian mereka. Ini menciptakan lingkaran positif di mana konservasi mendukung ekonomi, dan ekonomi mendukung konservasi.
Kisah Toba Caldera UGGp adalah sebuah bukti bahwa paradigma pembangunan dapat berubah. Kita tidak lagi harus memilih antara pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sebaliknya, melalui sinergi, kolaborasi, dan komitmen yang kuat, kita dapat mencapai keduanya. Green card dari UNESCO bukan sekadar penanda validasi, melainkan sebuah pernyataan global bahwa Danau Toba adalah model bagi dunia: sebuah tempat di mana keindahan geologi, kekayaan budaya, dan aspirasi masyarakat untuk hidup sejahtera dapat bersatu padu. Dengan semangat ini, Danau Toba akan terus bersinar sebagai permata yang hijau, bermartabat, dan penuh harapan untuk masa depan.



